14. Confession

9.6K 1.3K 177
                                    

Siapa yang nungguin cerita ini update?

Coba komen seberapa kangen kalian sama Aryan dan Ayu?

700+ vote dan komen untuk bab selanjutnya ya...

Warning!

3000+ kata. Semoga nggak bosen aja sih bacanya, wkwkwkwk...

***

Aryan

Gue selalu meyakinkan Ayu untuk nggak ambil pusing masalah gue yang belum bilang ke Ayah sama Bunda. Tapi, Ayu nggak bisa tenang. Selama tiga hari ini gue selalu menemukan raut kekhawatiran yang bikin gue bingung harus kayak gimana. Yang jelas, gue bakal cerita semuanya ke Bunda dan Ayah soal apa yang pernah gue dan Ayu perbuat. Bagian gue yang berengsek karena nggak mau tanggung jawab pas enam tahun yang lalu juga mau gue ceritain semuanya ke mereka.

Bodo amat, gue udah nggak peduli lagi sama Ayah yang nantinya akan marah besar. Atau lebih parahnya, untuk pertama kalinya Ayah akan melayangkan pukulan ke gue karena kesalahan yang gue perbuat di masa lalu.

Biarin lah, kalau sampai akhirnya gue beneran kena pukul dari Ayah, itu bukan masalah besar buat gue. Demi Ayu, gue rela dihajar bolak-balik sama Ayah supaya dapat restu darinya buat nikahin Ayu.

Hari ini, gue mengantarkan Arga ke sekolahnya. Udah tiga hari gue melakukan rutinitas tersebut yang bikin gue dan Arga sama-sama senang. Kami semakin dekat dari hari ke hari dan gue udah ngerasa ikatan yang cukup kuat sama Arga.

Bukan cuma mengantarkan dia ke sekolah, tiap malam juga gue selalu menyempatkan diri membacakan dongeng buat Arga sebelum pulang ke rumah. Awalnya Ayu selalu meminta gue buat nginep di rumahnya karena katanya kemalaman kalau pulang. Tapi gue menolak. Bukannya nggak mau, cuma kan ya ... kalau gue keseringan nginep, gue bisa encok karena keseringan ekhm-ekhm sama dia.

"Om udah masukin brownies-nya ke tas Arga, ya!" kata gue ketika Arga hendak turun dari mobil gue. "Habisin ya brownies-nya biar Om bisa bikin lagi buat kamu. Kalau ada teman yang minta, jangan dikasih. Kecuali kalau emang teman kamu nggak pelit ke kamu."

Iya, itu nasihat kedengerannya malah kayak bikin Arga supaya jadi orang yang pelit. Tapi tujuannya bukan itu, kok. Gue sengaja kasih Arga nasihat itu biar dia nggak ditindas terus sama teman-temannya. Biar nggak ada yang macam-macam ke dia juga. Ayu sempat protes karena katanya gue malah kasih tahu Arga yang jelek-jelek. Tapi dia akhirnya bisa menerima apa yang selalu gue katakan ke Arga.

Kasih sayang ke anak boleh sama. Tapi didikan gue dan Ayu ke Arga harus ada sedikit perbedaan.

"Oke, Om." Arga menyalimi gue dan Ayu yang duduk di samping gue. Dia berubah jadi orang bisu karena sejak tadi nggak bersuara sama sekali. "Ibu, aku pamit ya!"

"Hhmm..." gumam Ayu yang bikin gue kaget.

Setelah Arga turun dari mobil dan berjalan ke menuju kelasnya, gue pun bertanya ke Ayu. "Kamu kenapa? Datang bulan?"

Dia menggeleng pelan. Menatap gue sekilas. "Hari ini kamu mau pulang ke rumah orangtua kamu, kan?"

"Iya," Gue mengangguk pelan. "Aku mau ketemu sama mereka."

Ayu mendesah berat. Membuat gue kembali bertanya, "Kenapa sih, Ay?" Gue menyentuh rambutnya. "Apa yang kamu pikirin sih sampai kayak gini segala?"

Ayu mengangkat kedua bahunya. "Nggak tahu."

"Kok..."

"Kamu yakin?" Sekarang Ayu udah menatap gue sepenuhnya. Kekhawatiran masih tercetak jelas di sana. "Daripada hasilnya nggak bikin kita berdua puas, mending kamu nggak usah bilang sekalian aja, Ar."

My Hottest Daddy [Hottest Series#3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang