"Alay," desis Nisa. Aulia menoleh menatap Nisa dari samping. Raut wajah gadis itu datar sekali.

Piuwit

Indra, Dimas, Ucup dan beberapa anak laki-laki bersiul menggoda. Aulia semakin malu. Trio itu sudah tau soal status keduanya. Semalam mereka sudah ribut di dalam grup WhatsApp untuk meminta traktiran. Aulia sih sudah tidur, jadi Aksa lah yang menenangkan kericuhan tadi malam.

"Oke, mulai ya?"

Aksa mengarahkan kemoceng ke arah bibir hendak menyanyi. Ketiga orang lainya dengan antusias mengiringi.

"Bila, waktu telah memanggil." Aksa mulai menyanyikan sebait lagu dengan penuh penghayatan.
Lagu itu sukses membuat warga kelas melongo.

"Gada akhlak lo Aksa. Hahaha."

"Njir lagu azab."

"Anjir," ujar Ucup meledakkan tawanya diikuti anak-anak lain. Mereka mengira Aksa akan menyanyikan lagu romantis mengingat ucapan manisnya tadi. Tapi ternyata?

Aulia mengeram kesal. Cewek itu melepas sebelah sepatunya lalu melempar sepatu ke arah Aksa.

"Aduh," rintih seseorang.

Aksa menoleh. Bukan, bukan Aksa yang terkena lemparan sepatu Aulia. Tapi Bu Cinta. Kedatangan Bu Cinta membuat kelas kembali hening. Dengan secepat kilat keempat cowok itu berlari ke bangkunya masing-masing.

Aulia meringis. Sial. Salah sasaran.

Bu Cinta menatap murid-muridnya dengan tajam. Aulia meringis. Tak lupa merapalkan doa dalam hati. Semoga Bu Cinta tak melihatnya. Ah ini semua salah Aksa.

"Siapa yang lempar ibu pakai sepatu?" Tanyanya datar.

Kelas hening. Tidak ada yang bersuara.

"Jawab!"

"Aul bu," tunjuk Aksa pada Aulia yang tengah menunduk.

Ucup ddk kompak merapatkan bibir yang hampir kelepasan tertawa. Aksa lucnut.

Aulia sontak membulatkan matanya. Pacar Macam apa Aksa itu?. Aulia melirik Aksa tajam. Cowok itu malah cengengesan tidak jelas. Atensinya teralih saat Bu Cinta memanggil namanya.

"Aul, maju kamu!"

Aulia menurut. Langkahnya gontai. Ingatkan Aulia untuk mendiamkan Aksa nanti. "Maaf Bu. Saya gak sengaja."

Bu Cinta menghembuskan nafas kesal. "Aul, kamu ibu hukum. Sana keluar. Tidak usah ikut pelajaran ibu."

Bahu Aulia merosot. "I-iya Bu."

Aksa mengangkat sebelah tangannya.

"Apa Aksa?"

"Bukan salah Aul, Bu. Tadi dia mau lempar ke saya ehh, malah kena Bucin. Yang konser dan brisik juga bukan cuma saya. Ada Ucup, Indra, dan Dimas," lapor Aksa mengundang tatapan kesal dari nama-nama yang disebut.

"Jangan panggil saya seperti itu Aksa," peringat Bu Cinta lelah. Aksa memang suka memanggilnya Bucin membuat beberapa anak di kelas jadi ikut-ikutan. Kesanya, Aksa seperti tengah meledek dirinya dengan sebutan yang biasa remaja gunakan ketika tengah dimabuk asmara, hingga rela melakukan segalanya demi pasangannya.

Aksa nyengir tak berdosa.

Bu Cinta memijat pelipisnya pusing. "Aksa, Aulia, Ucup, Dimas, dan kamu, Indra. Keluar! Hormat bendera sampai istirahat."

Instruksi dari Bu Cinta membuat keempat cowok itu sumringah. Sedangkan Aulia mengeram tertahan.

Akhirnya kelima manusia itu keluar dari kelas. Ucup menghampiri Aksa lalu memeluknya ala laki-laki. "Thanks bro."

"Asek," sorak Indra kelewat senang.

"Akhirnya gajadi ikut pelajaran pertama," ujar Dimas menghembuskan nafas lega.

"Pinter kan gue," ucap Aksa bangga diangguki ketiga cowok itu.

Aksa melirik Aulia yang tengah menggerutu kesal. "Sayang."

Aulia hiraukan. Menoleh pun Aulia tidak. Demi sempak Doraemon milik Arga! Aulia sangat kesal. Kekasih macam apa Aksa itu?

"Ululuh si Aul ngambek," ledek Ucup.

"Minta dibujuk tuh." Indra ikut menyahut.

Dimas sih diam saja. Cowok itu sedang bergelut dengan pikirannya sendiri.

"Tau ah. Nyebelin lo semua," dengus Aulia kesal melengos hendak ke lapangan.

"Mau kemana?"

"Lapangan lah," ketus Aulia.

"Gak ada yang ke lapang. Kita ke wp," ajak Aksa. Ketiga cowok lainya sudah berjalan terlebih dahulu.

WP singkatan dari (Warung Pink). Warung belakang sekolah yang dicat dengan warna pink di seluruh bangunanya. Tempat bolos anak-anak nakal. Entah apa yang merasuki pemilik warung. Padahal kebanyakan yang singgah di warung itu adalah anak laki-laki. Kenapa di cat pink?

"Gamau, nanti ketauan," tolak aulia mentah-mentah.

"Yang. Ayok!"

"Gak."

"Gada penolakan."

"Gamau."

"Ikut atau aku cipok."

Aulia memukul lengan Aksa keras. Mesum.

"Yauda iya iya." Melihat gadisnya yang mengangguk setuju. Aksa langsung menarik pergelangan tangan Aulia menuju wp.

***

sesampainya di wp. Aksa terus memaksa Aulia untuk makan membuat cewek itu menggembungkan pipi kesal. "Makan yang."

"Aku gak laper," jawab Aulia seadanya. Tadi pagi sebelum berangkat sekolah Aulia memang sudah sarapan.

Uhuk uhuk

Ucup yang sedang minum teh gelas langsung terbatuk hebat. Indra dan Dimas bukan memberi bantuan malah tertawa ngakak.

"Anjir ga pantes banget lo, Aku-akuan," celetuk Dimas mewakili Ucup. Indra mengangguk setuju.

"Bodo," ketus Aulia.

"Kalian kan udah jadian nih," jeda Ucup setelah batuknya reda. "Traktiran dong."

"Traktir!"

"Nah iya traktir," sahut Dimas antusias mengingat janji Aksa semalam.

"Dih, enggak!" Tolak Aulia menatap ketiga temannya tajam. Bisa bangkrut Aulia kalau mentraktir ketiga manusia tak tahu diri itu.

"Kita kan minta sama Aksa, wle," ledek Indra menjulurkan lidahnya.

Aksa mengangguk. "Pesen aja. Nanti gue yang bayar."

Ucapan Aksa barusan sontak membuat ketiga cowok itu langsung berhamburan memesan makanan dengan rusuh. Lihat saja mereka sampai senggol-senggolan.

Aksa menoleh. Dilihatnya pacarnya itu yang tengah menatap tajam. "Gapapa sayang, sekali-kali."

"Terserah ah."

Bukanya Aulia pelit. Tapi Aulia tidak mau merepotkan Aksa. Aulia sudah hafal akan sifat teman-temanya. Suka tidak tahu diri. Kalau Aulia yang bayar sih ga masalah. Tapi Aulia memang sedang tidak memegang banyak uang.

"Jangan ngambek dong," kata Aksa mengacak rambut Aulia pelan. Kebiasaan baru Aksa setelah mereka resmi berpacaran.

"Enggak. Siapa yang ngambek?"

"Aul," panggil Aksa menggenggam tangan Aulia. Aulia menaikkan sebelah alisnya.

"I love you," bisik Aksa kemudian mencium punggung tangan Aulia.

TBC

Jangan lupa tinggalkan jejak. Jangan jadi pembaca gelap:/

Menerima setiap kritik dan sarannya🌻

Salam : author edan

AULIA [On Going]Where stories live. Discover now