[•° TUJUH °•]

120 28 0
                                    

Ire dan Yeya sudah berada di mall sekitar dua jam. Nurul sudah pulang dan mereka akan bertemu lagi jam dua nanti. Sekarang, keduanya berada di salah satu restoran cepat saji untuk makan siang.

"Eh, kemarin itu ada yang DM aku, katanya mau endorse sabun cuci muka," curhat Ire tiba-tiba. Yeya yang tengah mengunyah ayam goreng langsung mendelik kaget.

"Yaudah terima aja!" ujar Yeya. Gadis dengan kerudung kotak berwarna hijau pupus itu menyedot soda merah miliknya.

Ire menyendok es krim pesanannya. Ia tidak berniat untuk makan makanan berat. Ia ingin es krim dan sekadar kentang goreng. Gadis itu mengangguk, sebab ia memang sudah berniat begitu.

"Pengennya, sih. Tapi aku bakal minta dulu produk nya. Kan ga mungkin endorse kalau aku sendiri ga cocok."

Temannya itu manggut-manggut paham. Ia tahu Ire orang yang sangat profesional. Gadis itu tidak akan promosi sesuatu yang ia sendiri tidak suka. Katanya, kalau kita promosi, artinya kita setuju bahwa produk itu memang layak dijual.

"Btw, belanjaan kita kurang apa, ya?" tanya Yeya.

"Kayanya udah, Ya. Mayonaise?"

"Udah, tadi aku yang ambil."

"Susu kental manis?"

Yeya mengangguk. "Udah, empat cukup, kan?"

"Cukup, Insyaallah. Buahnya udah semua?"

"Buah naga, apel, pir, jeruk, stroberi, kiwi. Mau ditambah?"

"Anggur?"

"Oh iya! Keju juga lupa, Re!" pekik Yeya sembari menepuk jidatnya.

Ire melongo, ia bahkan tidak ingat kalau salad harus pakai keju. Padahal, keju adalah makanan kesukaannya.

"Yaudah, nanti aku beli sendiri aja. Mau tambah apa lagi?"

"Udah, sih. Nanti kalau inget aku WA kamu aja."

Setelahnya, mereka kalut di pikiran masing-masing. Menghabiskan pesanan sambil berfikir betapa asyiknya acara cooking class dan kajian nanti sore. Terutama Ire, ia jadi teringat kesibukannya di rohis jaman SMA dulu.

"Eh, iya. Gimana kalau untuk event, buku, sama tulisan-tulisan diluar buku, aku bikin blog sama medsos sendiri?" Ide itu tiba-tiba muncul di kepala Ire.

"Maksudnya?"

"Iyaa jadi info-info kaya gitu ga jadi satu sama akun pribadi aku. Ga ketumpuk sama story atau postingan pribadi."

Yeya mengangguk setuju. "Boleh. Mau Instagram sama blog? Atau apa lagi?"

Gadis dengan gamis itu nampak berpikir, "Blog sama Instagram dulu aja. Instagramnya kamu pegang juga, Ya. Soalnya kan banner event kamu yang dapet."

"Duh! Kamu kog percaya banget sama aku, Re. Aku jadi terharu."

Ire terkekeh. "Iya, aku percaya sama kamu, Ya. Kamu jadi admin juga ya! Soal blog, aku usahain bakal update setidaknya seminggu sekali."

Yeya mengangguk."Mau dikasih nama apa?"

Ire memutar bola matanya, berusaha menggali frasa yang tepat untuk link miliknya. Nama yang bagus, nama yang mudah diingat.

"Ukhtinesia?"

Temannya mendelik setuju. "Setuju!! Bagus tuh!"

×××

"Wahhh!!! Kak Shireen ini istrinya Febi Habibie, ya? Yang pemain Persija itu, kan?" seru seorang gadis SMA yang kini menikmati salad buah bersama Ire.

Kajian dan cooking class sudah selesai. Sekarang saatnya menikmati masakan mereka sambil bercengkrama. Ire, si bintang tamu, ikut membaur bersama para siswa dan siswi yang antusias dengan kehadirannya.

Bagaimana tidak? Ire kan memang cukup terkenal, apalagi di kalangan rohis. Gadis itu sering mengisi kajian atau seminar tentang wanita dan anak, juga tentang pendidikan.

"Iya," jawab Ire.

"Kakak aku nge fans banget loh, Kak, sama Kak Febi Habibie. Main bolanya pinter banget," seru gadis lainnya sambil menyampirkan ujung kerudung.

"Oh, ya?" Ire memancing. "Alhamdulillah."

"Kak Shireen sama Kak Habib mah cocok banget! Sama-sama good looking, terkenal, berbakat lagi!"

"Makasih." Ire melahap buah naga dengan senyum melebar. Selalu tersipu tiap ada yang memuji hubungannya dengan Habib.

"Boleh foto gak, Kak?"

Gadis itu mengangguk, membiarkan beberapa kali ia kena jepret foto. Padahal tadi sudah foto semua anggota rohis, rupanya mereka hendak foto mandiri.

"Tips bikin salad donk, Kak! Biasanya aku bikin ga seenak ini," ujar Kinanti, gadis dengan kerudung kotak berwarna putih yang duduk di sebelah Ire.

"Emang kamu yang ga bakat!" celetuk temannya, membuat Kinanti melayangkan cubit padanya.

"Ehm, kayanya tanya Kak Nurul aja, deh. Soalnya dia yang pinter kalau masak-memasak. Kak Ire mah nurut aja."

"Hehe, iya, deh!"

Acara itu berlangsung sampai adzan Maghrib berkumandang. Mereka semua bersih-bersih musholla dan mulai ambil wudhu untuk sholat berjamaah. Diimami oleh salah satu guru agama yang tadi ikut mengawasi jalannya acara.

Selepas sholat, Ire mengecek ponselnya yang sudah dipenuhi beberapa pesan masuk. Termasuk dari Habib.

📩16.30
Re, belum pulang?

📤18.10
Maaf, Bang.
Ini masih di SMA. Bentar lagi pulang.

Tidak ada jawaban. Bahkan centangnya tidak berubah menjadi biru. Ire memasukkan ponsel ke tas nya lalu segera berjalan ke parkiran. Memacu mobilnya pulang ke rumah.

📩18.17
Mau ku jemput?

Ire bisa mengecek ponselnya lagi saat ia terjebak macet. Perutnya keroncongan sebab dia hanya memakan es krim dan kentang goreng, juga satu cup salad buah. Oh, ayolah! Dia adalah orang Indonesia yang tidak akan kenyang sebelum makan nasi.

📤18.18
Ini udah di jalan, macett🤧

📩18.18
Makan di rumah, kan?
Ibu masak ikan bakar

📤18.19
Iyaa
Tungguin!

📩18.20
Aku habisin 🤪

📤18.20
😾


Ire tidak benar-benar marah, tentu saja. Ia hanya jengkel atas tingkah jail suaminya itu. Ire justru sedang tertawa sambil menunggu pesan balasan.

📩18.22
Cepetan pulang makannya🤣
Kangenn

📤18.22
Iyaa

Jalanan mulai lenggang. Wanita itu bisa memacu mobilnya lagi dan ia akan sampai di rumah secepat yang ia bisa.



800++ kata
Buat yang bersedia mampir dan tinggal, makasih bangettt

Ukhtinesia.Com [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang