10. | Membagongkan

Start from the beginning
                                    

"Buka!"

Laura terkejut. Mulutnya dibungkam oleh telapak tangannya sambil memnicingkan mata. "Lo mau gue buka disini?" Pertanyaan Laura justru melenceng lain sambil berseri-seri malu. Ia menyalipkan rambutnya kebelakang telinga sebelah kanan sambil melirik Alanska yang menatapnya kebingungan.

"Gue sih mau dimana aja tapi lo yakin mau ditoilet-"

"Apaansih! Lama banget. Cepetan buka!" Kecam Alanska. Bagaimana tak dibuat gugup,  lelaki itu maju langkah perlangkah hingga punggung Laura menubruk tembok belakang. "Lo yang buka atau gue yang buka?"

Laura menelan salivnya sambil berujar dalam batin. "Ini pasti Alanska mau anu-anuin gue mangkannya dia gak sabar nyuruh gue buka baju."

"Mmm... YES! AKHIRNYA LO MINTA SKA! YES YES YES! Dari dulu kek napa biar gue cepet-cepet hamil ah tapi gapapa yang penting sekarang lo mau dan GUE BAKAL HAMIL Horeeeee! Ye ye ye yeeee!"

Alanska melangkah menjauh akibat Laura yang bergemuru kegirangan. Pelekat akal sehat nampaknya sudah tak ada lagi stock dalam kepala Laura hingga gadis itu hanya memikirkan agar bisa dihamili Alanska agar perjodohan mereka batal.

"Gue nyuruh lo buka kunci hp lo buka nyuruh buka baju!" Tukas Alanska.

Mimik sumriah Laura langsung menciut. "Lah bukannya lo minta buka- eh anu apa jadi lo gak mau anu-anuan gue apa!?" Lelaki itu menggeleng.

"Gue bilang gak sudi dan gak akan pernah nyentuh tubuh lo se-di-kit pun. Paham!" Alanska hendak melenggang, ia telah memutarkan badan untuk berlalu.

"Banyak orang yang udah kemakan omongan lho Ska," Ucapan Laura barusan menghentikan langkahan lelaki itu untuk pergi. "Ini salah satu alesan kenapa gue mau perjodohan kita batal biar sisa-sisa hari gue gak dipenuhi air mata yang gak seharusnya gue buang gitu aja,"

Nampak aneh dengan nada bicara Laura, Alanska langsung membalikan badan dengan perlahan menyorotkan mata hazelnya pada gadis itu.

"Biarpun gue gak suka tentang kehadiran lo dalam hidup gue tapi gue gak mau calon istri gue ngirim bagian berharga dari tubuhnya ke orang lain." Pernyataan dari Alanska membuat Laura berpikir melayang.

Laura tak membuang muka sama sekali bahkan ia tak mengekspresikan wajah cerianya, "Kasih gue alesan kenapa lo ngotot mau perjodohan kita tetep ada." Pintanya kekeh.

Alanska mengangguk, "Malem ini lo bakal tau."

Kepala Laura mangut-mangut pelan kemudian melangkah namun tak sampai luar tangannya terburu dicegat Alanska hingga mereka bersampingan dengan arah yang berbeda. Alanska menoleh, "Tarik pesan lo dari pak Taryo, gue gak suka berbagi."

Tunggu! Mengapa seketika Laura ingin terbang atas ujaran Alanska yang bagian terakhir. Rasanya seperti kata-kata yang pernah ia baca diseluruh genre romance yang ada.

Laura cengengesan sambil berargumen dengan pede nya. "Karena lo sayang ya sama gue?" Godanya hampir mau mencopotkan ginjal.

Alanska menggeleng, "Karena lo bukan barang murah yang harus dijaga."

"Ini kenapa gue jadi pengen boker?" Tanyanya dalam hati.

"Tarik pesan lo. Lo gak mau kan jadi tontonan murahnya pak Taryo?"

Laura menggeleng, dirinya tetap kekeh tak ingin menarik pesan tersebut. "Kalo nanti nilai gue dikurangin emang lo mau nambahin?"

"Tarik se-ka-rang!" Titahnya ngotot.

"Hihiiy padahal gue dengan suka rela ngasih pap tete ke pak Taryo orang dia sendiri yang minta kok ya gue dengan ikhlas ngasih lah-"

"LO TUH-..." Ujaran Alanska terhenti setelah Laura menunjukan bumti bahwa dirinya sudah mengirim pap pada guru biologi tersebut. Nafasnya hamlir terhenti, Alanska tercengangang.

ALANSKAWhere stories live. Discover now