10. Permohonan

8.9K 1.3K 262
                                    

Hai semuanya, ketemu lagi sama Aryan, Ayu, dan Arga :)

Semoga masih pada betah baca cerita ini sampai sekarang ya :)

Aku mau tanya, apa yang bikin kalian suka dan betah baca cerita Aryan dan Ayu ini?

600+ vote dan komen untuk bab selanjutnya ya...

Happy reading!

***

Playlist:

Pamungkas - Sorry

***

Aryan

"Aku nggak nyangka, Arga seantusias itu ketemu sama kamu." Ayu bergumam pelan tapi nggak mau memandang gue yang duduk di sampingnya.

Selepas perdebatan gue dan Ayu di sekolah Arga yang berakhir ketemu dia di sana, Arga meminta gue buat nggak pulang dulu karena dia mau mengajak gue ke kids zone. Dia mau gue temenin dia main di sana, dan Ayu juga nggak bisa menolak.

Jujur, gue senang karena seharian ini bisa lihat Arga. Tapi nggak enak saja sama Ayu yang sejak tadi nggak kelihatan nyaman ada di samping gue. Sama kayak tadi, dia milih naik mobilnya sendiri sedangkan Arga pengin naik mobil gue. Entah karena mobil gue bagus atau karena warnanya merah—yang mana itu adalah warna favorit Arga, jadi dia maunya naik mobil gue. Dan lagi, Ayu nggak bisa menolak keinginan anaknya.

Eh salah, anak gue dan Ayu. Anak kami.

Terserah Ayu mau larang gue dengan sebut Arga sebagai anak gue atau cuma anak dia doang, tapi kenyataannya kan Arga anak gue dan Ayu.

"Kamu nggak nyangka? Sama aku juga," jawab gue.

Dia dengar dan segera menatap gue sengit. Pandangan yang tajam dan tersirat kecurigaan dari sana. "Kamu pasti udah sering datang ke sekolah Arga, kan? Udah sering juga ketemu sama Arga dan akhirnya kalian deket banget, kan?"

"Astaga, Ayu..." Gue menatap dia nggak percaya dengan semua tuduhannya barusan. "Baru tiga kali aku ketemu sama Arga."

Gue pun menceritakan kapan pertama kali bertemu dengan Arga kepada Ayu dan dia menyimaknya dengan ekspresi nggak peduli. Tetapi, gue bisa lihat dari kedua matanya kalau dia tertarik sama cerita pertemuan gue dan Arga. Karena yang namanya mata nggak bisa bohong dan itu jelas banget kalau dia juga peduli sama semua cerita gue soal Arga kepadanya.

"Terus kenapa Arga bisa deket banget sama kamu?" tanyanya setelah cerita gue selesai.

Gue mengangkat kedua bahu gue karena nggak tahu juga. "Yaaa... mana aku tahu. Aku aja pas dia deket dan ternyata nyaman sama aku, akunya kaget sampai mau meninggal. Dan waktu itu juga aku sampai ngerasa kalau dia kayak anakku."

Ayu mendengus pelan. "Emang anak kamu kalau seandainya kamu mau tanggung jawab. Tapi, karena kamu nggak mau tanggung jawab, ya udah aku nggak akan pernah terima kalau kamu anggap Arga sebagai anak kamu atau anak kita."

Gue bergeming. Mengalihkan pandangan ke Arga yang lagi asyik main di kid's zone. Dia main sendiri, ketawa sendri, asyik sendiri dan kelihatan nggak ada kemauan buat gabung sama anak yang ada di sekitaranya. Melihatnya yang kayak begitu, gue jadi inget sama masa kecil gue yang nggak beda jauh sama Arga. Kata Ayah, gue memang susah bergaul sama orang asing dan milih buat sendiri.

Gue tahu nggak ada hak sama sekali seandainya gue ngomong kayak begini ke Ayu. Apalagi melihat reaksinya yang beneran nggak terima jika pada akhirnya Arga bisa dekat sama gue.

My Hottest Daddy [Hottest Series#3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang