1. Katanya, itu Si Berengsek

22.2K 1.4K 58
                                    

Bab 1 meluncur. Semoga suka sama versi terbarunya ya...

Jangan lupa vote dan komennya ya...

Happy reading!

***

Ayu

"Welcome back to Bandung, Ayu!"

Aku tersenyum lebar seraya merentangkan kedua tanganku guna menerima pelukan hangat dari sahabatku yang sudah dua tahun nggak pernah bertemu karena kami berpisah karena pekerjaan. Aku terpaksa pindah ke Jakarta karena harus mengurus cabang dari perusahaan yang bergerak di bidang agen wisata dan travel Papa di sana. Dan setelah dua tahun lamanya di sana, aku meminta kepada Papa untuk balik ke Bandung karena suasana kota Jakarta sudah nggak bersahabat lagi. Makanya, ketika diizinkan Papa untuk pindah, aku nggak pakai mikir panjang dan langsung tancap gas ke Bandung.

Bandung, the best city in Indonesian.

Percaya deh, nggak ada kota yang seindah dan senyaman kota Bandung. Meski sekarang, kota Bandung sudah seperti Jakarta yang macet di mana-mana dan cuaca panas seperti sedang melakukan simulasi hidup di neraka. Tapi, tetap saja Bandung sangat istimewa karena selalu menyimpan cerita di setiap sudut kotanya.

Termasuk ceritaku dengan mantan pacarku yang sekarang sedang dipertanyakan apakah dia masih hidup atau sudah meninggal.

Yaaa... aku berharap dia sudah meninggal karena keberengsekannya.

"Gimana Bandung yang sekarang?"

"Nggak ada perubahan."

"Ngawur," Kirana mengibaskan sebelah tanganku tepat di hadapanku. "Bandung yang sekarang udah berubah. Apa lo nggak lihat macet di mana-mana?"

Aku terkekeh pelan mendengarnya. "Iya sih, sedikit berubah. Tapi, tetap aja gue kangen sama Bandung. Meski ya... lahir dan besar di Jakarta terus pindah ke Bandung dan pindah lagi ke Jakarta terus sekarang balik lagi ke Bandung. Buat gue, Bandung masih jadi tempat yang bermakna dan bikin gue nyaman banget."

Kami pun berjalan memasuki Trans Studio Mall yang menjadi tempat kami bertemu. Sekalian belanja juga karena Kirana sudah nggak punya baju lagi. Padahal, aku tahu pakaian dia lebih dari dua lemari berukuran besar di rumahnya. Dan dia masih sering bilang, "Duh, gue nggak ada baju buat main. Jadi, harus belanja dulu. Ya malu banget lah, masa baju yang kemarin malam gue pakai, harus dipakai lagi hari ini, sih?"

Yaaa ... bagi Kirana membeli dan memakai pakaian sudah seperti memakai diapers yang harus diganti setiap dua jam.

"Eh, by the way... lo apa kabar?" tanya Kirana begitu kami memasuki gerai Uniqlo. "Saking senengnya gue ketemu sama lo, sampai lupa buat tanya kabar lo."

"Baik, lah." Aku mengikuti Kirana di belakangnya. "Makanya gue sama lo bisa ketemuan ya karena kabar gue baik banget, Kirana."

"Tapi sumpah sih, lo kelihatan beda banget deh. Kayak apa ya..." Kirana berpikir sejenak. "Kayak ada yang beda gitu lah dari lo. Seakan lo tambah cantik dan lebih kelihatan lebih mature aja."

"Ya kali gue bakal sama kayak dua tahun yang lalu sebelum pindah ke Jakarta. Gue kan sekarang berubah jadi lebih dewasa karena ada yang harus gue urus."

Kirana mengangguk-anggukan kepalanya. "Oh iya, ya. Gue lupa sih kalau ternyata lo udah punya anak," katanya. "Anak lo apa kabar? Umurnya berapa tahun, sih?"

"Anak gue baik. Sekarang umurnya udah enam tahun dan tahun depan udah mulai masuk SD. Pusing banget lah gue ngurus sekolahnya," keluhku kepada Kirana ketika dia sedang memilih pakaian yang akan dibeli. "Gila ya, zaman sekarang masuk SD aja udah kayak masuk kuliah. Biayanya nggak murah banget. Sekolah yang bakal gue pilih buat Arga aja masuknya sampai sepuluh juta. Itu tahun sekarang, nggak tahu tahun depan naik atau nggaknya."

My Hottest Daddy [Hottest Series#3]Where stories live. Discover now