[fh · 11] - but love is not as sweet as you think

65 12 0
                                    

Sesuatu yang tidak kita suka terkadang malah mengantarkan pada suatu lain yang lebih tak terduga.
Semesta memang atipikal, leluconnya selalu abnormal.

***

Awal Oktober, 2021.

Siulan lirih angin menyapa telinga, sesekali menerbangkan lembaran-lembaran kertas di buku yang dibiarkan terbuka di atas rumput gajah mini. Sembari bersandar di pohon pinus menjulang dengan beberapa buahnya yang berguguran, Fira sibuk dengan tulisan-tulisan di kertas double folio. Suasana menenangkan ditambah pemandangan yang memanjakan membuat gadis itu tak lelah terus menerus berkutat pada tugas yang baru saja diberikan dosennya beberapa saat lalu.

Langit betah memangku awan keabu-abuan terang. Membuat hari menjelang siang itu sedikit sejuk. Hal yang biasa mengingat bulan Oktober adalah awal dari musim penghujan. Beberapa mahasiswa di sana bahkan memakai pakaian lebih tebal. Begitu pun dengan Fira yang mengenakan kaus lengan panjang yang di luarnya masih juga memakai sweater berwarna biru muda.

Kelasnya hari ini berakhir cukup awal. Daripada menghabiskan waktu dengan hal yang tidak penting, Fira memilih mengerjakan tugas-tugasnya. Dari tugas yang baru saja diberikan, sampai tugas beberapa hari terakhir yang ia tinggalkan. Terlebih lagi, suasana di sekelilingnya cukup tenang. Beberapa mahasiswa yang juga berada di sana lebih memilih duduk menyendiri, membuat Fira leluasa melakukan apa pun di tempat ia menumpukan diri.

Zhafira Freya menghela napas panjang, menganggurkan pulpen di tangannya yang mengambang di udara. Ia memaku tatap dengan pikiran menerawang pada kolam tak seberapa besar yang di permukaannya ditumbuhi teratai putih dan eceng gondok. Gadis itu mengingat-ingat lagi perkataan dosen mata kuliah desainnya di kelas lagi. Helaan napas menguar lagi, bertiup bersama siulan angin yang menerbangkan anak-anak rambutnya.

"Hari ini ada pameran di kelas Arsitektur. Saya harap kalian datang juga ke sana." Fira ingat, dosen wanita itu memandangi seisi kelas dengan senyum yang teramat tipis, sebelum akhirnya ia menyusun tumpukan bukunya yang agak berantakan di atas meja.

Suasana kelas saat itu mulai agak berisik, terdengar seperti dengung lebah yang bersahut-sahutan. Hingga seorang gadis feminin dengan rambut lurus tergerai sepinggang mengangkat tangannya. "Maaf, Bu. Arsitektur sama Tata Busana, kan, beda. Kenapa kita harus datang ke pameran mereka juga?"

Fira yang duduk tepat di tengah ruangan menoleh sebentar pada gadis itu; diam-diam ikut menyetujui.

Wanita di depan sana mendongak, lantas berkacak pinggang. Dagunya naik sedikit. "Mau Arsitektur atau Tata Busana apa bedanya? Toh, kalian juga satu fakultas."

"Lagipula, kalau kalian kasih saya laporan tentang pameran itu, saya bisa beri nilai lebih untuk kalian semester ini," lanjutnya tanpa menoleh lagi pada seluruh mahasiswa di sana.

Setelah merapikan seluruh barang-barangnya, dosen itu beranjak meninggalkan kelas yang kian menjadi sebuah sarang lebah, dengung di mana-mana. Beberapa ingin melancarkan protes, tetapi tak punya keberanian saat si dosen masih di dalam ruangan. Selebihnya berpikir jika tugas yang diberikan tidak masuk akal. Fira adalah kubu kedua, tetapi ia tetap saja bisa masuk ke kubu pertama juga.

Mau bagaimana lagi, bagi anak kuliah, yang terpenting adalah mendapat nilai tinggi bagaimanapun caranya. Meskipun tugas terdengar tak masuk akal dan lontaran protes tiada berguna, pada akhirnya, tetap saja akan dikerjakan. Lagi lagi, demi nilai semata.

Gadis ber-sweater biru muda iu menyusun barang-barangnya yang berantakan di permukaan rerumputan; memasukkan satu-persatu barangnya ke dalam tas. Mungkin seharusnya Fira memang menghadiri pameran itu. Bukankah kemarin ia sudah mengatakannya pada Randi tempo hari?

Forever Hours [ completed ]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon