Part 14

681 70 3
                                    

'Kenapa kau seperti tidak asing bagiku?' -tanya Dokyeom dalam hati.

Saat ini Dokyeom sedang berada dibalkon kamarnya, ia menatap bulan yang tertutupi awan yang mengakibatkan bulan tidak terlalu bersinar, ditambah lagi tidak ada satupun bintang yang menemani bulan tersebut, apa malam ini pertanda akan hujan?

Dokyeom perlahan memejamkan matanya, wajah Joshua masih melekat dibenaknya, ia masih berpikir sebenarnya siapa ini Joshua? kenapa ia merasakan sakit yang mendalam? dan kenapa saat ia melihat mata Joshua yang menyiratkan kerapuhan.

"Bahkan aku tidak tahu, kenapa selalu dirimu yang selalu muncul saat aku memejamkan mataku." Lirih Dokyeom.

Dokyeom melamun dan tidak lama tanpa ia sadari, kini kedua matanya sudah meneteskan air mata.

"Kenapa denganku?" tanya Dokyeom, ia berusaha untuk mengingat kembali ingatannya tapi tetap saja tidak bisa.

Mengusap wajahnya kasar tapi ia terkejut, kenapa ia menangis? Dokyeom semakin bertambah bingung, kepalanya tiba-tiba berdenyut sakit.

"Akh kepalaku..." Ringis Dokyeom.

Beranjak pergi memasuki kamarnya, ia mencari obat didalam laci dan setelah menemukan obatnya Dokyeom langsung meneguknya tanpa bantuan air, kepalanya sangat sakit saat ini.

Perlahan mendudukan diri diatas kasur, Dokyeom memijit pelipisnya pelan untuk mengurangi sakitnya.

"Apa kau sebagian ingatanku yang hilang?" tanya Dokyeom lirih pada dirinya sendiri.

Jongin mengetuk pintu kamar Dokyeom pelan. "Nak, apa mom boleh masuk?" tanya Jongin dari luar.

Dokyeom berusaha menetralkan nafasnya sebentar lalu mengalihkan pandangan pada pintu kamarnya."Masuklah mom." Jawab Dokyeom sedikit meninggikan suaranya.

Jongin perlahan membuka pintu dan mendapati anaknya yang duduk dipinggiran kasur, ia menghampiri Dokyeom dan duduk disamping nya.

"Kenapa belum tidur?" -Jongin.

"Sebentar lagi." -Dokyeom.

Jongin tidak sengaja melihat obat Dokyeom diatas meja belajarnya. "Apa kepalamu sakit lagi?" tanya Jongin khawatir.

Dokyeom hanya diam tidak tahu harus menjawab apa, ia merutuki dirinya yang lupa memasukkan kembali obatnya kedalam laci, lama berkutat dengan pikirannya kini Dokyeom mengangguk pelan.

"Apa Dk berusaha mengingatnya?" -Jongin.

"Maaf mom, Dk hanya tidak bisa mengontrol diri." -Dokyeom.

Menghela nafas pelan, inilah yang ditakuti Jongin. "Tidak apa, mom paham." Ucap Jongin sambil mengangguk pelan.

Cukup lama terdiam Dokyeom memberanikan diri untuk menanyakan tentang masa lalunya."Mom." Panggil Dokyeom pelan.

"Kenapa nak?" jawab Jongin lembut.

Dokyeom tampak ragu tapi ia sangat ingin tahu tentang masa lalunya. "Apa mom bisa cerita tentang masa lalu Dk." Ucap Dokyeom sambil menatap ibunya ragu.

Jongin membeku ditempat mendengar ucapan Dokyeom barusan, ia berkeringat dingin sambil mengelak tatapan anaknya,i a bingung ingin menjawab apa, menghela napas pelan.

"Apa saat tahu semua masa lalumu, Dk masih menerima mom?" tanya Jongin.

"Apa maksudnya?" tanya Dokyeom bingung, ia hanya ingin mendengar cerita masa lalunya tapi kenapa ibunya malah memberi pertanyaan seperti ini?

Jongin menggeleng lalu membaringkan Dokyeom. "Tidak nak tidak ada, tidurlah ini sudah malam." Suruh Jongin.

Dokyeom menggenggam tangan ibunya, ia tahu ibunya seperti menghindari pertanyaannya, ia menatap ibunya sendu.

Don't Go!!! [SeokSoo]✔Where stories live. Discover now