Aliance

1.4K 117 78
                                    

  Salju turun dengan anggun, udara dingin seolah menusuk paru-paru. Indo terbangun dari tidurnya lantaran kedinginan dan mimpi buruk yang dia alami. Manik ruby nya nampak menatap kaca yang ditutupi es tipis. Entah berapa bulan sejak kejadian monopoli itu, yang jelas sekarang dia bukan kepanasan melainkan kedinginan, berbanding terbalik. Perlahan kakinya turun dari ranjang dan menyentuh lantai yang sedingin es, membuatnya cepat-cepat menarik kakinya lagi.

"Dingin banget parah..." Indo bersungut lantas memakai sendal rumah yang jarang dia pakai.

  Dengan kesunyian ditemani suara langkah kakinya, Indo berjalan melintasi lorong yang menghubungkan semua kamar saudara-saudaranya juga ASEAN. Indo menapaki setiap anak tangga dan dengan penuh kewaspadaan membuka pintu dapur. Sunyi dan gelap. Sebuah senyum terukir diwajah tampannya, penuh kemenangan. Indo menyalakan mesin pembuat kopi dan mulai menyeduh kopi kesukaannya.

"Perfect." Indo perlahan menghirup cairan pekat hitam itu, lalu terseyum puas.

  Para pelayan belum bangun, apalagi yang lain, jam juga masih menunjukkan pukul dua dini hari, Indo bisa berbuat semaunya sampai pukul lima nanti. Dengan sentakan pelan, Indo duduk diatas meja dapur sambil menyeruput kopinya. Dia terbiasa dengan ini, entah kenapa belakangan ini dia susah tidur dan selalu bangun awal, Malay dan Phil selalu menyuruhnya ke dokter, tapi dia selalu bilang itu semua gara-gara dia bergadang keasyikan melihat saham yang terus naik. Sebagai ketua junior ASEAN dia memang lebih sibuk ketimbang yang lainnya. Kalau yang lain sibuk mengerjakan tugas sekolah, dia sibuk mengerjakan tugas sekolah plus perusahaan dan mengurus saham ASEAN yang kursnya tidak boleh cacat dan dipikirkan matang-matang.

  Suara detak jarum jam menggema keseluruh dapur, Indo menatap jam klasik yang digantung diatas pintu dapur itu. Tak terasa kopinya habis, dan sekarang dia bingung ingin melakukan apa sampai pukul lima nanti. Akhirnya Indo turun dari meja dan membuka lemari makanan, tangannya meraih ke bungkusan mie yang terletak diujung.

"Gak sehat, tapi apa boleh buat?" Indo merobek bungkusan mie, dan mulai memasaknya.

  Asap makanan membumbung dan dikeluarkan lewat fentilasi. Terus terbang, bercampur dengan partikel udara, melebur, dan terbawa angin menuju jauh ke utara. Kesebuah tempat dimana salju tidak pernah cair, melintasi atap-atap rumah dan bangunan, melewati pucuk pohon, dan menerpa wajah seorang gadis cantik yang duduk di balkon kamarnya disebuah kastil yang cukup jauh dari kota.

  Rambut panjangnya tertiup angin dingin, nafasnya mengeluarkan uap tipis, manik safirnya nampak menerawang sebuah buku dipangkuannya. Ini masih dini hari, dia tau itu, tapi rasa penasaran membuatnya terjaga dari tidurnya, melupakan kalau hari ini Ayahnya membuat pesta besar-besaran untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-17, dan mengundang tamu-tamu penting, bahkan menyewa penata rias artis untuk merias wajahnya yag tidak dirias pun sudah cantik.

  Jemari lentik Russia perlahan membuka buku yang ada dipangkuannya, lalu meraih pena yang terselip diantara lembaran-lembaran kertas. Dengan tenang ditemani pencahayaan dari kamarnya dia mulai menuliskan kalimat demi kalimat, susunan kata apik tertoreh seiring tinta pena menyentuh permukaan kertas. Manik safir itu mengikuti pergerakan dan untaian kalimat yang keluar, memastikan agar tidak ada satupun yang terlewat. Sekali lagi dia menatap buku itu, tersenyum puas, lantas menutupnya. Seekor burung hantu seputih salju menghampirinya dan hinggap dibahunya dengan lembut. Russia membelai burung hantu itu dengan sayang.

"Haaah... Hari ini bakal melelahkan ya Belizna." Kata Russia sambil membelai bulu burung hantu yang selembut sutra itu.

  Jam mulai berganti, di ASEAN Manor semuanya sudah terbangun dan menikmati sarapan ala natal mereka, tak terkecuali Indo yang berebutan steak dengan Malay. Mereka sarapan dengan khidmat, lalu memamerkan hadiah masing-masing.

Game Of King||RusIndo||MafiaAUKde žijí příběhy. Začni objevovat