[fh · 09] - i just hung the canvas, would you make it happen?

76 16 0
                                    

... Gantungkan di sana;
dekat dengan bulan dan para pasukannya.
Meskipun nanti kalau-kalau jatuh;
dia akan tersangkut di salah satu bintang yang bersemu.
...[1]

***

Awal Oktober, 2021.

Di tengah gelapnya langit, bulan sabit menggantung cantik. Ia tak sendiri, ada ribuan bintang menemani. Sesekali angin bertiup; membuat dedaunan gemerisik sedikit, beberapa yang berwarna kemerahan lolos dari rantingnya dan jatuh menemui rerumputan. Hujan jatuh sebentar tadi sore, tetapi begitu bagaskara tenggelam, langit tampak cerah. Seolah tidak terjadi apa pun sebelumnya.

Jendela di kamar itu belum juga ditutup. Tirai putihnya yang disingkap sedikit membuatnya berayun mengikuti irama angin yang tertiup. Sesekali menyapa lengan seorang gadis yang duduk di meja belajarnya; fokus pada selembar kertas dan pensil, sibuk mencorat-coret.

"Ra?" panggil gadis lain yang duduk di ranjang bagian bawah kamar itu. Di pangkuannya ada laptop yang menyala, sedangkan di atas tempat tidur sudah berserakan berbagai macam jenis buku. "Kamu begadang, nggak?"

Fira berhenti sejenak dari aktivitasnya, lalu kembali menarik garis di atas kertas. Mulai dari garis lurus lantas meliuk sedikit di bagian bawah. "Kayaknya iya. Aku harus nyelesaikan banyak desain buat Bu Sasha."

April yang masih bersitahan menatap sahabatnya untuk menemukan jawaban, mengangguk sebentar. Ia lanjut fokus pada laptop di pangkuannya. Sesekali melirik pada buku terbuka yang tak jauh dari tempat ia duduk. Lantas menekan tombol-tombol di papan keyboard dalam kecepatan sedang.

Sehabis pulang dari kafe tadi, tiba-tiba saja Fira tergerak untuk mengerjakan semua tugas-tugasnya yang sempat terbengkalai. Ia terlalu lama melamun, sampai meninggalkan masa depannya yang pasti. Gadis itu berakhir duduk di meja belajar dari sore tadi sehabis bebersih diri.

Begitu pula dengan April. Melihat Fira, ada sebuah kesadaran juga yang tumbuh padanya. Gadis yang biasanya hampir selalu terlihat marathon drama, sekarang berkutat dengan tumpukan buku untuk mengerjakan tugas. Katanya, tugas akuntansinya akan tenggat besok. The real power of kepepet.

Sayup-sayup, suara ketukan pintu mengintrupsi pergerakan mereka. Kedua gadis itu serempak saling menoleh satu sama lain, menampilkan ekspresi yang sama bingungnya. April memindahkan laptop di pangkuannya ke ranjang, memilih membuka pintu untuk melihat siapa yang sekiranya berkunjung di saat hari sudah gelap begini.

Begitu daun pintu ditarik, hanya tiupan angin yang menyapa kulitnya. Tidak ada siapa pun yang berdiri tegak di sana untuk menunggu pintu terbuka. April berkedip beberapa kali; menoleh kanan-kiri, memastikan bahwa tidak ada orang iseng yang sekiranya bersembunyi. Namun, tetap saja ia hanya disapa angin membekukan berkat sisa-sisa hujan yang masih terasa.

Gadis itu mendengkus, menggaruk belakang telinganya frustrasi. Akan tetapi, tak urung juga menunduk. April mengerutkan dahinya begitu melihat sepotong kertas yang bergerak terombang-ambing oleh angin. Tangannya terulur mengambil. Begitu membaca deretan aksara yang tertulis di sana, kerutan di dahinya semakin dalam.

"Siapa, April?"

April masih bersitahan mematung; tak menjawab. Rautnya menunjukkan kebingungan yang kentara. Matanya bergulir; memastikan bahwa ia tak salah baca.

"April?"

Nada bicara Fira mulai terdengar khawatir. Pintu kamar itu berdenging akibat tiupan angin yang agak kencang. Gadis yang masih betah duduk di meja belajarnya itu berbalik, bangkit lantas menghampiri sahabatnya yang masih bertahan membisu.

Forever Hours [ completed ]Where stories live. Discover now