2. Tekad dan Dendam Membawa Mimpi Berambisi

191 42 2
                                    

Selamat ngabuburit, teman2!

Vote, komen, share!

[WARNING! TYPO!]

Air mata Neferuti sudah mengering di pipinya ketika dia melihat makam adiknya

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Air mata Neferuti sudah mengering di pipinya ketika dia melihat makam adiknya. Di sana, adiknya mungkin tengah menapaki jalan menuju Duat*.

Setelah Nekht menyerahkan amulet-nya, dia pun jatuh tertidur. Akan tetapi, dia tidak kunjung bangun. Tidak ketika Neferuti mengguncang bahunya ataupun menangis di telinganya. Maka, dengan kesadaran dan hati tercabik, Neferuti merogoh seluruh keping koin terakhirnya, dan pergi ke tempat pembalseman, sambil menggendong adiknya di punggungnya.

Kendati para pembalsem itu bersimpati kepadanya dan bersedia membantu proses pemakaman dengan biaya murah, Neferuti merasa bersalah karena hanya bisa memberikan 'Pakaian Yang Kemarin' kepada adiknya alih-alih linen.

Kakak harus bertahan hidup.

Dia kembali teringat kata-kata adiknya. Dia menunduk, lalu melihat sebuah amulet yang ia genggam sejak tadi. Jemarinya menggenggam erat Mata Horus itu sebelum dia mengalungkannya ke lehernya, menimpa amulet burung Bennu miliknya. Sambil menghapus air matanya dengan sikunya, dia meletakkan satu sisa koin terakhir di atas kuburan Nekht. Hanya itu artefak yang tertinggal, yang berhubungan dengan adiknya.

Neferuti mengambil kantung yang kini hanya berisikan kurma, kemudian pergi meninggalkan makam adiknya. Perasaan kehilangan itu perlahan berganti menjadi sebuah tekad dan dendam. Dia pikir, orang-orang Roma yang menyebabkan kondisi adiknya semakin memburuk. Dia juga berpikir, berapa banyak orang lain yang menderita seperti adiknya karena sebuah penyakit? Dia tidak yakin bahwa itu adalah sihir hitam ataupun kutukan. Dan dia bertekad, dia akan membuktikan kepada semua orang bahwa semua itu hanyalah penyakit.

Neferuti berjalan tanpa arah, mengikuti arus orang-orang. Perutnya sudah keroncongan sedari tadi, namun dia tidak memiliki keinginan untuk makan.

Karena badai pasir mulai melanda, Neferuti terpaksa menerobos masuk ke dalam sebuah tempat penyimpanan bahan makanan, di rumah yang tidak ia kenal. Ia bersandar di sudut dinding yang sedikit lembab, diantara tumpukan gandum.

Akhirnya, perasaan lelah dan pegal di seluruh tubuhnya membuat Neferuti jatuh tertidur.

***

Ketika Neferuti membuka matanya, dia tengah berada di sebuah ruangan yang tidak ia kenal. Dia sedang terbaring di atas tempat tidur yang dilapisi kain tipis, serta bantal dari kayu. Lalu, Neferuti mencoba menggerakkan kakinya yang ternyata sudah dilapisi perban.

"Kau berada di kamarku," sebuah suara menginterupsi pergerakan Neferuti.

Dia menoleh, dan melihat seorang wanita kira-kira berusia tiga puluh tahun, tengah memasuki ruangan. Wanita itu memakai kalasilirs yang sederhana, dan tunik yang menutupinya. Dia berambut hitam, berkulit cokelat, dan kurus.

The Rain on The GrassHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin