𝙺𝚎𝚖𝚊𝚝𝚒𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝙻𝚊𝚒𝚗

588 121 186
                                    

"Teror lagi?" Leo berucap.

"I-iya, Le." Agas mengangguk pelan.

"Sini gue baca." Leo mengambil kertas itu dari tangan Agas tanpa aba-aba atau izin dari sang empu.

Thanks for giving me two sacrifices for this week, I want more.

"Gila kali ya nih orang?" Gilang nampak emosi dan menggebrak meja, kesal dengan kelakuan peneror dan pembunuh teman-temannya.

"Dia yang neror, dia juga yang bunuh." Ucap Arin tiba-tiba.

"Sumpah serem banget nggak sih? Kalo gitu mendingan gue pindah sekolah aja." Sahut Aley.

"Percuma, Ley." Balas Arin.

"Percuma? Maksud lo apaan?" Aley menoleh kaget ke arah Arin.

"Pelaku itu dari awal emang udah ngincer kita."

"Jangan asal ngomong dong." Gilang merasa ngeri saat Arin dengan santai mengatakan hal tersebut secara terang-terangan.

"Gue nggak asal ngomong, si pelaku pasti tau semua tentang kita. Kejadian yang menimpa kita dan teman-teman kita pasti salah satu dari rencananya." Setelah Arin mengatakan hal tersebut suasana berubah hening.

"Mira, lo kan yang udah bunuh Gavin?" Tuduh Gilang pada Mira yang sedang diam mendengarkan ucapan Arin.

"Apa?" Mira kaget saat Gilang menuduhnya membunuh Gavin. Sebenarnya ia juga sudah menduga hal ini akan terjadi, "kenapa lo nuduh gue? Emang nggak ada orang lain apa yang bisa dituduh? Kenapa gue mulu, heran." Tanyanya bingung. Begitu pun dengan yang lainnya.

"Ngaku aja deh, sebelum Gavin meninggal lo sama dia ada perdebatan di rumah sakit. Jadi, lo yang udah bunuh dia karena masih marah?" Tuduh Gilang dengan alasan yang sedikit rasional.

"Sumpah gue nggak habis pikir sama pemikiran lo yang dangkal itu," balas Miras sambil menggeleng pelan, "sekarang gue tanya sama lo, gue ada di mana saat Gavin dibunuh?" Tanya Mira, menatap Gilang dengan intens.

Gilang terperangah mendengar ucapan Mira. "I-itu ...," gagapnya tak bisa menjawab. Ia nampak kikuk dan memilih menunduk untuk mencerna apa yang ditanyakan Mira padanya.

Itu benar, saat itu Mira tidak masuk sekolah karena tangannya masih patah dan harus sering kontrol ke rumah sakit.

"Gue di rumah sakit untuk periksa kondisi lengan gue yang patah! Lo tau itu kan?!" Ungkap Mira dengan nada tinggi.

Mendengar Mira mengungkapkan isi hatinya ia sadar bahwa cewek itu sangat marah padanya, Gilang pun hanya bisa membuang muka setelah mendengar perkataan Mira yang membuatnya terpojok.

"Lang, gue tau lo belum bisa terima atas kematian Gavin. Tapi, nuduh Mira tanpa bukti pun nggak akan nyelesain masalah ini. Kita semua tau kalo kondisi lengannya lagi gak baik-baik aja." Ujar Tifani menengahkan situasi.

"Gue juga ngerasa kalo Mira pelaku yang sebenarnya. Tapi ..., ucapan Tifani ada benarnya, lengan Mira lagi patah dan kemarin dia ke rumah sakit untuk periksa." Seru Aley tiba-tiba.

"Lo juga curiga sama Mira?" Tanya Agas pada Aley.

"Setelah Resa meninggal, lo pikir gue percaya sama mereka berdua?" Balas Aley sambil menunjuk ke arah Mira dan Arin yang duduk bersebelahan.

Arin terkejut. Tetapi Mira hanya menampilkan wajah malas datarnya kepada Aley. Seakan Mira sudah terbiasa dituduh tanpa bukti oleh teman-temannya.

"Maksud lo apa sih, Ley? Kenapa lo selalu menyudutkan gue sama Mira yang nggak tau apa-apa soal kematian Resa dan Gavin? Jangan-jangan ..., lo yang udah bunuh mereka dan nuduh kita supaya nggak dicurigai sama yang lain?!" Ujar Arin dengan berani.

AKHIR 12 [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now