TIGA PULUH DELAPAN

Mulai dari awal
                                    

Areksa refleks mencubit pipi gadis itu saking gemasnya. "Lo punya malu, Na?"

Ilona sudah bersiap untuk melayangkan pukulan ke arah Areksa. Cowok itu memang hobi sekali menggodanya. Untung ganteng. Untung sayang.

"Bercanda. Gue ke kelas dulu, Na. Kabarin gue kalau lo kenapa-napa," ujar Areksa disertai tatapan mata lembut yang meneduhkan itu.

"Siap, Eksayang!" Ilona menggerakkan tangannya sebagai bentuk hormat kepada Areksa.

Setelah mengusap sisi kepala Ilona, Areksa pun mulai melangkah pergi dari kelas Ilona dengan berbagai macam tatapan dari teman-teman Ilona. Areksa punya banyak penggemar dan selalu mendapatkan predikat cowok idaman di SMA Taruna Bakti.

Ilona tersenyum melihat kepergian cowok itu. Setelahnya, ia duduk di atas bangkunya. Tangannya merogoh ponselnya yang berada di dalam tas. Azura belum berangkat, jadi, ia tidak punya teman untuk berbicara.

"Pagi, Queen."

Ilona mendongakkan kepalanya saat suara yang begitu familier itu memanggil namanya. Itu Seano. Cowok bermulut cabai itu menatap Ilona dengan senyum yang mengembang tipis di bibirnya. Sapaan yang dilemparkannya pun hanya bernada datar. Terkesan tidak ikhlas.

"Nih, buat lo." Seano menyodorkan sebungkus cokelat putih ke arah Ilona.

"Tau dari mana kalau gue suka ini?" tanya Ilona setelah menerima uluran cokelat dari Seano.

Cowok yang sekarang berdiri di samping meja milik Ilona itu terkekeh ringan. "Bukannya gue udah pernah bilang kalau gue tau semuanya tentang lo, ya?"

Ilona menatap cowok itu bingung. "Lo penguntit?"

Lagi-lagi Seano tertawa. "Dimakan, ya, Jelek. Lo nggak perlu tau." Ia mengacak rambut Ilona pelan sebelum akhirnya duduk di bangkunya.

"Dasar aneh," gumam Ilona.

****

"Mentang-mentang udah jadian. Tambah sombong aja tuh bocah satu."

"Gue rasa mereka nggak cocok. Areksa itu perfect. Harusnya dapet yang sepadan. Bukan kayak dia."

"Emang nggak cocok. Langit sama bumi. Beda jauh kali."

Kedua tangan Ilona terkepal saat mendengar cibiran yang berasal dari Syeila dan Jeji. Kedua cewek itu memang suka sekali menggosipkan dirinya. Segabut itukah mereka sampai harus mencampuri kehidupan orang lain?

"Mau ke mana, Na? Kok berdiri?" tanya Azura yang baru saja menghabiskan susu cokelatnya. Gadis itu membuka permen yang baru saja diambilnya dari dalam saku seragamnya kemudian mengemutnya dengan penuh kenikmatan.

"Lo di sini aja, ya. Jangan ikut gue, nanti lo nangis. Bisa-bisa gue yang dimarahin sama El," peringat Ilona

Setelah mengatakan itu, Ilona mulai melangkah pergi dari tempat duduknya bersama Azura. Gadis itu berjalan menghampiri Syeila dan juga Jeji yang duduk tidak jauh dari tempatnya tadi.

"Heh, Setan!" panggil Ilona.

Syeila menoleh ke arah gadis itu dengan tatapan malas. "Mau apa lo?"

AREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang