[4] Langit Tanpa Awan

31 15 2
                                    

Selepas mencuci piring terakhir, Dera kembali memastikan Arsya sudah tertidur di kamar Bunda. malam ini Dera berniat menuntaskan semua rasa penasarannya tentang Tomi dan Bunda. Dapur akhirnya sudah berada dalam keadaan yang bersih, sayuran yang akan dimasak besok pagi juga sudah selesai disiapkan dan disimpan di kulkas. sekarang saatnya Dera untuk mengajak Bunda berbicara serius.

"Bunda", ucap Dera datar kepada Bunda yang sedang mengelap kaca dan meja etalase makanan.

Bunda menunjukkan telapak tangannya kepada Dera meminta Dera untuk menunggu sebentar tanpa berbicara sepatah katapun. Dera memutuskan duduk di kursi tidak jauh dari posisi Bunda. tidak lama kemudian Bunda ikut menyusul. Dera menopang dagunya di atas meja dengan kepalan tangan kanannya sambil melihat Bunda serius. sepertinya Bunda sudah paham tentang apa yang akan Dera bicarakan. mungkin Tomi sudah menceritakan kepada Bunda tentang apa yang terjadi kemarin.

"Sepertinya kamu sudah tau ya Ra", Bunda membuka pembicaraan.

"Enggak, Dera enggak tau apa - apa Bun, makanya Dera minta Bunda jelasin semuanya sekarang juga", jelas Dera dengan nada meninggi. "saat ini justru sepertinya Dera yang paling tidak tau apa - apa. sebenernya ada apa diantara Bunda dan Tomi. ada rahasia apa Bun, jelasin !"

Bunda tidak menjawab. hanya terdiam melihat Dera dengan tatapan yang nyaris kosong hingga mata Bunda mulai berkaca - kaca. Dera tidak peduli dengan itu. Dera hanya peduli dengan rasa ingin taunya yang sudah sangat memuncak.

"Bunda sudah menjual kamu Ra"

"Ap.... Apaaa ???!!!"

"Secara tidak langsung Bunda sudah menjual kamu ke Tomi", Bunda mulai angkat bicara sambil menunduk, tidak mampu lagi melihat Dera. Bunda mulai menangis, sementara Dera yang terkejut justru meninggi nada bicaranya.

"Dijual gimana Bun jelasin !"

"Dulu waktu Ayah masih sakit, Bunda bingung harus cari uang kemana. Bunda sudah tidak punya tabungan lagi dan BPJS kita juga diblokir. Bunda gak mampu bayar tunggakannya karena sudah setahun lebih dan nominalnya gak sedikit."

Dera tidak habis pikir, "Trus apa hubungannya sama Dera yang dijual Bun !"

"Tahun lalu di suatu sore Bunda lagi pusing di warung saat melihat tagihan rumah sakit waktu pertama kali Ayah pulang dari rumah sakit setelah dirawat inap seminggu. saat itu tiba - tiba ada Tomi datang cari makan. Tomi yang melihat wajah Bunda sangat pucat menunjukkan perhatiannya dan terus bertanya sampai akhirnya Bunda ceritakan semua kondisi Bunda, termasuk kondisi keuangan juga."

"Tomi nawarin bantuan ?"

Bunda hanya mengangguk pelan sambil menutup wajah dengan tangan kanannya. Pundak Bunda mulai naik turun dan isak tangisnya mulai muncul. 

"Waktu itu Tomi berjanji akan membantu dengan satu syarat."

"syarat ?", tanya Dera.

"Jodohin dia sama kamu Ra."

"Appaaaaaa ????", sontak Dera berteriak. "kegilaan macam apa ini Bunda !!!"

Bunda benar - benar sudah tidak mampu menatap Dera. berulangkali saat Bunda mengangkat wajahnya, tatapannya langsung dibuang ke samping. Bunda benar - benar malu dan merasa bersalah kepada Dera.

"Kemarin Tomi kesini untuk menagih janji Bunda terkait perjodohannya sama kamu Ra", jelas Bunda lagi membuat Dera akhirnya meledak. 

"Enggaakkk !!!", teriak Dera. Bunda terkejut, lalu menangis histeris. Dera berlari ke kamar mengambil hp nya. menghubungi Duta untuk menjemputnya, sekarang juga.

-------

"Arsya, duduk ya sayang", ucap Dera halus kepada putra semata wayangnya yang sedari tadi tidak mau duduk diam di atas pangkuan Dera. Arsya tersenyum, menurut untuk duduk.

DERA.Where stories live. Discover now