| Moment of Truth |

22 7 2
                                    

Kehadiran Hans, sebagai saksi dalam persidangan sore ini membuat semua orang  di ruang sidang terkejut. Karena hanya saksi, jaksa, pengacara, detektif dan hakim yang tahu siapa korban yang sebenarnya. Panel juri dan penonton sidang tidak mengetahui siapa korban karena status korban adalah anak calon presiden Korea, sehingga identitas korban disembunyikan. Panel juri dan penonton sidang sangat terkejut dengan kenyataan bahwa Hans Lee adalah korban dari kasus ini.

Ketua hakim menatap Hans lalu berkata "Korban, sebutkan nama dan ucapkan sumpah saksi." 

Hans mengangguk seraya berdiri mengucapkan namanya "Nama saya Hans Lee." lalu dia mulai membaca sumpah saksi. 

Sementara itu, Ian menarik tangan Joanna untuk bertanya "Kenapa kamu membawa Hans sebagai saksi?" nadanya sedikit kesal.

Joanna menatap Ian "Dia yang memintaku untuk menjadi saksi."

"Bagaimana kalau dia memberikan pernyataan yang memberatkan Suzette?" keluh Ian.

"Tidak. Dia berjanji ingin mengatakan kebenarannya." ucap Joanna dengan keras kepala.

Ian mengerutkan kening "Kebenaran soal apa?" 

Joanna kembali menggelengkan kepala "Kita bisa mengetahuinya nanti. Maaf seonbae, tapi aku yakin kehadirannya akan membantu kita."

Tangan Ian melepaskan Joanna perlahan sambil berharap keputusan Joanna tidak menimbulkan kesulitan bagi Suzette.

Joanna menatap Suzette yang hanya menundukkan kepala "Angkat kepalamu, Suze. Tunjukkan pada Hans, kalau kamu tidak takut padanya."

Perlahan, Suzette mengangkat wajah lalu menatap Hans yang juga sedang menatapnya. 

Jaksa menghela napas melihat kedua sejoli ini berpandangan lalu dia berdeham "Hans Lee."

"Iya." Hans mengalihkan pandangan ke arah jaksa.

"Apa yang membuatmu datang ke sidang sebagai saksi bukan korban?"

Hans meneguk saliva lalu menjawab "Karena, saya bukan korban." jawaban  yang kembali mengejutkan semua orang.

"Apa maksud Anda?"

"Terdakwa tidak bermaksud mendorong saya. Dia hanya mendorong tangan saya yang memaksa untuk memegang wajahnya." Hans menghela napas "Tapi malam itu, saya mengkonsumsi obat."

"Obat apa?"

"Obat untuk depresi yang saya alami." Jaksa mengerutkan kening begitu pun kedua pengacara. Jaksa kembali bertanya "Sejak kapan Anda mengalami depresi?"

"Sejak sekolah menengah atas." jawaban Hans membuat Suzette sedih.

Jaksa melirik Joanna dan Ian dengan maksud agar mengajukan pertanyaan silang pada Hans. Namun Ian bingung harus menanyakan apa sehingga dia menatap Joanna yang juga ternyata sedang menatapnya "Aku saja, seonbae." Ian mengangguk.

"Saya sudah cukup." ucap Jaksa lalu hakim meminta pengacara yang sudah siap untuk maju.

Joanna menatap lekat Hans "Hans Lee, Anda meminta saya untuk menjadi saksi dalam persidangan sore ini jadi Anda sadar betul kalau harus memberikan kesaksian dengan jujur?"

 Pertanyaan tajam Joanna membuat Hans mengangguk yakin "Saya sadar."

"Anda mengatakan kalau mengalami depresi sejak sekolah menengah atas. Apakah depresi itu terus menerus atau hanya kambuh sesekali?"

"Di semester dua, depresi saya sempat hilang." jawaban Hans mengerutkan kening Suzette. Semester dua adalah waktu dimana mereka mulai berpacaran. Hans kembali melanjutkan "Ketika saya mulai berpacaran dengan Suzette, depresi saya sempat hilang. Untuk pertama kalinya, saya dapat menikmati hidup dengan tenang dan damai."

OUR PRECIOUS AFTERNOONWhere stories live. Discover now