8. Bertemu Kembali

10.2K 1.3K 250
                                    

Halooo semuanya, apa kabar?

Semoga sehat-sehat selalu yaaa...

Masih ada yang nungguin cerita ini update?

Akhirnya ya, setelah drama persakit gigian menyerang, aku bisa lanjutin cerita ini lagi.

Masih mau ngasih "💙" buat cerita ini nggak?

500+ vote dan komen untuk bab selanjutnya ya...

Udah bisa nebak lah ya bab ini isinya apa wkwkwk...

Happy reading dan semoga tidak emosi :)

***

Ayu

Jam empat subuh, aku sudah membangunkan Arga dengan sangat terpaksa. Aku tahu dia akan mengomel setelahnya tapi aku nggak mau memedulikan itu dulu. Ada hal yang membuatku harus berlaku demikian. Yaitu, pekerjaan. Hari ini adalah hari super sibuk yang akan aku hadapi bersama timku.

Pernikahan anak bupati membuatku nyaris gila selama tiga bulan ini. Meskipun hanya mengurus busana briedmaids-nya, tetap saja, aku dan timku hampir menyerah karena banyak sekali detail yang harus diperhatikan agar nggak ada yang salah sama sekali. Dan ini juga bisa dibilang adalah proyek besar pertamaku untuk mengurus busana pernikahan.

"Maaf ya, Sayang..." Aku menidurkan Arga di jok belakang mobilku. Dia terdengar beberapa kali berdecak menahan kesal. "Ibu nggak maksud buat bangunin kamu, tapi hari ini ada acara penting."

Arga nggak berkata apa-apa. Dia memilih tidur kembali sedangkan aku menyetir mobil untuk pergi ke rumah Papa. Hari ini, Arga akan aku titipkan sementara di rumah Papa karena dia juga nggak mau ikut denganku ke tempat acaranya.

Sesampainya di rumah Papa, beliau langsung menyambutku ketika aku menggendong Arga masuk. Papa cuma geleng-geleng kepala kala aku membawa Arga ke kamar tamu. Setelah memastikan Arga lelap dalam tidurnya, aku memberikan kecupan lembut pada keningnya.

"Ayu..."

Suara Papa membuatku menatap beliau begitu keluar dari kamar tamu. Kemudian, aku menyahut, "Iya, Pap?"

Papa nggak langsung menjawab. Beliau menatapku dengan tatapan menyelidik dan aku sama sekali nggak tahu apa yang ada di pikiran Papa.

"Pap?" panggilku sekali lagi. "Ada yang mau Papa omongin?"

Papa cuma bergumam nggak jelas. Membuatku semakin bingung dengannya.

"Pap, kalau nggak ada, aku mau—"

"Kamu bertengkar sama Sabiru?" potong Papa. Membuatku mengerutkan kening karena pertanyaannya barusan. Papa tahu dari siapa kalau aku memang sedang nggak berhubungan baik sama Sabiru?

Memang sih setelah perdebatan yang nggak penting beberapa hari yang lalu, aku sama sekali nggak menghubungi Sabiru. Begitu juga sebaliknya. Aku melakukan itu semua ya karena bukan salahku juga. Membela Arga dan nggak rela jadi bahan debatku dengan Sabiru sama sekali nggak membuatku menyesal. Kalaupun Sabiru ingin hubungannya denganku selesai, ya sudah. Sama sekali nggak masalah. Toh, selama ini aku hidup baik bersama Arga.

"Papa tahu dari siapa?"

"Sabiru ngadu sama Papa," kata Papa. "Tempo hari yang lalu, waktu Papa ketemu sama Sabiru, dia bilang lagi bertengkar sama kamu. Terus, Papa tanya sama dia apa yang bikin kalian bertengkar, Sabiru jawab nggak tahu dan dia sama sekali nggak bersalah. Jadi, Papa mau tanya sama kamu ..." Papa mengembuskan napas panjang lebih dulu, menatapku tajam, "... apa yang udah kamu perbuat sampai kalian bertengkar?"

My Hottest Daddy [Hottest Series#3]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora