duabelas

939 137 93
                                    


(Disarankan untuk memutar lagu yang sudah author berikan diatas ya)




Sebelas, sudah batang kesebelas yang ia sesap malam ini. Berada di balkon, menghadap ke langit malam dan hiruk pikuk kota Seoul.

Air mata tidak bosan mengalir, dan Jongin juga tidak berniat menghapusnya sama sekali, terus saja menyesap rokok itu dan kadang kadang ia tertawa sendiri, tidak ada yang lucu, hanya memang hidupnya patut untuk ditertawakan.

Mungkin hari ini adalah hari keberuntungannya sebab tidak ada yang mencegah Jongin masuk kesini dan akses penthouse bisa digunakan, karna sesudah kejadian 2 tahun silam, kedua orang tuanya menyuruh seluruh satpam dan pegawai apartment untuk melarang Jongin masuk, juga nomor unit penthouse Jongin di berhentikan aksesnya dan ditutup permanent, namun untuk kali ini, tuhan berpihak padanya.

Tidak ada pegawai maupun satpam yang menghalangi, kartu akses yang masih ia simpan juga masih berfungsi dengan baik, Jongin tertawa bagaimana akhirnya tuhan merestuinya kembali ke penthouse ini.

Semua orang berbohong padanya, kata mereka, Jongin tidak akan kesepian lagi, Jongin akan terus ditemani, Jongin akan terus dicintai, tetapi tidak ada, Jongin tidak merasakan satupun itu sekarang.

Justru sebaliknya, ia merasa diabaikan, ditinggalkan, dibuang, kesepian. Jongin benar benar payah, semua orang yang ia sayangi berbalik meninggalkannya saja.

Setelah putung rokok yang ia sesap menipis, langsung saja Jongin bubuhkan pada lengannya, membuat luka bakar kecil disana, sudah ada sebelas bekas sudutan rokok di lengannya.

Sedikitpun Jongin tidak merasakan sakit, sedikitpun Jongin tidak merasakan luka di tangannya, mungkin luka dihatinya terlalu besar jika dibandingkan dengan luka lengannya, dan itu sungguh membuat Jongin muak.

Inginnya Jongin sayat saja lengannya kembali, tetapi tidak ada satupun benda tajam disini, pisau kecil sekalipun sudah dihilangkan dari penthousenya, beruntung tidak ada yang menemukan laci kecil rahasianya, tempat dimana ia menyimpan puluhan bungkus rokok disana. Lagipula Sehun selalu memarahinya jika ia menyayat lengannya, kata Sehun, Jongin akan lebih indah jika tidak melakukan hal itu kepada dirinya sendiri.

Ah Sehun ya? lelaki itu lagi. Mengapa juga Jongin terus terusan mengingat lelaki itu lagi? Hati Jongin benar benar sesak mengingatnya.

Terekam jelas di kepala Jongin kejadian tadi sore, sangat romantis, pikir Jongin, ia sedikit iri.

Pantas saja Sehun selalu pergi ke perpustakaan bersama Irene, pantas saja Sehun rela tidak lari pagi dengannya dan memilih untuk pergi ke perpustakaan, ternyata hubungan yang Sehun jalin dengan Irene sudah lebih dari yang ia kira.

Lagipula Jongin tidak ada apa apa nya dengan Irene, Irene cantik, ramah, pintar, rajin, memiliki tubuh yang ideal, wajahnya juga diatas kecantikan siswi siswi lainnya, wajar saja jika Sehun menyukai Irene, jika dilihat liat pun mereka berdua cocok, wajah mereka sama sama rupawan, otak mereka sama sama pintar, mereka sama rajinnya. Dibandingkan dengan Jongin mah Jongin tidak ada apa apanya, Jongin benar benar keterbalikannya dari Irene

Pemalas, tukang mencontek, manja, suka makan, tidak begitu ramah, mengomel terus, dan sifat buruk lainnya. Seolah memang Jongin tidak pantas diciptakan untuk hal hal baik di dunia.

Jongin tertawa dengan lelehan air mata, mengambil lagi satu puntung rokok untuk kembali ia sesap.

Rokok kedua belas, ia masuk kembali ke kamarnya, membaringkan dirinya, menatap langit langit yang kosong sembari terus menyesap rokok itu kuat kuat seakan hanya nikotin itu yang bisa membuatnya bahagia sekarang, hanya nikotin itu yang membuatnya sedikit kehilangan sesak di dadanya, digantikan sesak yang baru karna terlalu banyak menyesap rokok.

Special || HunkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang