❊ 08 ❊

1.4K 167 63
                                    

Hinata hanya diam ketika seorang kurir datang mengantar kiriman bunga matahari. Seperti jadwal biasanya, tidak terlewat meski hanya sehari. Rasanya Hinata sudah dengan sangat gamblang mengumumkan perpisahan dengan Hana waktu itu. Ia pikir, harusnya hal-hal seperti bunga matahari ini sudah tidak perlu lagi.

Ternyata tidak.

Padahal Hinata juga masih dalam tahap melupakan Hana, Hinata tidak berhak lagi mendapat kebaikan Hana. Ia sepenuhnya sadar kalau ia memang salah, karena perasaan tidak sebanding dengan Hana, Hinata sampai tega memutuskan hubungan mereka disaat Hana masih berduka. Hinata pikir, kalau ia tidak begitu, Hana tidak akan membencinya.

Alpha masih di atas segala-galanya, tidak pernah berubah, sampai kapan pun tidak akan pernah berubah. Alpha akan semakin lebih baik dengan Alpha, bukan Beta, apalagi Omega. Terutama perempuan seperti Hana, sekali lagi Hinata tegaskan, perempuan Alpha tidak akan pernah pantas dengan laki-laki Omega.

Menyuruh Hana menikah dengan pilihan keluarganya adalah hal yang terbaik, toh, memang Hinata tidak yakin Hana itu benar fate pairnya atau bukan. Semakin kesini, Hinata malah makin percaya kalau Mamoru justru fate pairnya. Pria Omega jika bersanding dengan Alpha ya lebih pantas dengan pria lagi, bukan dengan wanita Alpha. Sama seperti orangtuanya, juga orangtua Hana.

Jadi Hinata putuskan hubungannya dengan Hana, memutus segala yang ada, menjalani hari barunya.

“Sensei, kau melamun lagi.”

“Eh? Oh. Maaf.”

“Hmm.” Mamoru menyesap minuman kopinya. “Kau sedang banyak pikiran?”

“Tidak, aku hanya memikirkan soal galeri. Bagaimana menurutmu?”

“Aku lebih suka ide yang pertama sih.”

“Begitu?”

Mamoru mengangguk, matanya tidak terlepas dari Hinata, terus memandangi senyuman Hinata yang selalu membuat dirinya merasa nyaman.

Sudah sejak lama Hinata sering menghabiskan waktu bersama Mamoru, seperti pekenalan ulang, berkenalan untuk menjadi lebih dekat, tidak hanya sekadar murid dan mahasiswa. Keduanya berubah jadi teman mengobrol yang baik. Kadang sengaja pergi makan malam bersama untuk membahas banyak hal, kadang tetap di atelir sampai malam.

Malam ini pun mereka pergi bersama lagi untuk makan malam. Hanya restoran biasa. Mamoru memang Alpha, tapi ia tidak bernah hidup semewah itu. Pun statusnya hanya mahasiswa, bukan orang terkenal atau apa. Jadi restoran atau tempat mereka menghabiskan waktu selalu tempat yang biasa saja. Bukan yang mewah.

“Sensei, lain kali, kita masak makan malam di tempatmu saja.”

Hinata mengangguk, seraya kembali memasukan ponselnya ke dalam tas, bersiap membuka sabuk pengaman karena sudah akan sampai. “Boleh saja, nanti kita beli bahan-bahannya.”

“Oke. Lain kali gantian di rumahku.”

“Aah~” seketika Hinata menarik seringai, “Di rumahmu kita tidak masak bersama, sudah ada yang melakukannya kan? Pun, Mamoru, kau masih tinggal dengan orangtuamu.”

“Iya, maksudku.. sekalian mengenalkanmu dengan mereka.”

Hinata diam dulu, tapi senyumnya masih ada. Ia sadar mobilnya sudah berhenti, ia juga harusnya bisa langsung pamit dan pergi, tapi Hinata tetap disana setelah mendengar kalimat Mamoru tadi. “Kau benar-benar yakin soal aku?”

Mamoru mengangguk cepat, “Ya! Sudah kukatakan berkali-kali kan? Pertemuan kita itu takdir, dan, kau fate pairku.”

“Orangtuamu sudah tau?”

When The Sun Rises (Omegaverse) [COMPLETE]Where stories live. Discover now