"Hyung, lo bilang gak bakal ada yang tau masalah ini selain kita kan?" I.N atau biasa dipanggil Jeongin langsung bersuara dan membuat mereka kompak melihat ke arahnya.

Bang Chan menangguk dan dibalas dengan tatapan yang tidak bisa diartikan oleh Jeongin.

"Tapi ada satu orang lagi yang tau tentang masalah ini. Walaupun gua gak tau kalau dia bisa tau sampai masalah anak yang meninggal itu tapi gue yakin dia pasti nyelidikin semua kelakuan kita dan mencari cara supaya kita semua hancur terberai-berai. Kalian kan tau dia sedendam apa sama kita semua, apalagi Hyunjin"

Hyunjin menatap sendu Jeongin yang barusan menjelaskan dan berhasil membuat dirinya dilanda oleh rasa cemas, frustasi, takut, rasa bersalah yang menyatu jadi satu.

"Lo gila ya?"

"Guan hilang"

"Guan apaan sih?. Disini gak ada siapa-siapa"

"Guan maaf gua baru sempat jenguk lo sekarang"

"Lai Guanlin"

"Yang disamping lo itu siapa?"

"Dia Guanlin. Termasuk anak Ankas juga sahabat kita"

"Emang dia kenapa?"

"Dia meninggal dan kata dokter dia meninggal karna kecelakaan"

Ingatan-ingatan itu terus berputar diotaknya membuat dirinya bergetar. Bagaimana kalau dia dilaporkan polisi? bagaimana kalau dia dicap sebagai pembunuh atau appanya mengetahuinya?

.

.

.

.

Tap...tap....tap

Bunyi langkah kaki Ryujin dan ketiga kawannya menggema di karidor sekolah. Emang gak tau diri mereka, udah tau karidor sedang ramai karna banyak anak-anak murid yang juga berjalan di karidor itu. Tapi dengan seenak jidat mereka berlari menuju kelas mereka.

"Woi yang sampai terakhir harus traktir mie ayam satu mangkok nanti pas istirahat!" Jaemin yang berlari paling depan tiba-tiba berteriak membuat Haechan yang posisinya paling terakhir alias paling belakang semakin melaju langkah kakinya.

Banyak pasang mata yang menatap mereka. Ada yang melayangkan tatapan kesal dan ingin protes karna ditabrak oleh mereka, ada yang menggelengkan kepala dan sudah terbiasa dengan situasi ini, ada juga yang hanya acuh dan lebih sibuk bergosip dengan kumpulannya masing-masing.

Sebenarnya tadi di parkiran, Haechan duluan yang mengusulkan ide kalau ingin berlari menuju kelas dan siapa yang lebih dulu sampai dialah pemenangnya. Kekanakan memang tapi seru juga. Gak apa-apa dicap aneh dan childish yang penting happy.

Tapi baru saja dia menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba Ryujin, Samuel, dan Jaemin sudah lebih dulu berlari meninggalkannya alhasil dia berada di posisi belakang.

"Curang banget woi!" Protes Haechan namun tidak dihiraukan oleh mereka.

Ryujin semakin menambah kecepatan larinya hingga menyusul Jaemin. Dia semakin bersemangat untuk sampai depan kelas XI-B.

Pada saat dia melewati kelas XI-A yang merupakan kelasnya, tepat di pintu kelasnya terdapat Hyunjin yany berdiri bersandar sambil memperhatikan dia dan juga teman-temannya. Tangan yang dimasukkan kedalam saku celananya menampilkak kesan swag, keren dan juga tampan. Fokus Ryujin buyar dan tanpa sadar dia memelankan langkahnya membuat Haechan dan Samuel yang baru saja melewatinya mengernyit heran.

Jaemin sudah sampai terlebih dahulu di depan pintu kelas XI-B disusul dengan Samuel dan Haechan. Bukannya langsung masuk ke dalam kelas, mereka malah langsung duduk berselonjor dilantai dan bersandar pada dinding luar kelasnya.

Langkah Ryujin semakin melambat hingga berhenti sekitar 4 langkah dari depan pintu. Pandangannya tak lepas dari Hyunjin. Bukannya merasa malu karna tatapan Ryujin, Hyunjin malah ikutan menatap Ryujin. Kini mereka saling bertatapan disela keramaian karidor. Namun Jaemin yang memerhatikan mereka langsung meneriaki Ryujin dan berhasil memutuskan kontak mata mereka.

Ryujin terlihat mengedip-ngedipkan matanya sedikit terkejut kemudian tersenyum canggung ke arah Hyunjin.

Meski ada rasa aneh sekaligus kecewa pas melihat Hyunjin yang hanya terdiam namun Ryujin tetap melangkah mendekati teman-temannya.

"Uhuuuyyyyy.... Haechan nanti traktirannya jangan lupa. Awas kalau lo kabur gua sunat lu" ucap Jaemin.

Haechan menatap Jaemin dengan tatapan protesnya. "Kok gua sih? Ya Ryujin lah, kan dia yang datangnya paling akhir".

Ryujin menatap malas ke arah Haechan dan mengangguk mengiyakan. Nafasnya sudah lumayan stabil akibat berlari tadi. Bayangin bro pagi-pagi udah lari mulai dari parkiran sampai di kelas XI-B yang berada di lantai dua. Untung ajah Ryujin bukan cewek lemah.

"Gua ke kelas dulu" pamit Ryujin kemudian melangkah menuju kelasnya. Begitu melihat Ryujin melangkah mendekati kelas, Hyunjin segera berbalik dan kembali masuk lalu duduk di tempat dudukya. Tatapannya masih datar sama seperti pada saat dia menatap Ryujin tadi. Hal itu membuat Ryujin sedikit bingung namun beberapa detik kemudian dia melangkah menuju bangkunya. Tak lama kemudian bel masuk berbunyi diikuti oleh kedatangan Pak Kai yang masuk ke dalam kelas itu lengkap dengan tas laptop serta buku paket tebal andalannya.

Pada saat pak Kai salam, semua murid-murid kelas XI-A kompak menjawab salam Pak Kai kecuali Ryujin yang pandangannya masih fokus pada Hyunjin.

"Dia kenapa sih? Tumben-tumbenan gak bacot kayak biasanya? Eh kok gua jadi kesel kalau gak di notice dia sih?" Ryujin berperang dalam batinnya sambil terus menatap Hyunjin yang saat ini sedang membuka buku tulisnya. Tangan Ryujin mengepal tanpa sadar dan sedikit memukul mejanya.

Pokonya perasaannya kali ini dia tuh kesal banget. Tau kesal kan? Apa ini karma kali ya karna hampir tiap hari dia selalu adu bacot sama Hyunjin dan sekarang Hyunjin udah bodo amat dan gak mau berurusan sama dia lagi? Ryujin juga kepikiran kejadian kemarin pada saat Hyunjin yang tiba-tiba pulang dari rumahnya. Apa ini ada sangkut pautnya? Tapi melihat Hyunjin dengan wajah datarnya membuat Ryujin berfikir salah gak sih kalau dia lebih suka saat dijailin Hyunjin dari pada didatarin kayak tadi?. Walaupun sering kesal karna tiap hari diganggu tapi Ryujin jadi sadar kalau ternyata itu juga lumayan menyenangkan dari pada bersikap seolah-olah saling tidak kenal seperti sekarang.

Tbc.....

Hate or love ||Hyunjin&Ryujin||✔Where stories live. Discover now