[11] Penyekat Kisah

6 0 0
                                    


Sudah pagi. Matahari sudah naik dan bersinar cerah. Cahayanya masuk ke dalam rumah melalui kisi - kisi jendela di ruang tamu. Dera berjalan lunglai keluar kamar menuju dapur untuk memasak sarapan. Duta dan Arsya masih di kamar, lelap tertidur. Sejak perkenalannya dengan Tomi, rasanya semua berjalan dengan melelahkan. Mbah Kulon yang Dera harapkan sebagai obat juga harus pergi lebih dulu menghadap sang pencipta. Bunda sudah semakin renta. Dera menyesal banyak teralihkan perhatiannya dari Bunda hanya karena orang - orang dari masa lalu Bunda yang muncul silih berganti.

"Masak apa Mah?" tanya Duta mengejutkan Dera sambil berjalan ke arah teras.

"Nasi goreng ya Pah," jawab Dera menengok. Ternyata Duta hanya pindah tidur di sofa ruang tamu. Dera cuma geleng - geleng  kepala melihatnya, lalu tersenyum.

Pagi itu akhirnya Dera kembali memasak nasi goreng untuk sang raja dan pangeran. Dera sempat mogok memasak sarapan, khususnya nasi goreng mawut yang jadi masakan andalannya. Dera selalu melengos pergi membawa Arsya ke warung Bunda dan ikut sarapan di sana atau berhenti untuk beli sarapan di pinggir jalan raya. Sementara Duta sudah terlalu sering beli sarapan di dekat tempat kerjanya sampai - sampai dia bosan sendiri.

Satu jam kemudian nasi goreng mawut yang digoreng dengan mentega dan dilengkapi bakso, sawi, ayam suwir, serta tidak lupa telor ceplok siap. Duta dan Dera sarapan berdua sambil membahas perjalanan mereka beberapa hari terakhir ini. Mereka merasa bersalah karena Arsya banyak kehilangan waktu berharga bersama mereka.

"Kasian," ucap Dera.

"Senin depan kita liburan lagi yuk," ajak Duta tiba - tiba.

Dera girang mendengarnya, lalu nampak berpikir dan berubah murung. Duta mampu membaca pikiran Dera dan berkata,"Kita ajak Bunda."

mendengar itu, Dera kembali sumringah.

"Kamu yakin gak papa ngajakin Bunda?"

Duta mengangguk.

"Bukannya kamu masih kesel sama Bunda?"

"Enggaklah, Bunda itu satu - satunya orang tua kita yang tersisa Mah. Gimana aku bisa kesel coba," jawab Duta sambil melahap nasi goreng.

Dera langsung beranjak dari duduknya memeluk Duta dari samping dengan gaya manjanya. Duta yang tidak mengiranya, terkejut sampai tersedak. Dera pun buru - buru mengambilkannya air minum dan mereka melanjutkan sarapannya dengan riang.

"Mama," panggil Arsya pelan dari kamar.

Dera yang mendengarnya langsung bergegas masuk kamar. Arsya baru bangun dari tidurnya dan memegang dot susu yang sudah kosong. 

"Arsya mau susu?" tanya Dera lembut sambil mengelus kepala Arsya.

Arsya mengangguk dengan wajahnya yang masih nampak sangat mengantuk. Dera pun segera beranjak membuatkan susu. Saat membuat susu, Dera teringat hp warisan Mbah Kulon. Dera lupa mengisi daya hp itu. Tepatnya Dera memang belum pernah mengutak - atik hp tersebut karena tidak yakin apakah benar Mbah Kulon memang bermaksud memberikannya ke Dera.

Duta sedang mandi dengan Arsya. Seisi rumah juga sudah dibersihkan. Dera mengambil hp tersebut dan duduk di sofa ruang tamu. Dera kaget bukan main saat hp itu dibuka ternyata layarnya ada yang rusak, terutama di bagian lipatan layarnya. Dera khawatir hp itu rusak, namun penasaran saat dilihatnya ada logo whatsapp dengan bulatan merah kecil di sisi kanan atas bertuliskan angka 15 didalamnya. Saat dibuka, ternyata hanya ada chat dari Duta dan satu nomor yang belum disimpan. 15 notifikasi berasal dari nomor tidak dikenal tersebut.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 21, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DERA.Where stories live. Discover now