Bagian 19 ; Apa dia waras?

Beginne am Anfang
                                    

👣

Di ruangan yang sangat rapi dan pemandangan kota terlihat jelas dari lantai atas membuat Aksel merasa nyaman di ruanganya ini.

Baru kali ini ruangannya sangat bersih dan rapi bahkan hampir disetiap sudutnya tak ada debu yang tersisa. Semua ini karna Jack, manusia unik berasal dari desa dan sangat menyukai kebersihan.

"Sebelumnya lo lulusan kebersihan S berapa?"

"Es? Es teh bos. Matursuwun, tidak usah."

"Nggak jadi lah, nguras tenaga kalau ngomong sama lo. Urus aja tuh design packaging yang bener. Gue cuma punya waktu 7 bulan dari sekarang buat produk itu."

"Dibuat buru-buru ya bos?
"Iya. Produk-produk ini nantinya mau gue harus lahir bareng sama anak gue, Jack. Istri gue hamil. Dan gue punya target produk ini harus terjual besar-besaran."

"Wih keren ya bos. Rencananya kita berapa produk yang keluar?" Jack melirik laptop didepannya melihat berapa pics yang ada.

"Satu paket make up lengkap?" Jack membulatkan matanya dengan mulut yang menganga tak percaya.

"Gaji harus naik sih pak. Soalya waktunya mepet."
"Oke," jawaban Aksel lagi-lagi membuat Jack tak percaya.

Segampang itu?

"Kalian kerja keras buat produk-produk istimewa di Ac Cosmetic. Dan itu sebagai tanda terimakasih."

👣

Tepat di pangkuan Ara kini dua yogurt yang ia pesan dari Acha telah sampai. Ara langsung bangkit dan menoleh ke arah pintu dan ternyata Aro yang berdiri disana.

"Lo udah pulang, bang?" Aro tak menjawab, namun laki-laki itu mendekati Ara yang berdiri di sebelah kasur.

"Denger!"

"LO UDAH CUKUP NYUSAHIN GUE! JANGAN SUSAHIN ISTRI ATAU ANAK GUE NANTI!" Ara tersentak dengan nada keras Aro.

"Jadi selama ini lo nganggep gue beban?" Mata Ara mulai berkaca-kaca.
"YA!" teriak Aro.

"Lo punya suami! Di rumah ada pembantu! Diluar ada supir, dan LO!" Aro menunjuk wajah adiknya. "LO PUNYA KAKI! LO BISA JALAN SENDIRI KE SUPERMARKET KAN!?"

"Atau sekarang lo lumpuh?"

"Kondisi Acha lemah kaya gitu dan lo nyuruh dia pergi keluar sendiri?" Aro menghela napas kasar. "Nggak ada otak lo, Ra."

"Bego lo."

Sejak tadi Ara terus menamati mata Aro yang memerah. Bukan satu samalah yang membuatnya marah. Ara menangkap masalah besar dari emosi dan kondisi saurdara kembarnya ini.

"Kalau sampai Acha kenapa-kenapa. Gue nggak bakal ngampunin lo, Ra!!!"

Ara mendengar setiap kata yang diucapkan Aro dengan baik. "Budeg lo!?" bentak Aro. Ara menggeleng pelan dengan mata yang masih tertuju pada tatapan Aro.

"OTAK LO DIMANA, RA!"

"Udah? ..." lirih Ara sambil tersenyum getir menghadapi kemarahan dari seseorang yang  ia kenal sebagai sosok abang yang dulu sangat menyayanginya.

"Ternyata lo punya hobi baru ya, bang? Buktinya sekarang suka banget ngebentak gue." Ara mengusap air matanya yang mulai membasahi pipi. "Padahal dulu. Kalau ada orang yang ngomong pakai nada tinggi ke gue, lo bakal marahin orang itu, sekalipun itu mama atau papa," ucapan Ara berhasil membuat Aro tertegun di tempatnya.

"Tenang aja. Sekarang nggak ada yang bakal marahin lo, karna lo sendiri yang ngelakuin itu. Dan mungkin sekarang kita bukan Aro, Ara yang dulu. Karna dunia kita udah beda."

Sejak tadi Aro membuat Ara terdiam dalam caciannya. Sekarang Aro dibuat diam oleh Ara karna faktanya.

"Gue tau ini bukan lo yang sebenarnya. Lo hilang arah, bang. Sejak kecil, lo susah banget ngontrol emosi saat lo ada masalah. Dan gue tau, kali ini lo juga ada masalah."

"Gue bukan orang yang baru ketemu Lo sekali dua kali, bang." Semua yang Ara ungkapkan membuat Aro bungkam.

Ara berusaha menyembunyikan air matanya dari Aro. Ia mengedarkan pandangan untuk menetralkan air matanya.
"Sorry. Tapi gue butuh istirahat. Anak gue nggak boleh Stress kayak lo."

"Gue tau lo lagi ada masalah. Kontrol emosi lo, kalau nggak emosi yang ngontrol diri lo. Terimakasih buat Yogurt nya, silakan keluar. Gue lagi hamil dan gue mau istirahat." Tangan Ara menunjuk pintu keluar yang terbuka lebar.

Aro langsung melangkah tanpa meninggalkan sepatah katapun pada adiknya.

Tanpa Aro sadari, sudah sejak lama Emosi telah mengontrol dirinya. Ia banyak menghabiskan tenaga untuk masalah-masalah kecil karena pikirannya terlalu kalut dengan bisnisnya yang berada di ambang kegagalan.

👣

Acha mengintip Aro yang keluar dari kamar Ara. Sejak tadi ia menguping semua pembicaraan dibalik dinding dan sekarang ia bersembunyi di samping meja.

"Aro lagi ada masalah? Kok dia nggak cerita?" Acha terheran-heran bagaimana Ara bisa tau tanpa Aro memberi tau.

"Tapi mungkin iya. Karna ini udah berlebihan, kasian Ara kalau sampai dia tertekan." Entah apa yang wanita ini inginkan. Yang jelas baginya ini BERLEBIHAN!

"Gue harus masuk atau pergi ya? Duh ... Gue jadi bingung. Yang gue mau Aro jaga jarak sama Ara, bukan malah pertengkaran kayak gini. Nggak tega juga lihat Ara terus-terusan dimarahin."

"Dugaan gue tepat sasaran." Cowok yang bersembunyi di balik dinding belakag Acha langung menarik ujung bibirnya.

A+ [Kita Kembar]

Hi ges!😙

5k komentar bisa? Langsung gas 2 bab meluncur.

Btw tau ga peperangan yg lagi PANAS!🥵 Yg belum tau cepat ke TIK TOK SAYA!

Btw tau ga peperangan yg lagi PANAS!🥵 Yg belum tau cepat ke TIK TOK SAYA!

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Lanjut ke bagian 19 see u >>>

A+ [Kita Kembar]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt