Part 4

471 276 242
                                    

Happy Reading❤️
***

Sampailah mereka di restoran yang dimaksud Lingga

"Duduk sini aja ya."

Lingga menarik kursi yang di dekat dinding kaca, sehingga bisa melihat orang yang berlalu lalang.

"Gue sering kesini. Dan ini tempat favorit gue sama Sheera, waktu gue masih pacaran sama dia." Ujar Lingga sambil memandang kearah luar jendela.

Rachel yang mendengar omongan Lingga yang lagi-lagi tentang Sheera. Dan kesekian kalinya Rachel tersiksa oleh topik pembicaraan Lingga yang selalu tentang Sheera.

"Sheera, Sheera, Sheera lagi."Batin Rachel kesal

Tak lama pelayan restoran menghampiri mereka dan memberikan daftar menu yang ada di restoran ini.

"Selamat sore,ingin pesan apa?" Tanyak pelayan itu

"Rachel lo mau makan apa?" Tanyak Lingga pada Rachel

"Samain aja kayak lo"jawab Rachel dengan malas

"Saya pesan Steak Beeaf 2, milkshake coklat 2." Ucap Lingga Pada pelayan itu.

"Baik saya ulangi Steak Beeaf 2, dan milkshake coklat 2,ada lagi?" Tanyak pelayan itu.

"Tidak"

"Baik saya permisih dulu"kata pelayan dan di angguki oleh Lingga

Setelah pelayan itu pergi, Rachel mulai mengeluarkan buku bindernya yang selalu ada ditasnya.

Sedangkan disisi lain Lingga tengah sibu dengan poselnya. Dan Rachel ia menulis dengan pena nya di lembaran berikutnya dalam binder biru miliknya

"Aku lelah untuk berpura pura seakan semuanya baik baik saja.Aku lelah untuk berpura pura bahagia di hadapan dunia. Setiap malam aku ingin berteriak sekencang-kencangnya hingga tengorokan aku lepas dari sendi-sendinya. Tapi apa guna?, mereka yang mendengar tidak lebih hanya sekedar ingi tahu bukan untuk membantu."

Rachel berhenti menulis,lalu menatap pria yang bersifat freezer yang kini duduk di hadapannya.

Kenapa gue bisa punya perasaan yang seharusnya ngak pernah ada?

Kenapa gue bisa se bodoh ini ngak bisa lepasin perasaan ini?

Sebenarnya seberapa kuat gravitasi yang lo milikin buat narik gue?

Beberapa detik Rachel memandang sosok pria yang kini sedang bernaung dihati dan pikirannya.

Setelah itu Rachel menlajutkan tulisannya yang sempat tertunda.

"Aku mencoba menutupi dengan senyum.
Namun, yang kurasakan hanya genangan air mata.
Aku mencoba menutupi dengan tawa.
Namun yang kurasa hanya luka yang kian nyata.
Jika boleh jujur, aku bosan mendengarkan.
Sesekali aku ingin di dengarkan."

Rachel kembali menatap Lingga yang sibuk dengan ponselnya yang entah Rachel sendiri tdk tahu siapa yang kini sedang berkomunikasi dengannya.

Tak lama kemudian pelayan datang dengan membawa makanan yang di pesan Lingga beberapa menit yang lalu.

Rachel menutup bindernya, dan Lingga meletakkan ponselnya yang dari tadi menjadikan objek kesibukankannya di meja.

"Di restorant ini menu Steak Beefnya yang paling gue suka."

Lingga membuka pembicaraan setelah cukup lama suasana menjadi hening karena mereka tidak saling berbicara.

"Gue gak tahu ini gue yang lebay atau emang enak. Tapi menurut lidah gue yang tajam setajam silet ini bilang kalo Steak disini emang enak."jelas Lingga yang melahap makanannya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Hahaha.Lo alay banget si Ling."

Rachel menjitak kepala Lingga yang matanya masih merem menikmati makanannya.

"Aduh."

Sontak Lingga membuka mata dan mengelus kepalanya yang sakit karna jitakan Rachel.

"Habisnya lo gila. Malu gue makan sama lo di sini. Lo kayak orang kelaparan yg belum makan selama setahun tau nggak."Ucap Rachel yang masih melanjutkan kekehannya.

"Mati dong gue. Meskipun gue malu-maluin tapi lo sayang kan?"

Dengan percaya Lingga megatakan sedemikian rupa kalimatnya sambil matanya bertuju pada Rachel yang masih belum selesai tertawanya.

Seketika tawa Rachel reda setelah mendengar ucapan Lingga.

"Iya Ling. Gue sayang sama lo, bahkan gue cinta sama lo. Jangankan malu- maluin di depan umum,lo bikin hati gue nyesek aja gue masih cinta sama lo. Bego ngak sih gue cinta sama lo?" Bating Rachel.

"Kok.. lo..gak... makan.. sih?"

Omongan Lingga tidak terlalu jelas di dengar karna mulutnya penuh dengan makanan.

"Oh, lo ngak mau makan?, yaudah buat gue aja."

Ia setengah berdiri dan menyeret piring Rachel yang sama sekalih di sentuh olehnya.

"Eehh,Enak aja. Ini gue mau makan."

Rachel menepis tangan Lingga,dan melakukan ancang-angcang untuk memotong Steak nya.

"Gue coba ya. Awas aja kalo rasanya sama aja kayak di restoran lainnya. Gue jitak pala lo." Ancam Rachel yang diikuti senyum manisnya.

"Gini dong, kalo mau jitak kepala orang ngomon dulu. Biar orangnya siap-siap." Jawab Lingga.

Sebenarnya Lingga memiliki sifat yang humoris dan murah senyum. Tapi ini ia lakukan kepada orang terdekatnya saja.

"Gimana?" Tanyak Lingga pada Rachel yang sedang mengunyah makanannya.

"Emm...biasa aja tuh." Ucap Rachel sambil memotong Steak dan melahapnya.

"Katanya biasa aja, tapi makanannya lahap bener. Kayak orang yang belum makan setahun." Sindir Lingga  yang membalikkan kata-kata Rachel sebelumnya.

Rachel terkekeh yang di ikut Lingga juga. Dan benar, Steak ini lain dari yang lain. Entah apa yang menbuat rasanya menjadi lain.

Tiba tiba dering ponsel Lingga berbunyi dan berhasil membuat Lingga berhenti mengunyah makanannya. Ia melirik ponselnya yang tertera nama sahabatnya yaitu Delvin calixton Hibrizi yang sedang menelponnya. Lingga segera mengangkat teleponnya.

"Hallo, jadi gimana? Anak anak setuju gak?"

"Barusan gue ke besecamp ngomon soal lomba itu dan mereka setuju."

"Oke.Kalo gitu besok pulang sekolah lo ikut gue daftar ya." Sahut Lingga dengan bada gembira.

"Oke."

Tut...Tut...Tut...

Telpon mereka pun berakhir.

Vote and comment
Kasih tahu klo ada typo (⁠⁠)
Jangan lupa Follow Instagram
Peachy.nail_
*
*
*
TBC

Friendzone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang