Prolog

586 229 69
                                    

Dumai, 1 Januari 2014

     "Harus banget ya kamu pindah?"

     Allura Aynalia Aswangga. Gadis cantik asal Indonesia yang kini tengah membujuk sang sahabat, Givano Roenzi Lewis. Lelaki blasteran Indonesia-Inggris yang akan pindah ke Jakarta.

     Mata gadis itu berkaca-kaca, bagaimana tidak? Tepat pada ulang tahun Allura dan Givano yang kedelapan, gadis itu mendapat kejutan yang luar biasa. Kejutan bahwa sang sahabat akan pindah ke Jakarta esok lusa.

     "Ayna, jangan nangis dong," ucap Givano yang merasa bersalah.

     Allura menoleh ke tuan dan nyonya Lewis. Devino Putra Lewis dan Laura Senia Lewis.

     "Papa Vino, mama Laura, kenapa pindah sih? Nanti kalau ada yang jahatin Lura siapa yang lawan. Lura nggak mau Enzi pindah," rengek gadis itu pada sepasang suami istri yang sudah dianggapnya sebagai orang tuanya sendiri.

     "Lura, papa sama mama harus pindah. Nanti kalau Lura mau ke Jakarta datang aja ke rumah papa dan mama. Lagian kan kamu sama Givan bisa video call. Kita janji, kalau libur sekolah bakalan ke Dumai, atau Lura bisa ke Jakarta," ucap Devino berusaha membujuk Allura.

     "Tapi kan Lura nggak pernah ke Jakarta," rajuk gadis itu.

     "Nah, nanti kalau mama, papa, sama Givan pindah ke Jakarta, Lura bakalan sering ke Jakarta. Percaya deh," bujuk Laura.

     Allura menatap kedua orang tuanya dan seorang gadis berusia 5 tahun dengan tangannya saling ditautkan ke sang mommy yang tidak lain adalah adiknya. Alluna Patricia Aswangga.

     "Beneran mom, dad?" Tanya gadis itu pada orang tuanya.

     Sepasang suami istri Aswangga itu tersenyum kemudian mengangguk. Mereka mengerti seberapa dekatnya Allura dan Givano. Semua berawal sejak hari lahirnya sepasang sahabat itu. Tanggal 1 Januari 2006, hari lahir mereka dengan selisih usia sekitar satu jam. Sejak saat itu, para orang tua menjadi sangat dekat dan mendarah daging ke sang anak.

     "Nanti kita telponan tiap malam ya. Kalau nggak mau, kamu nggak boleh pergi," ucap Allura sukses membuat para orang tua, dan Givano tertawa terkecuali Alluna yang hanya menatap mereka dengan wajah polos.

     "Iya janji," ucap lelaki kecil itu seraya mengacak-acak rambut sahabat sejak kecilnya itu.

             ***

Dumai, 3 Januari 2014

     "Aku pergi ya. Nanti kita telponan tiap malam. Aku janji kalau libur bakalan ke sini," ucap Givano mengusap puncak kepala Allura lembut.

    "Hati-hati ya," balas gadis itu sembari menikmati usapan kepala dari Givano yang entah kapan bisa ia rasakan lagi.

     "Jeng, kami pamit ya. Baik-baik di sini. Semoga kita bisa ketemu lagi," ucap Laura memeluk nyonya Aswangga.

     "Iya, hati-hati di jalan ya," ucap nyonya Aswangga seraya membalas pelukan Laura.

     Semua yang ada di sana berpamitan. Berdoa semoga bisa bertemu kembali. Menikmati kebersamaan seperti sebelumnya.

     "Dadah Ayna, kita pasti bakalan ketemu lagi," Givano melambaikan tangannya dari dalam mobil yang kini sudah ditumpanginya.

     "Dadah Enzi, hati-hati di jalan! Jangan lupa ntar malam telpon aku!" Teriak Allura membuat Givano tersenyum dan mengacungkan jempolnya tanda setuju.

     Mobil yang Givano dan keluarganya tumpangi pun berjalan. Mengantar mereka ke Pekanbaru. Dari sanalah keluarga itu akan pergi ke Jakarta menggunakan pesawat.

     "Sayang, ayo masuk. Kita makan malam," Allura menoleh melihat mommy nya yang menatapnya intens.

     Tuan dan nyonya Aswangga, Allura dan Alluna melakukan makan malam bersama. Berbincang santai. Bercanda ria. Kebiasaan mereka ketika makan yang tidak bisa mereka hindari. Menikmati kebahagiaan dengan canda tawa.

To be continue :)

AlGiv: 1 JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang