First Epilogue

33 2 0
                                    

Satu Bulan Kemudian ....

Musim panas kali ini, entah kenapa rasanya menyejukkan sekali. Atau sebenarnya, hawa sejuk itu hanya berasal dari lubuk hati Ji Na yang paling dalam. Kemudian, hawa sejuk itu mempengaruhi seluruh kerja saraf dalam otaknya. Sehingga, ia bahagia. Senyumnya tak lepas sedetik pun dari bibirnya. Sambil memandangi calon suaminya yang minggu depan akan mengucapkan janji suci pernikahan dengannya, Ji Na tak kuasa melebarkan senyumnya setiap kali ia mengingat alasan bahagianya pagi ini.

Ngomong-ngomong, ya, persiapan pernikahan Ji Na dan Jae Hyun sudah ada di pelupuk mata mereka. Semua terencana dengan baik, meskipun terjadi perdebatan hebat yang mengiringi setiap keputusan keduanya mengenai pernikahan mereka. Seperti, Ji Na yang memiliki mimpi untuk mengadakan pemberkatan di Italy, tepatnya di sebuah Villa Del Balbianello yang berada Lake Como. Namun, Jae Hyun tak mengizinkannya. Pria itu berulang kali mengatakan bahwa Ji Na kemungkinan memiliki resiko yang cukup berbahaya jika mereka nekat melakukan pernikahan ke luar negeri.

Ah, Ji Na merasa alasan Jae Hyun terlalu mengada-ada waktu itu, dan tidak masuk akal. Mereka bertengkar hebat lagi. Sampai akhirnya wanita itu mengalah untuk menuruti rencana Jae Hyun dengan melakukan pemberkatan di sebuah Hotel mewah di Seoul.

Sekarang, setelah kejutan luar biasa yang Ji Na terima dini hari tadi, semua sikap keras Jae Hyun itu pun terasa sangat masuk akal.

Ji Na tersenyum semakin lebar saat mengingatnya. Wanita itu pun tak kuasa menahan dirinya untuk tidak memeluk Jae Hyun. Ia bergerak mendekat, meraih lengan Jae Hyun yang bebas dari setir mobil dan memeluknya erat.

Ia hamil.

Dan, Jae Hyun belum mengetahui kabar itu. Jadi, wajar jika saat ini ia menoleh dan memperhatikan Ji Na dengan kedua alis bertautan.

"Kau aneh sekali sejak tadi pagi, tau," gerutu Jae Hyun sambil mencengkram kuat paha dalam Ji Na.

Ji Na terkekeh. Andai ia bisa mengatakannya sekarang pada Jae Hyun, mungkin pria itu akan menarik ucapannya saat ini. Tapi tidak, ia menundanya sampai ia memastikannya sendiri dengan datang ke dokter nanti siang.

"Aku senang kita bisa menikah di Hotel Lotte," Ji Na meraih tangan Jae Hyun yang ada di pahanya sebelum tangan pria itu bergerak nakal ke balik rok pendek yang Ji Na kenakan kali ini, kemudian mencium punggung tangannya beberapa kali. "Tidak perlu jauh-jauh dari rumah. Aku bisa langsung pulang dan istirahat setelah pemberkatan, kan?"

Jae Hyun mendenguskan tawa. "Setelah bertengkar hebat dan bersikap keras kepala selama berhari-hari, kau baru menerimanya sekarang?" Pria itu meledek Ji Na di tengah kegiatannya menyetir mobil menuju kantornya.

Ji Na tak menjawab. Ia hanya terkekeh sambil menyandarkan kepalanya di bahu Jae Hyun.

"Siang nanti aku ada janji dengan seseorang. Kau makan siang sendiri, ya, Baby?" Genggaman tangannya dengan Jae Hyun dieratkan. Ji Na bahkan sempat mendaratkan ciumannya di leher Jae Hyun.

"Hm?" Jae Hyun mengernyitkan dahi. "Dengan siapa? Bukannya hari ini hari terakhirmu kerja sebelum cuti? Kupikir kau sudah mendisposisikan pekerjaanmu pada Yoo Ji."

"Memang sudah," Ji Na mencium leher Jae Hyun sekali lagi. "Kau akan tau nanti."

"Baiklah. Tapi, kau benar-benar harus berhenti menciumku sekarang. Atau, aku akan nekat menepikan mobil dan menyerangmu di sini."

Jae Hyun mengancam sambil mencengkram paha dalam Ji Na sekali lagi, menandakan bahwa ancamannya sangat serius. Namun, Ji Na menanggapinya dengan kekehan dan berhenti melanjutkan ciuman-ciumannya dari leher Jae Hyun.

"Kau tidak boleh sering-sering bercinta denganku mulai sekarang, Jeff."

*

Love Story Where stories live. Discover now