0.39

1.9K 249 51
                                    

Pagi hari Yewon harus di repotkan dengan hidungnya yang tidak berhenti mengeluarkan darah. Saat bangun tidur tadi Yewon merasa kepalanya berdenyut, selanjutnya cairan berwarna merah tampak mengalir dari hidungnya. Dan disinilah Yewon sekarang, sibuk menghentikan mimisannya di kamar mandi. Bercak darah begitu terlihat di westafel. Sudah sejak tadi namun tak ada tanda-tanda mimisannya akan berhenti. Jika begini ia bisa terlambat ke sekolah.

Ini bukan kali pertama Yewon mengalami mimisan. Kepalanya juga sering berdenyut hebat. Bahkan pernah satu kali ia pingsan di kamarnya, dan tak ada satupun orang tau. Yewon sempat takut sesuatu yang buruk terjadi pada tubuhnya. Ia juga tidak menceritakan pada siapapun mengenai dirinya yang sering mengalami mimisan.

Tok  Tok

"Yewon kau sudah bangun!"

Suara seseorang di luar kamarnya menghentikan aktifitas Yewon. Itu suara Yeri.

"Iya! Aku sedang mandi!" Yewon berteriak menjawab Yeri.

"Jika sudah selesai cepatlah turun untuk sarapan!"

Setelah mendapat jawaban dari Yewon, Yeri kembali menuju ruang makan. Gadis itu sempat terheran, tidak biasanya Yewon bangun terlambat. Dia selalu tiba lebih dulu di ruang makan saat sarapan. Yeri sengaja menghampiri Yewon ke kamarnya karna takut Yewon masih tertidur.

"Dia belum bangun?" tanya Taeyeon saat melihat Yeri berjalan sendiri tanpa Yewon.

"Sudah, dia sedang mandi. Tumben sekali dia belum bersiap. Biasanya dia yang paling rajin." ucap Yeri.

Yewon menatap pantulan dirinya di cermin. Ia kembali memoles wajahnya dengan make up tipis. Wajahnya terlihat pucat, ia berusaha menutupinya. Sebenarnya ia merasa sedikit tak enak badan, tubuhnya terasa lemas. Tapi ia tetap memaksa untuk pergi ke sekolah. Yewon menatap jam di pergelangan tangannya. Masih ada waktu untuknya mengikuti sarapan. Yewon meraih tas punggung juga almamaternya. Ia bergegas keluar menuju ruang makan.

Saat sampai Yewon melihat semua anggota keluarga Kim sudah berkumpul di meja makan. Bahkan mereka sudah memulai sarapan. Yewon melangkah perlahan menuju tempat duduknya.

"Tidak biasanya kau terlambat bangun. Apa tidurmu nyenyak?" tanya Taeyeon saat melihat Yewon sudah duduk. Wanita itu beranjak lalu meletakkan satu potong roti selai untuk Yewon. Ia juga menuangkan segelas susu hangat untuk Yewon.

"Aku tidur larut semalam." jawab Yewon.

Taeyeon menatap lekat wajah putrinya. Sekilas memang tidak terlihat. Tapi bukan Taeyeon namanya jika ia tidak teliti. Merasa ada yang tidak beres dengan putrinya, Taeyeon menempelkan punggung tangannya di kening Yewon.

"Sayang badanmu hangat, kau sakit?"

Yewon tersentak, ia segera menjauhkan keningnya dari tangan sang Ibu. Namun bukannya menjauh, Taeyeon justru beralih menyentuh lehernya.

Pertanyaan Taeyeon tentu menarik perhatian suami dan ketiga anaknya. Mereka langsung menatap pada Yewon. Yeri bahkan sampai mendekat, ia mengamati dengan teliti wajah saudarinya. Jari tangan Yeri terulur menyentuh wajah Yewon.

"Wajahmu juga pucat, kau berusaha menutupinya dengan bedak setebal ini."

Yewon mendengus kesal, usahanya sia-sia karna ulah Yeri. Sekarang ia bisa melihat semua mata tertuju padanya. Wajah khawatir begitu terlihat dari sang Ayah dan Ibunya.

"Kau sakit, mengapa tidak mengatakannya pada Mommy?" nada bicara Taeyeon terdengar cemas.

"Daddy akan menelpon Dokter, hari ini tidak perlu sekolah ya."

Yewon terdiam mendengar suara bariton Ayahnya. Kemarin ia melihat wajah sang Ayah yang marah padanya. Tapi sekarang semua seolah kembali seperti semula. Hanya tatapan khawatir yang Ayahnya tunjukkan saat ini. Tanpa sadar Yewon sedikit menarik sudut bibirnya. Tatapan Yewon beralih pada kedua kakaknya yang tampak diam di tempat masing-masing. Jennie masih menatapnya, namun kemudian dia membuang pandangannya saat bertemu dengan mata Yewon. Ternyata sampai hari ini kakak keduanya masih marah padanya.

HATEWo Geschichten leben. Entdecke jetzt