04 - Terciduk

269 91 51
                                    

"Jiyeon.. Bangun! Sudah siang!"

Secara perlahan, Jiyeon membuka kedua matanya yang masih terasa lengket. Suara teriakan ibunya yang terdengar beberapa kali sukses membangunkannya dari alam bawah sadar. Dengan setengah memicingkan mata, gadis itu melirik jam weker yang berada di atas nakas tempat tidurnya. Akan tetapi detik itu juga kedua manik matanya sontak melebar sempurna.

"Oh, tidak! Aku kesiangan! Tidak, tidak, tidak!"

Hanya dalam hitungan detik, gadis itu pun seketika rusuh sendiri. Berlari menuju kamar mandi dan membersihkan tubuh dengan cepat. Berganti pakaian dengan cepat pula, hingga menyambar buku-buku pelajaran jadwal hari ini-termasuk buku bersampul merah yang telah dicoret-coretnya semalam. Akan tetapi karena saking gugupnya, ia melupakan kejadian tersebut. Dengan sikap tergesa-gesa, ia langsung berpamitan pada kedua orang tuanya dan melesat pergi begitu saja menuju sekolah.

"Fiuuhh.. Syukurlah aku masih sempat mengejar waktu.."gadis bermarga Park itu lega bukan main begitu berhasil sampai di kelasnya.

"Oi, kesiangan, ya?" sapa Krystal yang sudah bertengger di bangkunya.

Jiyeon hanya mengangguk, menghempaskan tubuhnya di atas kursi dan segera mengeluarkan buku bersampul merah miliknya-bermaksud hendak mengerjakan tugas yang belum selesai dikerjakannya semalam.

"Tak perlu repot mengerjakan tugas. Hari ini Pak Dujun berhalangan hadir." Krystal kembali berucap.

"Huh? Kau yakin?" Jiyeon refleks menoleh.

"Kalau tidak percaya tanyakan saja pada Jangjun si ketua kelas."

Jiyeon menghela napas lega mendengarnya. Namun, beberapa saat kemudian ia mulai teringat sesuatu. Ya, catatan yang ia tulis dalam buku bersampul merah yang kini berada di tangannya. Gadis itu mendadak gugup seketika.

'Astaga, aku hampir melupakannya!' pikirnya.

Lantas, ia pun segera membuka buku miliknya bermaksud hendak merobek halaman kertas tulisan tangannya tersebut. Akan tetapi niatnya mendadak urung dan justru kembali membaca hasil tulisannya semalam dengan sesekali tersenyum.

"Oi, senyum-senyum sendiri!" tegur Krystal tiba-tiba seraya menepuk bahu Jiyeon, membuat gadis itu terperanjat kaget karenanya.

"Astaga, kau mengagetkanku, Jungkook.." pekik Jiyeon yang langsung buru-buru membekap mulutnya sendiri ketika menyadari ucapan terakhirnya itu.

"Huh? Jungkook? Kenapa kau tiba-tiba menyebut nama bocah itu?" tanya Krystal heran.

"A-ah, tidak, m-maksudku, itu tadi hanya-" Jiyeon yang panik dengan cepat menutup buku miliknya.

"Kenapa kalian menyebut namaku? Kalian berdua membicarakanku, huh?" celetuk seseorang tiba-tiba, membuat Jiyeon dan Krystal spontan menoleh.

Jiyeon terkejut bukan main ketika mendapati sosok Jungkook yang tahu-tahu berada di dalam kelasnya dan kini berjalan menghampirinya.

"K-kau-sedang apa di sini?" gadis itu bertanya dengan heran bercampur was-was.

"Apa lagi? Tentu saja sembunyi dari Pak Siwon. Oi, kau belum menjawab pertanyaanku. Apa kalian berdua sedang membicarakanku, huh?"

Muka Jiyeon mendadak berubah pucat.

"T-tidak. Siapa yang membicarakanmu? Kau terlalu percaya diri!" elaknya.

Jungkook hanya diam tak menjawab dengan ekspresi tak percaya, sedangkan Krystal kini justru mulai asyik menerka-nerka apa gerangan yang sebenarnya terjadi pada sahabatnya itu.

ʀᴏᴍᴀɴ ᴘɪᴄɪsᴀɴ 「ᴇɴᴅ」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang