Ryujin melangkah memasuki kelasnya yang masih lumayan sepi. Hanya ada seorang lelaki yang sedang menelungkupkan kepalanya di atas mejanya dengan tas sebagai alas kepalanya.

Ryujin berhenti sejenak namun pandangannya tak lepas dari Hyunjin. Ya cowok yang dilihatnya adalah Hyunjin. Ryujin sebenarnya ingin mendiskusikan mengenai tugas kreasi mereka tapi melihat sikap Hyunjin yang cuek dari kemarin seketika membuat dia juga ikutan gak nyaman.

"Loh Hyunjin. Tumben dateng pagi?" Ryujin sedikit terkejut mendengar Seungmin yang tiba-tiba berjalan di sampingnya. Seungmin meliriknya sebentar lalu menghampiri mejanya yang berada di barisan ke dua tak jauh dari tempat Ryujin.

Mendengar pertanyaan Seungmin membuat Hyunjin mendongakkan kepalanya dan menampakkan wajah ngantuknya. Biasanya kalau Ryujin liat muka ngantuk Hyunjin pasti diledekin sampai pulang sekolah. Pernah juga sampai difoto diam-diam dan ditempel di mading kelas. Tapi sekarang bahkan untuk sekedar mengajakknya bicara saja seperti terasa canggung. Sebenarnya bukan itu juga sih tapi Ryujin juga takut. Takut kalau dikacangin sama Hyunjin entar.

"Ngatuk banget gua" ucap Hyunjin lalu kembali menelungkupkan kepalanya namun kali ini kepalanya menghadap ke arah Ryujin berdiri sehingga Ryujin dapat melihat jelas wajah Hyunjin.

Lagu yang diputarnya tadi diheadphone-nya kini telah berganti dengan lagu lain. Menyadari itu Ryujin langsung mengalihkan perhatiannya dan berjalan menuju bangkunya.

Bosan menunggu jam mata pelajaran pertama dimulai, Ryujin lebih memilih keluar dari kelasnya dan berjalan kekelas sebelah.

Masuk disana ternyata kelas Haechan sudah sangat ramai. Haechan dan Jaemin terlihat sedang mengobrol dengan Samuel dibangku deket pintu. Ryujin ikutan gabung dan duduk dimeja.

"Widihhh napa muka lo kusut gitu?" Haechan bertanya dengan suara yang lumayan keras membuat semua penghuni kelas tersebut kompak melihat ke arahnya. Namun namanya juga anak Ankas, mau mereka diliatin sampai bola matanya keluar dari tempatnya pun mereka gak bakal peduli. Kecuali kalau mereka berbicara yang tidak-tidak tentu anak Ankas gak bakal tinggal diam. Terutama Haechan yang gampang banget emosi.

"Lu kira muka gue kain apa pake kusut segala?"

"Estrika dong kalau kusut"

Samuel, Ryujin dan Haechan kompak menatap Jaemin bingung setelah mengucapkan kalimatnya tadi.

"Estrika apaan?"

"Tau nih si Dilan kw. Orang mah bilangnya setrika lah dia estrika dong wkwkwkwk. Dapat bahasa dari mana lu Jaem?"

"Liat si Dower ngantuk di kelas gua juga ikutan ngantuk" celetuk si Ryujin.

Samuel berdiri dan menarik kursi lain untuk dia duduki. Capek dempet-dempetan sama Jaemin. Dua kursi tiga orang untung aja kursinya berbahan besi.

"Sama sih, gua tadi juga sempat ngantuk tapi tiba-tiba Samuel datang dan ngajak gibah"

Samuel mendelik tidak terima mendengar perkataan Jaemin. Gibah apaan? Orang yang mulai gibah tadi dia kok.

Awalnya Samuel dateng habis itu duduk di samping Jaemin sambil menggeser-geser sedikit pantat Jaemin supaya dia ada tempat sedikit. Lalu ada adek kelas tadi yang masuk di kelas itu sambil membawa sapu yang kemarin adek kelas itu pinjam sewaktu piket. Asli sih ntuh adek kelas emang bening. Lah setelah adek kelas itu keluar baru deh si Jaemin gibahin adek kelas itu dan lama-lama topicnya menjalar ke mana-mana.

"Gue pengen ajah sih tidur tapi kan udah pernah" celetuk Haechan yang membuat tangan Ryujin melayang diatas kepalanya namun belum sempat tangan Ryujin mengenai rambutnya, Haechan langsung mengambil buku paket yang sempat dia keluarkan tadi buat alas kepala untuk menahan tangan Ryujin.

"Ck tobat Chan tobat. Allah malu punya hamba kayak kamu"

"Hallaahh tau dari mana lu?, cenayang ya?"

"Cenayang apaan ya? Cenayang air?"

"Itu mah genangan air Muel!" Samuel mengusap-usap telinganya karna pengang mendengar suara teman-temannya tepat di samping telinganya tadi.

Mereka tertawa melihat Samuel yang baru kali ini kelihatan goblok. Bahkan para penghuni kelas lain juga ikutan tertawa saat mendengar percakapan unfaedah mereka berempat.

.

.

.

.

.

Kring....kring....kring...

"Baik anak-anak sampai di sini dulu materi kita kali ini. Walaupun gak ada pekerjaan rumah yang saya kasi tolong tetap belajar di rumah dan membaca-baca bukunya"

"Iya bu~" semua murid kelas XI-A kompak menjawab perkataan Pak Kai. Setelah itu Pak Kai keluar dan diikuti oleh murid kelas tersebut.

Ryujin sengaja ingin keluar terakhir karna ingin menanyakan sesuatu pada Hyunjin. Selama di sekolah Hyunjin masih bersikap cuek padanya makanya mumpung Hyunjin juga terlihat masih membereskan isi tasnya jadilah Ryujin memilih keluar terakhir.

"Woi Dower" panggil Ryujin ketika melihat Hyunjin sudah memakai tasnya dan bersiap untuk keluar kelas. Hyunjin berhenti namun tidak ada niatan untuk melihat ke arah Ryujin.

Ryujin berlari kecil menghampiri Hyunjin dan berdiri tepat di depannya.

"Lu napa sih?"

Ryujin bertanya sambil menatapnya namun terlihat Hyunjin masih enggan untuk membuka mulutnya. Tatapannya juga menatap ke arah belakang Ryujin bukannya membalas tatapan Ryujin.

"Lu demam?" Tanya Ryujin kembali sambil menggerakkan tangannya untuk menyentuh dahi Hyunjin.

Belum sampai tangan Ryujin menyentuh dahinya, tiba-tiba Hyunjin menahan tangan Ryujin dan menghempasnya pelan.

Helaan nafas pasrah dia hembuskan membuat Ryujin semakin bingung.

"Bisa gak sih lo gak muncul dulu di depan gue?"

Kalimat pertama yang keluar dari mulut Hyunjin namun mampu membuat hati Ryujin sedikit terluka. Satu kalimat yang sangat sederhana namun terdapat makna yang menyakitkan.

"Kenapa? Gua ada salah sama lu?" Ryujin berusaha untuk memasang ekspresi biasa namun wajah frustasi Hyunjin membuatnya bener-bener bingung sekaligus kecewa. Iya kecewa pada pikirannya yang berharap kalau Hyunjin bakalan minta maaf karna langsung pulang kemarin sore dari rumahnya.

"Lu gak bakal ngerti" setelah mengucapkan kalimat itu Hyunjin segera berjalan dengan langkah tergesa-gesa meninggalkan Ryujin yang terdiam sambil melihatnya menjauh.

"Kenapa rasanya sakit ya?" Tanya Ryujin pada dirinya sendiri. Tidak, dia tidak menangis. Dia hanya menampakkan wajah murungnya dan berjalan keluar kelas. Dia melihat karidor dan sudah tidak ada siapa-siapa di sana. Apa Hyunjin berlari tadi sehingga tidak terlihat wujudnya? Padahal kepergian Hyunjin masih belum lama.

Dengan langkah cepat Ryujin keluar dari kelasnya dan menuju parkiran. Di sana masih ada motor Hyunjin. Lantas pergi kemana Hyunjin? Kepala Ryujin kembali celingak-celinguk mencari pemuda yang sering dia panggil Dower itu namun panggilan Jaemin yang menyuruhnya untuk pulang mengalihkan atensinya. Ryujin pulang bersama dengan ketiga sahabatnya.

Tanpa disadari terdapat Hyunjin yang dari tadi melihat ke arah parkiran. Dia berada di depan ruang olahraga tempat dia dan juga Ryujin dihukum karna terlambat dulu. Senyum miris tercetak di wajahnya lalu kakinya melangkah menghampiri motornya.

Mulutnya terus bergumam kata maaf untuk Ryujin dan teman-temannya.

Tbc guys...

Hate or love ||Hyunjin&Ryujin||✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang