❊ 12 ❊

3.5K 226 67
                                    

Eleanor Atelier untuk sementara dijaga oleh pengajar seni lukis dari universitas di dekat sana. Hinata sama sekali tidak bisa lagi menjaga di atelir karena kondisi perutnya yang semakin besar, Hana yang jadi harus menyiapkan keperluan melukis di rumah.

Mereka sedang menunggu kelahiran putri mereka. Ya, menurut hasil pemeriksaan, janin yang dikandung Hinata berjenis kelamin perempuan. Soal second gender, mereka belum bisa menentukan, masih belum bisa ditentukan. Jadi kini, yang terpenting, putri mereka lahir saja dulu, dengan selamat dan sehat.

Kedudukan Hana di Rumah Sakit semakin tinggi, suppressant hasil penelitiannya berhasil, sejak tiga bulan lalu, suppressant tersebut diproduksi dalam jumlah yang sangat besar, tidak hanya untuk Omega, tapi juga untuk Alpha di masa rut mereka. Suprressant nol efek samping ini, bisa mendunia hanya dalam waktu satu bulan.

Keberhasilan Hana jelas sangat membanggakan orang-orang, bukan hanya untuk Hana dan orang-orang terdekat, semuanya bangga dengan Hana. Sampai kerabat dan sahabat dari orangtua Hana pun turut bangga. Hana yang dulu selalu tidak mau memanfaatkan kepopuleran nama orangtuanya, kini bisa membawa namanya sendiri. Sawamura Hana, ilmuan hebat yang berhasil menciptakan obat yang luar biasa.

Kedepannya, Hana tidak perlu khawatir akan ada orang yang bernasib sama seperti ibunya.

"Kak, makan."

Hinata menoleh, ia lihat apron bergambar kelinci melekat pada Hana. "Memang jam berapa?"

"Hampir jam satu. Ayo."

"Oke." Hinata menurut, atau sebenarnya ya menurut saja karena Hana bisa berubah cerewet kalau Hinata telat makan. Ia menyimpan peralatan melukisnya, mulai mengikuti Hana menuruni anak tangga. "Kau tidak ke Rumah Sakit hari ini?"

"Tidak, sudah kubilang hari ini aku libur."

"Oh."

"Mau pergi?"

Hinata menggeleng, "Tidak. Di rumah saja."

Hana melirik tangan Hinata yang mengusap-usap perut buncitnya sendiri. Seketika bola matanya diputar, Hana selalu kalah kalau Hinata sudah menjadikan kehamilannya sebagai alasan tidak pergi kencan. "Kenapa sih bukan aku saja yang hamil?"

"Aku Omeganya disini."

"Tck. Harusnya aku saja."

Hinata terkekeh, ia mengusap kepala Hana yang mendumal kecewa. "Kita pergi lain kali."

"Kau selalu mengatakan itu! Tapi nyatanya, kita tidak pernah pergi kencan. Ayolah Kak, apa salahnya? Orang-orang tau hubungan kita, dan pasangan seperti kita juga semakin banyak. Kan?"

"Aku tau Hana, tapi aku tidak mau pergi bukan karena aku malu dengan perutku, tapi karena memang berat."

"Nah! Karena itu aku katakan, kenapa tidak aku saja yang hamil?" Hana makin-makin mendumal keras, "Harusnya, perempuan Alpha bisa hamil juga."

"Ya bisa, kalau pasanganmu laki-laki Alpha juga."

"Tidak mauu! Maksudku denganmuu!"

"Astaga, mulai lagi." Hinata menyerah saja, pembicaraan itu tidak akan pernah ada habisnya. Hana sedang menjadi dirinya sendiri. "Omega diluar sana ingin menjadi Alpha, kau sendiri yang seorang Alpha malah ingin menjadi Omega."

"Tentu saja.. aku ingin denganmu, aku ingin hamil anakmu."

"Tidak begitu pun, kita sudah bersama. Anak yang kukandung juga anakmu."

Hana melirik sinis, yang seketika buat Hinata terhenti di anak tangga terakhir. "Aku yang akan jadi ibunya! Aku yang akan dipanggil Mama!" begitu tegasnya. Hinata malah tertawa-tawa, seraya melenggang dan mengacak rambut Hana lagi dan lagi. Tentu, Hana kesal lagi. Meski senang juga karena mendengar tawa Hinata.

When The Sun Rises (Omegaverse) [COMPLETE]Where stories live. Discover now