24. RASA YANG BERBEDA

481 76 47
                                    

“Semua butuh waktu, menghargai sebuah proses adalah hal terbaik yang bisa kita lakukan.”
      
***   

“Woii Pal, akhirnya lo dateng juga,” ucap Gavin saat melihat Noval memarkirkan motornya di halaman warjok.

“Kalau gak di paksa mana mau dateng dia, palingan kalau gak ke sini lagi rebahan di kasur,” sahut Resta duduk di samping Raga.

“Niatnya gue gak bakal ke warjok hari ini,” timpal Noval. Cowok itu memang sedang menghemat uang, jika bukan karena Gibran yang menyuruhnya ke sini ia mungkin masih berada di tempat kos.

Gibran memang sempat menelponnya tadi, namun saat Noval mengatakan ia tidak akan ke warjok karena tidak mempunyai uang. Gibran malah berkata: “yang gue butuhin itu lo bukan uang lo, enggak ada uang nanti gue traktir. Kita makan rame-rame di sini,” begitulah yang Gibran katakan kepadanya.

“Udah sini duduk Pal,” ucap Gibran sambil menepuk kursi kosong di sebelahnya.

“Wih tumben Ga lo ikut kumpul, biasanya lo lagi di rumah belajar,” celetuk Resta kepada Raga.

“Tugas udah beres semua, jadi gue ke sini,” sahut Raga.

“Hebat, coba gue kayak Raga. Pasti gak harus dateng ke sekolah pagi-pagi buat salin jawaban,” timpal Gavin.

“Makanya, belajar. Jangan ngandelin contekan terus, nanti yang ada lo gak bisa-bisa,” ucap Gibran memberi saran.

“Iya nanti gue belajar, besok, atau tunggu ujian dulu baru belajar,” jawab Gavin lalu tertawa.

Gavin memang tipikel orang yang belajar jika mendekati ujian, selain ujian cowok itu paling hanya menanyakan materi kepada teman-temannya.

“Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya. Sayang pangkal kehilangan, bener gak?” ucap Gavin.

“Anjir lo,” sambar Resta.

“Lagian gue gak nyontek, cuman liat,” ucap Gavin lagi.

“Sama aja,” sahut Raga.

“Beda,” sergah Gavin.

“Yang di maksud nyontek versi dia itu beda, kerja sama namanya,” kata Gibran khas celetukannya.

“Nyontek masal,” sahut Resta.

“Pengalaman nih Res, lo juga sama jangan-jangan,” tuding Noval.

“Kayak lo gak aja,” tukas Resta.

“Kasian orang tua lo bayar SPP, anaknya di sekolah malah enak-enakan nyontek. Gimana mau pinter kalau gitu,” kilah Gibran.

“Ngaca Gib,” cetus Raga.

Gibran tertawa. “Gue nyontek kalau kepepet.”

“Udah mending cepet pesen ke Mpok Jessie makan,” ucap Raga.

“Ayo patungan,” balas Gavin sambil mengeluarkan uang dari dompetnya.

“Wih dompet lo tebel tuh Vin, lagi banyak duit nih kayaknya,” celetuk Resta saat melihat dompet Gavin.

“Dompet doang yang gendut, isinyamah kosong melompong,” tukas Gavin sambil memperlihatkan dompetnya, yang membuat dompet itu terlihat tebal adalah karena banyak struk ATM.

“Gagal gue minta traktir sama lo,” kilah Resta. “Ayo Pal.”

“Noval gue yang traktir, udah pesen makan dulu sana,” potong Gibran saat Noval hendak berbicara.

“Gak usah Gib,” tolak Noval merasa tidak enak, pasalnya bukan sekali dua kali Gibran mentraktir dirinya.

“Udah Pal, santai aja kalau sama Gibran. Harta melimpah tujuh turunan, coba kalau Gavin yang di traktir sama Gibran. Bisa-bisa dia nambah tuh,” cetus Resta.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GIBRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang