Awal mula

9 2 0
                                    

Kehilangan mengajarkan arti bagaimana caranya kita menghargai sebuah kebersamaan.

******

Happy reading✨

Tiga bulan yang lalu...

"Kak pelangi yakin mau pergi kak?" Tanya gadis imut berpipi chubby

"Yakin Nja, lagian kan gue cuma seminggu disana. Takut banget ya lo kangen sama gue." Pelangi terkekeh diakhir ucapannya.

Gadis imut bernama senja itu pun mendesis kesal, "Tapi perasaan gue gak enak kak." Lirih senja

Pelangi menggelengkan kepalanya gemas, bagaimana tidak senja begitu menggemaskan dengan mata besarnya yang berkaca-kaca, juga suaranya yang terdengar sedikit bergetar.

"Makanya jangan kebanyakan pake perasaan Nja, sesekali lo harus pake logika biar gak oon."

"Ck, gue serius kak. Gue,,, gue takut lo kenapa-napa."

Pelangi mengembuskan nafasnya pelan. Sebenarnya dia juga merasa sedikit aneh dengan perasaannya dan juga sedikit tidak enak. Entahlah, mungkin ini yang dinamakan ikatan batin antar saudara, dan Pelangi tidak menyangkal itu.

Pelangi mendekat kearah adiknya, menarik tubuh mungil yang hanya sebatas bahunya itu kedalam rengkuhannya.

Perasaan Pelangi semakin tak karuan. Dadanya terasa sesak mendengar suara isak pelan yang keluar dari bibir mungil adiknya.

"Sttt,,, jangan nangis. Gue bakal baik-baik aja kok. Lo percaya kan sama gue?" Ucap Pelangi sedikit menenangkan.

Senja mengangguk samar walau perasaannya masih sama, takut.

"Ayah, bunda sama kak Pelangi berangkat dulu ya, kamu baik-baik disini seminggu lagi kita pulang." Ucap wanita paruh baya sembari mengecup kedua pipi putrinya.

"Kalian janji ya bakal pulang dalam keadaan baik-baik aja."

"Iya sayang, kami janji."

Mobil Pajero itu melesat meninggalkan pekarangan rumah mewah di salah satu komplek perumahan melati, dan senja masih setia memandanginya hingga mobil itu tak terlihat lagi.

Senja memejamkan kedua matanya dan menarik nafas panjang.

"Ya Tuhan, lindungi orangtua dan saudariku, semoga mereka baik-baik saja dan semoga fisarat buruk ini tidak lah benar." Lirihnya pelan.

Tiga jam berlalu, selama itu juga Senja terus menerus mondar-mandir bak setrikaan. Perasaan gadis itu masih sama seperti pagi tadi.

Berulang kali ia mengecek ponselnya barang kali ada notifikasi dari kedua orangtuanya dan juga kakaknya yang tidak ia sadari. Namun nyatanya tetap tidak ada.

"Non Senja kenapa mondar-mandir terus dari tadi bibi perhatiin." Ucap seorang wanita paruh baya yang bekerja dikediaman keluarga Senja,--bi Inah-- nama art tersebut.

"Perasaan Senja gak enak bi, Senja takut ayah, bunda, sama kak pelangi kenapa-kenapa dijalan." Ucap Senja lirih.

"Non yang tenang ya, semuanya pasti baik-baik aja. Jangan lupa juga non Senja berdoa sama allah."

"Baik, makasih bi."

*****

Sedangkan disisi lain, dua orang wanita tengah panik dalam mobil yang dikendarai oleh Bagas--ayah dari Senja-- pria paruh baya itu mencoba menenangkan istri dan putri sulungnya, walaupun ia sama paniknya seperti mereka.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 27, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Aksara untuk Senja (REVISI)Where stories live. Discover now