11. SEDIKIT PEDULI

547 235 476
                                    

Sebelum baca vote dulu dong? Udah vote? Jangan lupa spam komen dan follow akun wattpad aku, biar makin semangat updatenya.

***

“Berikan yang terbaik apapun yang kamu bisa, tak perlu sempurna. Karena apapun yang membuatmu berbeda, itu menjadikanmu istimewa.” — Ghina Grasabella

***     

Gibran, cowok itu sedang berdiri di depan kelas karena mendapat hukuman dari Pak Seno tadi. Sedangkan Gavin, Resta, Raga, Noval, mereka duduk di depan kelas sambil menggoda Gibran yang sedang di hukum.

“Eleh-eleh, abang Gibran kena hukum. Sini Gib duduk, pegel pasti,” ucap Resta.

Gavin meneguk minumannya hingga tandas. “Rasanya ah mantap, nih Gib lo pasti haus.” Gavin menyimpan Softdrink di sebelahnya.

Gibran melirik sekilas ke arah Gavin, membuat cowok itu bergedik ngeri di tempat. “Ampun ketua, canda bro,” ucap Gavin sambil nyengir.

“Duduk ajalah Gib, gurunya juga nggak ngawasin,” celetuk Noval.

Gibran melirik sekilas ke kanan dan ke kiri, kemudian cowok itu duduk sambil bersandar.

“Perasaan tadi lo bilang mau ke toilet, kenapa malah dateng-dateng muka jadi lebam gitu,” tanya Resta.

“Lo harusnya kontrol emosi lo,” ucap Raga.

“Seharusnya lo jangan mukul Marvel sampe segitunya, nanti lo bisa di skors,” timpal Resta.

Gibran melirik sekilas. “Kalau orang tua lo di hina lo diem aja?” Pertanyaan itu mampu membuat mereka terdiam, mereka tidak memperpanjang lagi topik ini. Karena Gibran cukup sensitive jika menyangkut keluarga.

“Gue heran sama Marvel, balik dari luar negeri bukannya insaf malah makin parah,” ucap Gavin. Marvel memang sempat pindah karena terlalu banyak kasus di sekolah. Namun sekarang, cowok itu kembali lagi ke SMA Dirgantara.

“Apalagi kalau lo pindah ke luar negeri Vin, tiap hari di rukiyah karena tingkah lo bikin orang istighfar,” jawab Resta membuat mereka tertawa.

“Enak aja! Untung gue gak ngikut nyokap ke sana, kalau beneran ikut ke sana lo juga nggak bakal ketemu sama gue,” tukas Gavin cepat.

“Ketemu orang yang kayak lo mah gampang, di RSJ juga banyak,” celetuk Noval.

“Temen nggak ada akhlak, selalu aja gue yang di nistain. Sekali-kali Resta atau nggak Noval, Raga tuh yang paling jarang,” protes Gavin.

Gibran menepuk bahu Raga. “Prend gue nih, jangan lo apa-apain,” katanya.

“Makasih Gib,” ucap Raga.

“Santai aja, omongan Gavin jangan terlalu lo tanggepin. Lo tau sendiri dia kayak gimana,” jawab Gibran.

“Oh jadi gue bukan prend gitu?!” tanya Gavin histeris.

“Emang sejak kapan lo di anggap prend sama Gibran?” Resta bertanya.

“Gue mundur aja dari wakil ketua Gib, mundur!” seru Gavin dramatis

“Bagus, angkat gue jadi wakil ketua Gib,” celetuk Noval kemudian.

Mendengar itu Gavin melotot tak terima, perkataan Noval mampu membuatnya kaget. “Nggak bisa! Seenaknya aja lo jadi wakil.”

“Tadi lo sendiri yang bilang mau mundur,” kata Raga.

“Bercanda,” sahut Gavin nyengir.

“Kebanyakan bercanda sih pantes Salsa kabur,” timpal Gibran.

GIBRANWhere stories live. Discover now