❊ 01 ❊

7.6K 406 74
                                    

Rumah Sakit. Kamar dengan dinding biru muda, gorden putih dan jendela lebar, kasur yang nyaman, meja makan, seakan semua fasilitas ada dalam satu kamar Rumah Sakit yang dihuni hanya satu pasien ini. Kamarnya dibuat senyaman mungkin, agar yang sedang melakukan perawatan disana pun merasa nyaman, atau setidaknya Rei bisa merasa tetap di rumah meski ia sedang dirawat di Rumah Sakit.

Bunga mawar dan bunga kertas ada dalam vas bunga di atas meja makan dan nakas. Rei dan bunga tidak bisa dipisahkan, sekiranya begitu pikir Renji dan putri mereka, Hana. Bunga-bunga selalu berhasil membuat Rei merasa nyaman, terlepas dari berada di sekitar orang-orang terkasihnya, juga pheromone suaminya.

Setahun lalu Rei masih bisa melakukan perawatan di rumah, namun sejak enam bulan terakhir, Rei sama sekali tidak meninggalkan Rumah Sakit. Renji yang harus bolak-balik rumah dan Rumah Sakit, tiap datang selalu bawa bunga untuk Rei. Kalau Hana, ia selalu stay di Rumah Sakit, hanya pulang sesekali, selain karena statusnya sebagai dokter di sana, Hana juga sedang meneliti, mencari obat untuk ibunya, pun suppressant untuk para Omega yang tanpa menimpulkan efek samping apapun.

Hana tidak ingin nasib Rei menimpa Omega lain.

Ya, sejak tiga tahun terakhir Rei mulai sakit-sakitan, awalnya hanya sakit-sakit biasa, sampai dokter memvonis Rei sakit parah, semua karena suppressant yang Rei konsumsi ketika ia hidup sendiri dulu, tanpa mate, tanpa Renji. Kejadiannya memang sudah lama, ketika ia dan Renji bercerai, Rei mengandalkan obat penekan masa heat dalam dosis yang lumayan besar. Karena Rei dan Renji adalah fate pair yang sudah menjadi mate, ketika berpisah, jelas semuanya jadi susah. Rei merasa dirinya sangat kuat, suppressant selalu bisa menyelamatkan Rei, dan kini dampaknya. Untuk melakukan perawatan di rumah saja, Renji dan Hana harus berpkir berkali-kali.

Sore ini Hana sedang senggang, ia memilih menetap di kamar Rei. Melepas lelah setelah seminggu penuh tidak pulang ke rumah. Ia berbaring di kasur Rei, menjadikan pangkuan Rei sebagai bantal, memeluk pinggang Rei yang Hana rasa selalu terasa kecil, ya untuk ukuran laki-laki, karena ketika Hana memeluk Renji tentu jadi beda. Semua karena Renji Alpha dan Rei Omega.

"Malam ini kau pulang, Hana?" tanya Rei singkat, senyumnya menyungging lembut, seraya mengelusi kepala Hana.

Hana semakin mengeratkan pelukan, "Tidak tau, mungkin pulang. Sore nanti masih ada pasien yang harus aku tangani."

"Ooh, begitu." Kepalanya mengangguk, senyumnya makin lebar ketika Hana menoleh padanya. "Kenapa?" dan senyuman Rei berubah semakin usil.

"Kenapa apa?"

"Hm? Kau pikir aku tidak tau apa yang sedang kau pikirkan?"

Hana seketika melengos, enggan menatap Rei lagi. Padahal Hana suka sekali menatap mata Rei, selalu terasa menyejukan untuknya.

"Ada apa? Ceritakan padaku. Soal... Kak Hinata kan?"

Diam dulu. Hana rasa sejak dulu Rei ini selalu bisa membaca isi kepala Hana. Sampai sekarang Hana tidak pernah lupa, ketika Rei selalu berhasil menemukan Hana yang diam-diam memakan daun pohon loquat. Hana pikir, ibunya ini pasti ahli jiwa atau semacamnya,

"Hana?"

"Tidak ada apa-apa."

"Lalu? Kenapa merengut begitu?"

"Tidak kok."

"Hana-"

"Aaargh!" Hana sontak berteriak, ia bangkit, mengacak-acak rambutnya sendiri. Begitu menoleh pada Rei, ibunya itu jelas terkejut, tapi lama-lama berubah jadi tawa. "Bu! Kau tau, aku rasa Kak Hinata itu tertular sifat mu!"

When The Sun Rises (Omegaverse) [COMPLETE]Where stories live. Discover now