| She has a dream |

28 7 1
                                    

Sabtu sore di musim panas, pertemuan dewan siswa diadakan di Starfield Library Gangnam yang terkenal dengan rak buku raksasa dengan tinggi 13 meter. Sekitar dua puluh siswa berkumpul bersama dengan anggota dari dinas pendidikan Seoul. Joanna duduk bersebelahan dengan Alex yang menjemputnya di mini market dekat rumah.

"Masalah utama yang sering terjadi adalah bullying ." celetuk Alex kepada tiga rekan yang duduk bersamanya.

Elsie dan pacarnya, Jaccob, mengangguk setuju. Elsie menimpali "Beberapa sekolah masih menutup mata soal bullying termasuk Asung."

"Bullying di Asung bukan soal kekerasan fisik tapi perkataan dan tekanan untuk bersaing antara murid dari keluarga kaya dan kurang mampu."

Sambil mencatat, Joanna berkomentar "Sulit bagi murid yang berasal dari keluarga kurang mampu untuk menahan tekanan dari murid kaya. Betul seperti itu kan?"

"Iya." Elsie mengangguk pada Joanna "Bullying tipe seperti itu yang terjadi di Asung."

"Apapun bentuk bullying, hal itu tetap tidak boleh dilakukan. Semua orang mempunyai hak yang sama untuk menerima pendidikan layak." Alex berkomentar.

Jaccob menghela napas pendek "Terlebih lagi dengan bullying yang menggunakan fisik. Hal itu sangat mengerikan. Banyak korban memutuskan untuk bunuh diri."

"Karena itu aku benci sekali pelaku bullying." Joanna mendengus kesal.

Alex tersenyum tipis "Namun berkat Joanna, banyak pelaku bullying yang enggak mau lagi merundung murid Taeyang."

Ucapan Alex membuat Joanna menoleh padanya. Alex lanjut bicara "Joanna menghajar semua pelaku bullying yang menganggu anak - anak Taeyang."

"Waw, so amazing are you, Joanna. Kamu ikut taekwondo?" tanya Jaccob.

"Iya." Joanna terkekeh lalu dia lanjut bicara "Tapi untuk menyelesaikan bullying tidak cukup hanya menghajar balik mereka. Harus ada sanksi serius. Kita bisa meminta anggota dari sekolah lain untuk memantau setiap kejadian bullying, mencari tahu fakta dari setiap kejadian dan menyampaikan kebenaran pada pihak sekolah dan dinas pendidikan."

Ketiga rekan lain menatap kagum pada ucapan Joanna yang membuat gadis itu bingung "Ada apa?"

"Ucapanmu seperti seorang jurnalis. Memantau, mencari fakta dan menyampaikan kebenaran." ucap Elsie yang ayahnya adalah seorang jurnalis ternama "Kamu cocok menjadi jurnalis."

Joanna tersenyum tipis. Topik jurnalisme menjadi hal yang terus dia pikirkan beberapa hari ini terutama setelah berbicara dengan Edward di ruangan guru kala itu.

"Apa aku harus mencari tahu lebih lanjut soal profesi ini?" tanya Joanna pada dirinya sendiri lalu dia mengirimkan pesan pada Nicholas sebagai langkah awal pencariannya.

Joanna
Apa pendapatmu tentang profesi jurnalis?"

JoannaApa pendapatmu tentang profesi jurnalis?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
OUR PRECIOUS AFTERNOONWhere stories live. Discover now