6. Pelukan Hangat

10.6K 1.3K 306
                                    

Seneng banget kan ya kalau pada nungguin cerita ini update.

Berapa "💙" untuk cerita ini?

400+ vote dan komen untuk bab selanjutnya ya...

Happy reading!

***

Aryan

"Lo hutang budi sama gue, Nyet!" gue melirik Davin dari balik kacamata yang biasa gue pakai pas lagi kerja. Jarinya membentuk huruf V. "Dua kali lo hutang budi sama gue, Nyet!"

Gue mengabaikan ocehannya karena nggak penting. Karena sekarang gue lagi periksa perhitungan budget katering anak bupati sebelum dilaporkan kepada klien.

"Ah, kentang kan gue! Gara-gara lo, gue jadi nggak main sama cewek yang udah nempel ke gue kayak lintah."

Davin mau menyulut rokok yang terselip di ibu jari dan jari tengahnya. Buru-buru gue berkata dengan nada ketus. "Lo nyalain rokok di ruangan gue, gue bakar sekalian mulut lo!"

Davin berdecak, kemudian memasukkan kembali rokoknya ke bungkusannya. Gue paling nggak suka kalau ada orang yang merokok di depan gue karena gue sendiri juga bukan perokok. Anti asap rokok garis keras. Sepusing-pusingnya gue sama kerjaan atau keadaan, gue nggak pernah jadikan rokok sebagai pelarian kayak kebanyakan orang. Gue bakal lebih milih jajan brownies atau jajan taiwan mango juice-nya Chatime.

"Ya elah, cuma rokok, Ar." Davin duduk di kursi kosong di depan meja kerja gue. "Lo sendiri aja suka dirokok."

"Lo kalau mau bahas yang mesum-mesuman, mending jangan di sini. Sana jadi casting bintang bokep aja."

"Bintang bokep sama lo ya, Ar."

"Najis!"

"Ah ... masa sih, Mas." Davin mendesah sensual sambil tangannya menyentuh lembut tangan gue. Kalau bukan karena dia adalah sahabat gue yang paling bangsat, udah gue bunuh sekarang juga.

Gue mengabaikan Davin dan kembali fokus pada kerjaan gue. Hari ini harus beres, biar semuanya tenang dan bisa pulang tepat waktu. Kasihan semua karyawan gue udah seminggu lembur terus karena ngerjain proyek nikahan anak bupati. Mana kemarin-kemarin sempet nggak sejalan sama pihak WO-nya yang bikin gue marah banget.

Yaaa coba lo bayangin saja deh, karyawan gue udah capek-capek nyusun biaya katering dan menunya tapi si WO seenak jidat bilang, "Menu kayak gini nggak cocok deh ada di pernikahan anak bupati. Terlalu kampungan dan kurang mewah."

Minta direndang tuh mulut yang punya WO-nya. Padahal, dari kliennya sendiri yang milih menunya sendiri. Sumpah, baru kali ini gue kerjasama bareng WO yang ngomongnya kayak gitu. Biasanya lancar jaya tanpa ada hambatan sama sekali dan selalu sejalan.

"Emang gue ngapain aja sampai harus hutang budi sama lo, Dav?"

"Pas acara party gue, lo mabok dan langsung narik dua cewek random buat diajak ke dance floor. Gila lo kumat tiap kali lo mabok," jelas Davin. Oke, gue memang narik dua cewek random. Tapi, gue cuma dugem doang sama mereka. "Dan lo anjing banget deh, Ar. Lo dugem sama dua cewek itu sambil telanjang dada."

"Mana ada! Gue waktu itu masih sadar kali. Yang ada dua cewek itu merepet ke badan gue dan nyentuh-nyentuh gue."

Seketika Davin menoyor kepala gue. "Gue yang lihat, bego! Lagian, lo yang narik dua cewek itu buat nyentuh lo. Dan lo kegirangan kayak orang gila beneran."

Masa sih? Si Davin mengada-ngada. Gue masih waras dan ingat sama Celia. Mana mungkin bertingkah kayak begitu.

"Yang paling gila kalau gue nggak buru-buru narik lo buat pulang, lo udah mau buka celana di dance floor! Di depan dua cewek itu! Sarap banget deh lo! Untung gue lihat, makanya gue kentang banget karena lihat lo yang mabok udah kayak minum tequilla sepabrik."

My Hottest Daddy [Hottest Series#3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang