0.16

1.6K 225 21
                                    

Srett...



Pria itu menjatuhkan pisaunya. Melihat tubuh gadis yang baru saja ia lukai luruh ke tanah, pria itu segera menarik dua rekannya untuk segera pergi dari tempat itu.

Yewon masih tersadar, luka tusuk di perutnya mulai mengeluarkan banyak darah. Membuat seragam sekolahnya kini di penuhi noda darah. Pandangan Yewon mulai memburam. Dengan susah payah Yewon mencoba merogoh ponsel yang ia simpan di saku almamaternya. Posisi Yewon saat ini, ia terduduk dengan bersandar pada dinding di belakangnya. Satu tangannya memegangi perutnya yang terluka. Sedangkan tangan kanannya berusaha mendial nomor yang bisa ia hubungi.

Hanya ada beberapa kontak di sana, Yewon juga menyimpan kontak ketiga saudarinya. Meski ia tak pernah berkomunikasi dengan mereka. Pandangannya semakin memburam, hingga ia kesulitan mencari kontak Sowon. Tanpa sadar Yewon malah menghubungi kontak Irene. Rasa sakit mulai menjalar ke seluruh tubuh Yewon. Ia bahkan tak bisa merasakan kakinya.


"Hallo."

Panggilannya tersambung. Ia bisa mendengar suara seseorang di seberang telepon. Gadis itu tidak tau siapa yang ia hubungi. Tapi itu bukanlah suara Sowon.

"T-tolong sshh..." lirih Yewon. Ponselnya merosot dari genggamannya. Ia masih bisa mendengar suara dari seberang telepon. Tapi Yewon sudah tidak mampu untuk sekedar mengucapkan sepatah kata.




Irene menatap layar ponselnya, ia baru sadar jika tadi ia mengangkat panggilan dari gadis yang begitu ia benci. Irene juga menyimpan nomor Yewon di ponselnya. Itu karna paksaan dari Ibunya. Jika tadi ia lebih dulu melihat siapa yang menelpon, Irene tentu tak akan mengangkatnya. Namun sekarang sesuatu terasa mengganjal di hatinya. Suara di seberang telpon tadi terdengar begitu lemah. Juga hanya satu kata yang terucap. Seketika hati Irene merasa gelisah. Kemungkinan sesuatu tengah terjadi pada gadis yang ia benci itu.

Irene mencoba kembali menghubungi Yewon. Hingga tiga kali panggilan, tak ada satupun yang terjawab. Irene mencoba untuk tetap tenang, ia mencoba melacak keberadaan Yewon melalui sinyal gps. Entah mengapa perasaannya mendadak tak enak. Irene segera melajukan mobilnya setelah menemukan titik keberadaan Yewon.

Mobil Irene berhenti tepat di hadapan sebuah gang kecil. Irene memutuskan untuk turun karna mobilnya tidak bisa masuk. Di sana terlihat sepi, hanya beberapa kendaraan yang berlalu lalang. Irene melangkah cepat memasuki gang itu, mengikuti arah petunjuk yang tertera di layar ponselnya.

Hingga pandangannya menangkap seseorang yang terduduk dengan darah memenuhi seragam yang di kenakan. Irene segera berlari menghampiri  seseorang yang tak lain adalah Yewon.

Irene membulatkan matanya melihat apa yang terjadi di hadapannya. Darah segar terus mengalir dari perut Yewon. Ia menatap pada Yewon, Irene dapat melihat kesadaran Yewon yang mulai menipis. Irene perlahan meraih tubuh Yewon untuk ia baringkan. Ia letakkan kepala Yewon di atas pahanya. Perlahan ia melepas cardigan yang sejak tadi melekat di tubuhnya. Ia gunakan cardigan itu untuk menyeka pendarahan di perut Yewon.

Kini noda darah mulai menghiasi pakaian Irene. Gadis itu tetap berusaha bersikap tenang. Meski dalam hati ia berteriak panik. Entah karna melihat seseorang terluka, atau karna ia tau jika saudarinya lah yang terluka.

Yewon masih bisa melihat siapa seseorang yang kini tengah menolongnya. Ia tak menyangka jika salah satu saudarinya bersedia datang. Ia bahkan bisa melihat dengan jelas saat Irene berusaha menghentikan pendarahan di perutnya. Juga posisinya sekarang, paha sang kakak yang kini di jadikan sandaran kepalanya. Yewon merasa senang dengan apa yang terjadi detik ini.

"Tetap sadar seperti ini. Kau tidak boleh memejamkan matamu." ucap Irene.

Entah mengapa mendengar ucapan seseorang yang selalu bersikap dingin padanya, membuat hati Yewon menghangat. Ia terus menatap wajah cantik kakak sulungnya. Hal yang sudah sejak lama ia harapkan, ia ingin bisa dekat dengan ketiga saudarinya. Irene tengah sibuk menelpon seseorang. Setelah panggilan itu terputus, Irene kembali menatap ke arahnya.

HATEWhere stories live. Discover now