0.1

2.5K 230 13
                                    

Kegiatan rutin keluarga Kim setiap pagi, mereka selalu menyempatkan diri untuk sarapan bersama sebelum memulai kesibukan masing-masing. Salah satu peraturan yang wajib di ikuti semua anggota keluarga Kim. Sesibuk apapun mereka, sarapan bersama tak boleh terlewatkan.

Suasana tampak berbeda dari pagi sebelumnya. Jika biasanya kegiatan rutin itu berjalan hangat, tapi tidak untuk pagi ini. Taeyeon terlihat menyiapkan sarapan untuk suami juga anak-anaknya. Donghae duduk dengan tangan sibuk mengotak-atik ponsel canggihnya.

Satu tempat duduk terlihat masih kosong. Salah satu gadis Kim belum terlihat turun dari kamarnya.

"Dimana Jennie?" tanya Taeyeon pada kedua putrinya.

Yeri terlihat mengedikkan bahunya.

"Sudah berangkat sejak tadi." jawab sulung Kim.

Donghae meletakkan ponselnya di atas meja. Pria itu menoleh mendengar ucapan putri sulungnya.

"Sejak kapan dia melewatkan sarapan dan pergi tanpa pamit?" ucap Donghae terdengar geram. Suasana meja makan kini berubah mencekam. Yeri yang tadi berusaha menikmati sarapannya langsung menghentikan aktifitasnya.

"Daddy bertanya padaku? Tidak sadarkah ini akibat dari ulah Daddy sendiri." ucap Irene seraya menatap Ayahnya. Gadis itu sejak tadi sudah berusaha menahan emosinya. Sungguh pengakuan Ayahnya kemarin membuatnya begitu marah dan kecewa.

Terdengar hela nafas dari Donghae. Ia beralih menatap Taeyeon. Wajah wanita itu masih tersirat akan kekecewaan.

Irene beranjak dari duduknya, memilih untuk segera pergi sebelum amarahnya benar-benar meledak di depan Ayahnya. Mengabaikan makanan di hadapannya yang belum sama sekali ia sentuh.

"Sayang, kau belum memakan sarapanmu."
Bahkan ucapan sang Ibu tak membuat Irene menghentikan langkahnya. Gadis itu melangkah pergi meninggalkan tiga orang yang tersisa di ruang makan.

"Ini adalah sarapan terburuk di keluarga Kim." ucap Yeri. Gadis itu ikut beranjak, meraih tas juga almamater sekolahnya.

Pasangan suami istri itu hanya menatap sendu kepergian kedua putrinya. Donghae mengusap kasar wajahnya. Kesalahannya sungguh fatal hingga membuat keharmonisan keluarganya hilang begitu saja.

"Jika saja kau mendengarkan ku untuk tidak mengatakan hal itu pada mereka, semua tak akan serumit ini." ucap Taeyeon. Hatinya memang sakit saat tau suaminya pernah mencintai wanita lain. Tapi hatinya jauh lebih sakit melihat kekecewaan di wajah ketiga putrinya. Seharusnya mereka tidak perlu tau kebrengsekan Ayah mereka.

"Bukankah lebih baik mereka tau yang sebenarnya? Aku juga tidak bisa terus menerus membohongi kalian." ucap Donghae dengan penuh penyesalan. Bagaimanapun ia sangat mencintai keluarganya sekarang.

Donghae meraih kedua tangan Taeyeon. Menatap lekat wajah wanita yang hatinya telah ia lukai.

"Aku benar-benar mencintaimu Taeyeon. Aku mohon maafkan aku." ucap Donghae sungguh-sungguh. Entah sudah berapa kali pria itu mengucapkan kata maaf pada Taeyeon.

Perlahan Taeyeon manarik kedua tangannya dari genggaman Donghae.

"Kau benar-benar pria brengsek Donghae. Kau tak hanya menyakiti kami, tapi kau juga menyakiti wanita itu. Kau meninggalkannya dalam keadaan dia sedang mengandung anakmu!"

Donghae menunduk. Semua yang di katakan Taeyeon benar. Pria itu tak bisa berpikir jernih saat itu, memilih kembali pada keluarganya dan meninggalkan wanita yang sempat ia jadikan pelarian.

"Bahkan kau menyuruhnya untuk menggugurkan janin tak berdosa itu."

Taeyeon tak habis pikir dengan jalan pikiran suaminya. Selama ini yang ia tau, Donghae adalah pria baik dan setia. Tak terpikir sedikitpun olehnya jika Donghae melakukan kesalahan yang sulit untuk di maafkan.

HATEKde žijí příběhy. Začni objevovat