[23] Dunia sedang Tidak Baik ⚠️

837 220 81
                                    

[TW / CW: mention self injury / self harm & KDRT]

Ladin bangun di keesokan harinya dengan kekosongan yang membuat dia menatap tak gairah atap kamar, juga kekacauan di kepala yang masih bertenggaran

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ladin bangun di keesokan harinya dengan kekosongan yang membuat dia menatap tak gairah atap kamar, juga kekacauan di kepala yang masih bertenggaran. Butuh waktu 15 menit untuk Ladin berdiri, bersiap ke kampus, dan mengambil sisa-sisa jejak sunyi yang mendominasi rumah.

Tubuhnya lelah luar biasa. Pikiran Ladin rasanya tidak bisa diajak berkompromi untuk ikut kerja kelompok mata kuliah Psikologi Keluarga sepulang kuliah. Presentasi kelompoknya minggu depan, dan makalah seharusnya sudah selesai hari ini. Jika Ladin pernah dengar bahwa manusia bisa bergerak menyerupai robot; tidak bergairah dan tidak berperasaan. Maka, begitulah Ladin sekarang.

Sebenarnya, energi Ladin benar-benar sudah habis. Tapi malam harinya, dia masih harus menyempatkan diri untuk datang ke rumah sakit yang alamatnya sudah dikirim Bibi, salah satu saudara Ibu yang tinggal di Purwokerto. Bibi langsung datang setelah mendapat kabar bahwa Ibu dilarikan ke rumah sakit. Bahwa Ladin sempat pingsan untuk beberapa jam. Bahwa Ayah kembali dilarikan ke kantor polisi setelah kekacauan itu terjadi.

Singkatnya, orang-orang mulai berdatangan ketika kondisi keluarganya sudah berada di ujung tanduk.

Sejujurnya Ladin merasa malu. Dia bingung harus bagaimana untuk menemui Bibi, Om, dokter, atau siapa pun yang akan ditemuinya nanti di rumah sakit. Dan ketika raganya yang luar biasa lelah itu sampai di rumah sakit yang dipenuhi oleh warna putih, Ladin menemui sosok baru di samping kasur Ibu.

Ladin menghidu bau obat saat ia masuk ke dalam ruang rawat inap. Di sana hanya ada Ibu dan laki-laki asing. Ladin mungkin akan mengira laki-laki itu adalah omnya yang mungkin saja operasi plastik, kalau dia tidak menangkap bahwa tangan laki-laki itu dengan kurang ajarnya menggenggam erat jemari Ibu.

Skenario terburuk sudah Ladin susun saat matanya mulai terasa panas, untuk kemudian memberi tanya, "siapa?"

Ruangan itu hening, kosong, dan sunyi. Bola mata Ladin jelas menuntut jawaban yang bisa menghilangkan kekalutannya. Bahwa ucapan Ayah kemarin hanya omong kosong karena temperamen Ayah yang meledak-ledak. Ladin menolak jelas untuk menerima, bahwa siapa pun laki-laki di depannya ini, adalah salah satu penyebab prahara keluarganya berguncang hebat.

Pertanyaannya itu masih tidak dihadiahi jawaban apa-apa. Sampai pintu kamar terbuka, dan Ladin menemukan Bibi masuk ke dalam ruangan. Menatapnya dengan seribu maksud, salah satunya rasa kasihan.

Demikian, Bibi mengajak Ladin keluar untuk menceritakan apa-apa yang perlu didengarnya.

***

"Ibu selingkuh."

Entah dari mana energi itu datang. Tiba-tiba saja, Ladin merasakan berbagai kekuatan untuk berlari menghunus angin. Dengan temaram lampu yang diam-diam membantunya agar ia tidak menjadi buta dalam kegelapan malam. Juga kaki Ladin yang berlari tiada henti seolah sedang dikejar sesuatu yang urgensinya tinggi sekali.

Fase dalam Lingkaran [Selesai]Where stories live. Discover now