❊ 04 ❊

1.6K 184 12
                                    

“Kak?”

“Ya?” Hiromi lekas menoleh ke belakang, baru keluar dari restoran ketika Hana memanggilnya. “Kenapa Hana?”

“Umm, soal peretemuan dengan temanmu itu, tolong jangan beritau Ibu atau Ayah dulu.”

“Oh? Kau mau memberi kejutan ya?” ekpsresi serta mata Hiromi berbinar-binar, berbeda dengan Hana yang hanya senyum aneh. “Oke, oke, aku akan tutup mulut. Kau tenang saja, Hana. Serahkan semuanya padaku.”

“Y-ya. Terima kasih Kak.” Ya Hana memang hanya bisa tersenyum. Sejak awal ia tidak bisa melakukan banyak hal. Hari itu, ia rasa bounding antara ia dan kakak sepupunya tidak lagi ada.

Hana membiarkan sementara Hiromi berpikir kalau permintaan Hana tadi karena ia ingin membuat kejutan. Setidaknya dengan Hiromi berpikir begitu, soal ‘perjodohan’ ini tidak akan pernah sampai pada Rei ataupun Renji. Bukan hanya karena Hana yang memang belum yakin, tapi ia juga memikirkan kondisi Rei.

Rei ibunya, sejak Hana dalam kandungan hingga sebesar sekarang, Hana tidak pernah terlepas dari Rei, hal itu yang membuat bounding antara orangtua dan anak sangat kuat. Rei pasti akan segera sadar, mungkin Hana bisa mengelak kala Rei bertanya, tapi hal itu tidak akan memperbaiki keadaan, malah semakin buruk. Semakin banyak hal yang Rei pikirkan, semakin lama pula kondisi Rei pulih. Hana tidak mau itu terjadi, untuk saat ini, biar orang-orang berpikir kalau memang tidak ada yang terjadi.

Hana paham benar maksud Hiromi ingin mengenalkan Hana dengan pria Alpha bernama Shirasawa Yohira. Usia Hana sudah tidak muda, sudah waktunya ia menikah. Dan perempuan Alpha seperti Hana, pasti akan lebih pantas bersanding dengan pria Alpha. Keluarga Sawamura keluarga terpandang, jika Hana dengan Hinata, jelas orang-orang akan berpikir yang tidak enak. Hana ingin tidak peduli, tapi ia juga takut, ketidak peduliannya akan berdampak pada Rei dan Renji. Hana tidak ingin orangtuanya mendengar omongan buruk dan membuat mereka terbebani. Meski Hana yakin, Rei dan Renji akan selalu mendukung Hana, apapun pilihan Hana, tapi tetap... segalanya tidak semudah itu.

Ia yakin, kalau Hinata benar-benar fate pairnya, tapi kalau diingat-ingat lagi, selama ini kebersamaan mereka hanya sekadar bersama. Hinata menolak bergantung pada Hana, saat heat, saat apapun itu, Hinata selalu beralasan ketika Hana mulai membicarakan soal mating. Hana masih ingin mempercayai kata-kata Hinata,  kalau mating sebaiknya dilakukan setelah mereka menikah, tapi kapan? Bicara soal menikah saja mereka tidak pernah.

Selama ini Hana hanya diam, karena Hinata yang memintanya begitu. Menutupi hubungan mereka, karena merasa perempuan Alpha memang tidak ada pantas-pantasnya dengan laki-laki Omega.

Hana tidak mau berpikir lebih jauh, yang nantinya malah akan mengotori pikirannya sendiri. Sekarang Hana jalani saja hari-harinya seperti biasa. Hinata masih kekasihnya, pertemuan dengan Shirasawa Yohira nanti pun hanya sekadar pertemuan untuk berkenalan semata, tidak lebih. Hana masih punya hak untuk menolak.

“Halo, Hana?”

“Kak? Kau dimana?”

“Aku di Rumah Sakit, habis menjenguk ibumu.”

Hana melirik spion, siap memutar kemudi, “Kepana tidak mengatakan padaku?”

“Aku sudah pulang, kau sudah bertemu sepupumu?”

“Hm. Mau kencan?”

Di sebrang, Hinata diam dulu, buat Hana menunggu sampai harus memanggil Hinata lagi dan ia baru menjawab. “Oke.” Seraya Hinata melirik, memandang senyum pria dewasa yang mengangguk kepadanya, setuju dengan janji yang mereka buat sebelum Hana menelpon tadi.

Jelas hanya sekadar jawaban seperti itu mampu membuat senyuman lebar Hana kembali. Harinya yang terasa sempat runtuh tadi sudah sirna, kencan dengan Hinata hari ini akan mengobati seluruh lelah dan penat Hana. Bagi Hana, tidak ada hal yang lebih baik dari menghabiskan waktu dengan orang-orang tercinta.

When The Sun Rises (Omegaverse) [COMPLETE]Where stories live. Discover now