EMPAT PULUH DUA

Mulai dari awal
                                    

Ia berjalan pelan menuju kelas Ilona. Beberapa pasang mata yang memandangnya kagum itu tidak Areksa pedulikan. Hal seperti itu tentu sudah biasa baginya.

"SA! SA! ADA YANG BERANTEM!"

Naura berteriak dari kejauhan sembari berlari kencang menghampiri Areksa. Wajah gadis itu terlihat begitu panik.

"Di mana?" tanya Areksa ikutan panik.

"Belakang sekolah, ayo cepetan!" Naura menarik tangan Areksa, mengajak cowok itu untuk berlari bersamanya.

Karena terlalu fokus dengan larinya, Areksa sampai tidak melihat bahwa ada Ilona yang berdiri di depan pintu kelas. Gadis itu hendak menyapa Areksa, tapi niatnya itu diurungkan ketika melihat Naura yang berlari bersama cowok itu.

Sesampainya di belakang sekolah, ternyata benar apa yang Naura bilang. Dua orang siswa tengah adu jotos satu sama lain. Areksa dan Naura pun dengan cepat menghampiri mereka berdua. Tanpa banyak pikir, Areksa langsung berdiri di tengah-tengah mereka. Menghadang kedua cowok itu untuk tidak saling beradu tinjuan.

"Berantem di ring tinju, jangan di sekolah," peringat Areksa pada dua siswa lelaki yang masih saling menatap dengan pandangan penuh dendam. Napas keduanya memburu.

"Dia yang mulai duluan!" balas Fano sembari menunjuk Geri.

"Lo yang embat cewek gue, Goblok!" balas Geri tidak mau kalah.

"Perkara cewek?" Areksa berdecih pelan. "Sekolah bukan tempat tawuran. Kalau mau tawuran, nanti habis pulang sekolah."

"Nggak bisa, Sa. Orang kayak dia nggak bisa didiemin. Ngelunjak!" kata Geri membantah.

"Alah, bacot lo!" Fano kembali melayangkan pukulan di wajah geri.

Naura memekik kaget. Gadis itu berinisiatif untuk memegang tangan Geri agar tidak membalas Fano. Namun, dirinya malah dirinya malah dihempaskan oleh Geri hingga terjembab ke atas tanah.

Areksa yang melihat itu pun menggeram kesal. Tanpa banyak bicara, ia segera melayangkan pukulan di pipi kanan geri agat cowok itu berhenti berkelahi dengan Fano.

"GUE BILANG UDAH! MAU GUE HEMPAS DARI SEKOLAH?!" kata Areksa dengan urat leher yang menonjol.

Geri dan Fano kompak menunduk. Jika Areksa sudah marah cowok itu akan terlihat menakutkan. Keduanya tidak berani menatap mata tajam milik sang ketua OSIS itu.

"Ke ruang BK sekarang. Kalian udah besar, minta hukuman sendiri sama guru BK!" titah Areksa dengan tegas.

"Ta-"

"SEKARANG!" potong Areksa membuat Geri dan Fano tersentak kaget. Kedua cowok itu langsung berlari kencang untuk melaksanakan perintah Areksa.

Setelah kepergian Gero dan Fano, tatapan mata Areksa mengarah pada Naura yang masih duduk di atas tanah. Lutut dan telapak tangan gadis itu terluka akibat bergesekan dengan tanah.

"Bisa jalan?" tanya Areksa pada gadis itu.

Naura mengangguk. "Bisa kok." Gadis itu hendak berdiri, tetapi karena pergelangan kakinya terkilir membuat dirinya kembali jatuh di atas tanah.

Tanpa Naura duga, Areksa justru berjongkok di depannya. Cowok itu menepuk pundaknya, menginteruksi Naura untuk naik ke atas punggungnya.

"Gue gendong, jangan banyak protes," final Areksa membuat Naura tidak bisa menolaknya.

                               *****

"AAAAA GILAAKKK! BE, GUE DAPET 75, BE!"

AREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang