44. Perang kedua dimulai.

Start from the beginning
                                    

"Gue udah di gerbang."

"Oke, kita ke sana."

Fero mematikan sambungan telepon tersebut.

"Gimana?" Tanya Gabriel sambil putar balik menuju gedung sidang.

"Nggak dapet," Jawab Fero.

"Udah pasti, kan? Kalau kaya gini tuh ulah dia. Ada salah apa sih kita?" Gerutu Gabriel.

"Kita jemput Ray dulu, habis itu hubungin Daniel."

"Nggak perlu. Paling bentar lagi dia telpon kita."

•••oOo•••


"Ah!" Suara Anna ketika seseorang yang membekap mulutnya akhirnya melepaskan tangannya. Kepala Anna berusaha menepis tangan tersebut.

"Tangan lo bau!" Teriak Anna.

"Diem!" Suruh lelaki yang duduk di dekatnya.

"Hello, Anna." Suara seorang lelaki yang tak asing bagi Anna.

"Daniel?" Tanya Anna.

"Yeah."

Anna menghela nafasnya, malas. Lalu menyandarkan punggungnya.

"Lo lagi lo lagi," Kata Anna, memutar bola matanya.
"Nyulik yang profesional dikit kek," Katanya, santai.

"Ternyata lo lebih sombong dari yang gue kira," Komentar Daniel.

Anna tertawa kecil. "Ya lo pikir aja, gimana bisa gue takut sama orang kaya lo?" Tanyanya.

"Gue harap, lo nggak nyesel bilang kayak gitu beberapa jam kedepan," Kata Daniel.

Anna tersenyum miring menanggapinya. "Ternyata harinya nggak jadi diundur besok," Katanya.

"Kenapa? Lo ada rencana nyerang gue besok?" Tanya Daniel. Anna dapat melihat senyum Daniel dari kaca.

"Kita mulai perang hari ini," Lanjutnya.

"Yeah. Gue siap dengan kemungkinan terburuk sekalipun," Jawab Anna, menantang.

•••oOo•••

"Ayo!" Seru Fero ketika sudah sampai di gerbang gedung sidang tadi. Ray pun segera masuk ke dalam mobil tersebut.

"Mobil siapa ini boy?" Tanya Ray.

"Ada tadi gue pinjem sebentar," Jawab Gabriel.

Ray mengerutkan keningnya ketika mendapati alat kecil tertempel di dekat pintu mobil tersebut. Ia mengambil alat itu.

"Sadap," Gumam Ray.

"Mobil ini dilacak sama disadap," Kata Ray memberitahu kedua lelaki yang duduk di depan.

"Udah gue duga. Orangnya biasa aja waktu gue pinjem mobilnya," Jawab Gabriel.

"Hello!" Seru Ray mendekatkan alat tersebut ke mulutnya.

"Pinjem sebentar yaa! Lacak aja deh!" Teriaknya lagi.

"Ini kemana?" Tanya Fero.

Terdengar ponsel milik Gabriel berdering.

"Itu udah di telpon, pas kan?" Kata Gabriel sambil meraih ponselnya.

"Hello Gabriel," Sapa Daniel mengawali pembicaraan.

"Kasih tau gue, dimana lo sekarang?"

"Mau ketemu?"

"DANIEL!" Teriak Gabriel. Terdengar tawa milik Daniel di sana.

"Tunggu gue di lobi hotel nanti sore."
"Lo pasti udah tau kan gue tinggal dimana?"

"Jangan main main."

"Come on, jam 3 sore. Gue nggak akan terima kelebihan atau kekurangan. Harus jam 3 pas sampai di lobi."

Sambungan telepon terputus begitu saja.

"Kita balik ke markas dulu," Kata Gabriel sambil meletakkan ponselnya.

"Susah banget nggak ada anak-anak," Keluh Ray sambil merebahkan tubuhnya di kursi belakang.

"Tenang, bentar lagi dua keluar," Jawab Fero. Ray sedikit tersenyum miring mendengarnya.

"PLAN B SIAP?!" Seru Ray sambil menutup kedua matanya. Ayolah, apakah kalian tidak membaca sesuatu dibalik santainya para iblis ini?

"SIAP!" Balas Fero sambil tertawa, disusul oleh Gabriel.

Ehem, tawanya sedikit berbeda kali ini. Walaupun ujung bibirnya ia tarik selebar mungkin, matanya tak bisa dibohongi. Sorotnya masih menggambarkan kepedihan.

Baiklah, bisa dikatakan Fero adalah salah satu lelaki yang gagal dalam cintanya. Seorang mantan gangster dari Amerika ini, nekat mencintai wanita muslim selama setahun.

•••••

Dangerous DragonWhere stories live. Discover now