"Se–"

"Dua hari lagi, ya. Gue masih mau sama Agatha," potong Vanya.

Bisa gagal rencana gue yang tinggal selangkah lagi, kalo sampe anak sialan itu pulang ke rumah Valent. batin Vanya.

"Tapi, Aunty... mama ga–"

"Tenang aja, Val. Agatha aman sama gue, kok. Dia makan tepat waktu, kalo malam pasti ngerjain PR, pagi always sarapan," ucap Vanya, kembali memotong perkataan Valent.

Lemes banget si tuh anak mulutnya, bisa abis gue kalo sampe dia kasih tau ke Valent gue ngelantarin dia di apartement dan sering bikin dia kelaperan, batin Vanya.

Valent tersnyum, kemudian mengangguk, dan mengusap pipi Agatha dengan lembut. "Agatha nginep sama mama, ya dua hari lagi, kasian mamanya masih mau Agatha nginep."

Agatha ingin menolak, namun Vanya menatapnya tajam, memberikan ancaman lewat matanya itu. Dengan terpaksa Agatha mengangguk.

Vanya tersenyum palsu, dia menarik lembut tangan Agatha. "Kalo gitu, kita pulang... Agatha pasti laper abis belajar di sekolah."

"Hati-hati, jaga Agatha ya, Va," pesan Valent.

Kakaknya itu hanya mengangguk dan tersenyum, kemudian memasuki mobilna bersama Agatha, beberapa detik kemudian mobil Vanya berlaju kecepatan sedang.

"Aunty Valent... kak Araxi mana? Kok, nggak ada? Dia belum jemput aku?" tanya Vanda.

Valent mengacak pelan rambut gadis kecil yang centil dan cerewet itu. "Kak Araxi lagi ada urusan penting, jadi... aunty yang jemput kamu. Abis ini kamu di rumah aunty dulu, ya. Nanti kak Araxi jemput di rumah aunty."

Vanda mengerutkan keninganya sebentar. "Emang ada yang lebih penting daripada jemput adenya sendiri?"

Valent terkekeh mendengar itu, benar kata Araxi. Vanda itu cerewet. "Kamu gemesin, udah ayok kita pulang, emang kamu nggak mau makan? Nggak laper?"

"Eitts... laper dong jelas, masa nggak," ucap Vanda, kemudian menaiki motor Valent, sedangkan si pemilik motor menggeleng sambil terkekeh kecil.

_MAMH_

Araxi mengendari mobilnya dengan pelan, sesekali dia bertanya pada orang-orang sambil menunjukan foto pria yang sudah mempermainkan hatinya.

Dicky. Yah, Araxi sedang mencarinya.

Dia juga terus menghubungi pria itu meski berkali-kali nomornya tidak dapat dihubungi, tidak lupa juga Araxi menghubungi teman-teman Dicky yang Araxi kenal, namun hasilnya... nihil.

Sudah tiga jam mencari Dicky, Araxi tidak menemukan apa pun. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Sibuk mencari pria itu, dia sampai lupa untuk mengisi perutnya sendiri.

Araxi melihat warteg, dia langsung masuk dan memesan makanan di sana.

Saat ingin duduk, ternyata penuh. Araxi jadi bingung harus duduk dan makan di mana, namun dia punya ide untuk makan di mobil saja, tetapi ada seseorang yang menawarinya bangku.

"Duduk sini aja, Mbak. Saya udah sele–" Ucapannya terhenti, saat melihat siapa yang sedang dia ajak bicara.

"Araxi?" gumamnya.

My Aunt My Hero [END].Where stories live. Discover now