24. RASA YANG BERBEDA

Start from the beginning
                                    

“Lo melukai harga diri gue Res,” ucap Gavin dramatis.

“Biasanya juga lo gitu,” sahut Resta enteng, membuat air muka Gavin berubah. Kemudian cowok itu bangkit dan berjalan ke dalam warung Mpok Jessie.

“Lo juga sama,” cetus Raga.

“Emang ya, kalau Resta sama Gavin ketemu langsung gempar ni warjok. Emang cocoknya ngejamet sih,” tukas Noval.

“Gak ada waras-warasnya,” sambar Gibran.

Gibran merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel, ia berniat mengirimkan pesan kepada Gina. Namun saat menyalakan hp, banyak panggilan tak terjawab. Hal yang paling Gibran terpaku pada satu titik adalah, pada pesan Kania.

Mama : Gibran, dateng ke rumah Mama ya. Hari ini Mama ulang tahun, Mama juga udah buat banyak makanan kesukaan kamu

Gibran langsung mematikan ponselnya, kemudian cowok itu beranjak dari tempat sambil memakai jaket. Melihat Gibran pergi sontak membuat Gavin keluar dari warung Mpok Jessie.

“Woi Gib, mau kemana?” tanya Gavin saat Gibran menstater motornya, padahal Gavin baru saja kembali dengan membawa makanan yang Gibran pesan. Namun cowok itu sudah lebih dulu pergi.

“Pulang.”

Singkat, padat, jelas. Kemudian motor Gibran melesat pergi meninggalkan warjok.

“Hati-hati! Jaga hati buat Gina seorang, jangan lenjeh seyeng,” ucap Gavin lebay.

“Najis,” cibir Resta membuat Gavin tertawa.

***

Gibran sudah sampai di rumah Kania, cowok itu sempat mengetuk pintu. Namun karena tidak ada yang menyahut Gibran memutuskan untuk masuk.

Gibran melihat Kania berbaring di sofa, perempuan itu sepertinya mengantuk karena sudah menunggu Gibran terlalu lama. Banyak hidangan yang ia siapkan di meja makan, dan ada sebuah kue. Sepertinya itu buatan Kania.

Gibran mengambil selimut, cowok itu menyelimuti Kania dengan hati-hati. Takut jika Kania akan terganggu. Gibran duduk di bawah sambil memandang Kania.

“Maaf Ma,” ucap Gibran tulus, kemudian Gibran bangkit sambil mendekat ke arah telinga Kania. “Selamat ulang tahun.”

***

Saat ini Gina sedang berjalan di koridor, sejak kejadian kemarin ia enggan menginjakkan kakinya di kantin. Apalagi jika bukan menjauhi Gibran, Gina lebih memilih tidak ingin bertemu sengan Gibran untuk saat ini. Seseorang menarik sebelah tangannya, membuat tubuh Gina refleks berbalik.

“Lo apa-apaan sih?!” tanya Gina saat tau yang menarik lengannya adalah Gibran, cowok itu masih saja mengganggu dirinya.

Gibran melepaskan tangan Gina yang sempat ia genggam, kemudian cowok itu mengangkat tangannya. Pertanda ia tidak memegang lengan Gina lagi.

“Ngapain lo narik gue?” tanya Gina. Pasalnya Gibran menarik Gina di samping lorong yang cukup sepi, melihat keadaan di sekitar membuat Gina bergedik ngeri.

“Gue minta maaf,” ucap Gibran tulus.

Gina tiba-tiba terdiam sejenak kemudian cewek itu memasang wajah cengo. “Lo narik gue ke sini cuman mau minta maaf?” tanya Gina tak percaya.

“Maaf buat kemarin.” Lagi-lagi Gibran meminta maaf, ia tahu ucapannya saat kemarin itu melebihi batas. Apalagi jika bukan karena emosi, suasana hati Gibran kemarin memang sedang tidak baik.

Gina diam menatap wajah Gibran, kemudian cewek itu memasang tampang datar. “Gue males ketemu sama lo, mending jauh-jauh deh.”

“Lo belum maafin gue, gue gak bakalan pergi sebelum lo maafin,” ucap Gibran membuat Gina mendelik.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 17, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

GIBRANWhere stories live. Discover now