[27] Dimensi Religiusitas dan Kebersyukuran

791 213 65
                                    

Ladin Prawesti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ladin Prawesti

Kak.

Tadi malam aku lihat Ayah nangis di ruang tamu.

Sendirian.

(09.15 WIB)

Kak?

(10.31 WIB)

Sibuk, ya?

(12.47 WIB)


Ladin mengecek ponselnya untuk ketujuh kalinya hari ini, dan dia masih tidak menemui apa pun di notifikasi ponselnya.

Pandangannya berpendar setelah menghela napas pelan. Kampus mulai sepi, lalu-lalang manusia di depannya bisa dihitung jari sejak tadi. Di lantai lima yang hanya diisi perpustakaan, mushola, dan lab psikologi ini, Ladin mengambil posisi duduk di kursi kayu depan lift.

Kenapa Kala kerap tidak ada saat Ladin butuh?

Pertanyaan itu melintas sejenak padanya. Dan serta-merta, Ladin membayangkan bagaimana Ayah yang dulu selalu hadir tanpa diminta. Apa Ladin terlalu berlebihan untuk meminta sedikit waktu Kala? Sebentar saja. Sekadar untuk memberinya tepukan kecil di kepala dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Apa itu berlebihan?

Tapi, Kala tetap tidak ada. Bahkan saat Asta sudah keluar dari perpustakaan dan duduk di samping Ladin, pesannya masih membisu dengan dua centang abu-abu.

"Thank you, Din." Asta mengembalikan kartu perpustakaan milik Ladin. "Maaf banget ngerepotin. Aku lupa bawa kartu perpus, padahal mau minjem buku Psikologi Konseling buat kuis besok. Untung tadi ketemu kamu."

"Nggak apa-apa. Sama-samaa!"

Asta tersenyum tipis. Setelah itu, dia membuka buku Psikologi Konseling di tangannya untuk dibaca sekilas.

Ladin tidak sadar kenapa ia mendadak memperhatikan bagaimana fisik Asta yang mendekati kata sempurna. Rambut yang tergerai lurus, tubuh ramping, dan paras cantik. Asta jelas sekali memenuhi standar kecantikan di Indonesia. Jika dibandingkan dengan Ladin, jelas dia tidak ada apa-apanya.

Praktis, Ladin mengulum bibir gugup. Ia melempar pandangan kilat. Apa karena fisik Ladin yang jauh dari standar kecantikan Indonesia sehingga Kala sebenarnya tidak sungguh-sungguh mendekatinya?

Apa Kala sebenarnya hanya main sebentar dengannya?

Apa Ladin tidak cukup baik untuk seseorang?

"Kamu ngambil kelas Psikologi Positif nggak, sih, Din?" Asta tiba-tiba bertanya, sehingga Ladin mau tak mau kembali melihat kesempurnaan yang ada pada perempuan itu.

Fase dalam Lingkaran [Selesai]Where stories live. Discover now