TIGA PULUH SEMBILAN

Start from the beginning
                                    

Lagi, tanpa ia sadari, ia membuat dirinya frustrasi dengan pikirannya sendiri.

***

Pagi-pagi sekali sebelum keluarganya bangun, Kania pulang ke rumah setelah semalam menginap di rumah Reno. Dia tidur di kamar Reno, sementara pemilik kamar justru tidur di kamar tamu. Kania memang tamu yang tidak tahu diri dan Reno juga tuan rumah yang terlalu baik hati. Kata Reno sih tidak masalah ia tidur di ruang tamu yang banyak nyamuknya, baginya kenyamanan Kania-lah yang nomer satu.

Kania bergegas mandi dan bersiap pergi ke sekolah. Ketika waktu menunjukkan pukul setengah tujuh, Kania hendak turun ke bawah untuk sarapan. Namun, sebelum ia melewati pintu kamar, Kania mengurungkan niatnya untuk sarapan bersama keluarganya. Menangis semalaman membuat matanya bengkak. Kania tidak ingin keluarganya khawatir. Oleh sebab itu, Kania memilih untuk diam di kamarnya.

"Kania?"

Kania yang berdiri di balik pintu berdeham pelan ketika mendengar Lucy memanggilnya dari luar.

"Nggak jadi. Iseng manggil," sahut Lucy.

Kania menarik sudut bibirnya membentuk seulas senyum manis. "Kemarin elo kan yang nyuruh Reno nyari gue?" tanya Kania. Pasalnya, sangat tidak mungkin Alci yang memberitahu Reno soal ia yang dibawa paksa Bara ke markas pentolan SMA Dirpan.

"Emang Reno ada bilang gitu?" tanya Lucy, masih berada di luar kamar Kania.

"Nggak ada, sih."

"Berarti bukan gue. Nggak usah geer." Selang satu detik, suara langkah kaki terdengar menjauh. Lucy sudah tidak berada di depan kamar Kania lagi.

Kania kembali tersenyum melihat betapa manisnya bocah itu. Kania tahu dan sangat yakin memang Lucy-lah yang menyuruh Reno mencarinya. Tetapi karena gengsi yang setinggi langit, Lucy menolak untuk mengakuinya. Meski tidak pernah mengakui Kania sebagai Kakak, setidaknya bocah itu masih memiliki sisi baik.

Suara notifikasi pesan masuk terdengar berturut-turut. Kania memeriksa ponselnya dan mendapati pesan dari nomer tak dikenal. Ia membuka pesan itu dengan alis terangkat sebelah.

Adelshm : etbek
Adelshm : ini calon temen lo
Adelshm : pulkam mau ke kafe bareng gue?
Adelshm : eh kok pulkam, maksud gue pulsek
Adelshm : mau, ya? ya? plisss😊

Sesaat setelah membaca pesan itu, Kania segera menjawab.

KaniaYujian : mls

Kemudian Kania membuka isi pesan dari Reno yang masuk dua menit yang lalu, lantas segera membalasnya.

Reno : p
Reno : mau ke sklh bareng gue?

KaniaYujian : mau. lo udh siap, kan?
KaniaYujian : brngkt skrng aja. gue mls ditanya-tanya karna gak sarapan.

Tak lama Reno membalas pesannya.

Reno : ngoghey

Selang beberapa menit Reno kembali mengiriminya pesan yang mengatakan bahwa dia sudah berada di depan rumah Kania. Dengan segera Kania mengambil tasnya dan berjalan keluar. Dia berlari mulai dari tangga, melewati ruang makan dan berpamitan pada orang tuanya dengan sok terburu-buru, "Mama, Papa, aku berangkat dulu, ya. Reno udah di depan!"

"Lho, kenapa nggak sarapan?!" teriak Fara karena Kania sudah berada agak jauh.

"Sarapannya di sekolah aja!" balas Kania, ikut berteriak.

Melewati pintu utama rumah, Kania berhenti berlari. Dengan napas terpenggal, ia melanjutkan langkahnya dengan berjalan. Kania membuka gerbang rumah dan mendapati Reno sudah menunggu di atas motor.

"Kenapa nggak sarapan?" tanya Reno mengingat balasan pesan dari Kania.

"Lo nggak liat mata gue?" jawab Kania agak nyolot.

Reno mengangguk paham. Cowok itu melempar helm ke arah Kania. "Masih terlalu pagi, kita beli bubur ayam depan komplek dulu, gimana?"

"Nggak mau. Nanti pas makan takutnya bokap gue lewat. Gue makan di kantin sekolah aja. Kalau lo laper, ya derita lo, siapa suruh nggak sarapan."

Reno kehabisan kata-kata. Jelas-jelas dia melewatkan sarapan karena Kania, tapi bisa-bisanya cewek itu bicara menyebalkan soal itu. Namun, dari pada berdebat, Reno memilih tersenyum dengan paksa. "Buruan naik, nanti keburu bokap lo keluar."

Kania mengangguk, namun ia tidak segera naik ke motor, cewek itu terdiam sesaat seperti sedang memikirkan sesuatu. "Tapi hari ini gue males banget ke sekolah, mau bolos aja." Sedetik setelahnya Kania segera menggeleng. "Enggak jadi deh. Nanti si Alci ngira gue galau karena kejadian kemarin."

"Padahal mah emang galau," celetuk Reno.

Kania memutar bola matanya. "Enggak, ya, cuma kebawa suasana aja." Kemudian ia segera naik ke motor. "Gue tetep sekolah. Udah ah, buruan jalan!"

"Iya-iya, sabar."

****

Chapter selanjutnya bakal update secepatnya (kayaknya).

Sebenarnya chapter ini ada lanjutannya, cuma aku potong karena takut kepanjangan. Jadi lanjutannya ada di chapter berikutnya.

Semoga suka!

IDENTITY (END) Where stories live. Discover now