𝙰𝚠𝚊𝚕 𝙼𝚞𝚕𝚊 𝙺𝚞𝚝𝚞𝚔𝚊𝚗

1.3K 254 511
                                    

Suasana seluruh kelas di SMA Cakra Garuda gaduh usai upacara hari senin saat murid kelas 10 sampai 12 ditelantarkan oleh guru-guru mereka. Bukan tanpa alasan para guru menelantarkan semua murid-muridnya, hal itu disebabkan adanya rapat mingguan yang diadakan setiap hari senin setelah upacara, yang kali ini membicarakan hal terkait ujian akhir untuk murid kelas 12.

Semester genap sudah di depan mata, ujian akhir yang sering diperbincangkan membuat murid kelas 12 menjadi resah. Dua hasil yang akan mereka terima, yaitu LULUS atau GAGAL.

Di semester ini mereka bertempur demi meraih nilai yang memuaskan. Kata orang ujian akhir itu sangat mengerikan, seperti mati dibunuh secara perlahan.

Namun, hal mengerikan yang sebenarnya terjadi setelah rapat
Kepala Sekolah dan dewan guru selesai. Ketika mereka hendak memasuki ruang kelas masing-masing untuk memberikan materi pelajaran, salah satu murid kelas 12 tewas secara mengenaskan. Tragisnya, ia dibunuh.

Kematian Chandra yang secara tiba-tiba di hari pertama masuk semester baru membuat semua orang panik dan ketakutan.

Pukul 08:00 malam, Rumah Agas

Kematian murid itu menimbulkan kepanikan dan kekhawatiran semua orang, mengingat bahwa ini adalah kasus pertama di SMA Cakra Garuda.

Kepergian Givero Chandra yang tidak wajar membuat teman-teman dekatnya merasa kehilangan sekaligus curiga. Disaat mereka akan bertempur dengan ujian sekolah, mengapa tiba-tiba salah seorang dari mereka telah dijemput malaikat maut?

Agas yang merupakan teman dekat Chandra mengadakan pertemuan untuk membahas mengenai kematian Chandra di rumahnya. Terdiri dari sembilan orang dan mereka merupakan teman sekelas dan seangkatan.

"Gue nggak habis pikir sama kejadian ini," ucap Agas setelah berdiam diri cukup lama, sesekali ia memijat keningnya karena merasa pening.

Yang lainnya melirik Agas tanpa mengatakan apa pun.

"Kita tunggu informasi dari pihak sekolah aja," sahut Gilang yang juga nampak serius.

"Lo mau nunggu informasi apaan dari pihak sekolah?" Tanya Resa dengan wajah sinis sambil memainkan gadget miliknya.

"Abis mau gimana lagi? Pihak sekolah yang harus tanggung jawab, masa gue harus turun tangan untuk menyelidiki kasus kematian Chandra? Gue kan bukan polisi, apalagi detektif." Balas Gilang dengan nada bicara sombong.

"Yaelah, untuk mengungkap siapa pembunuhnya lu nggak perlu jadi polisi apalagi detektif kali." Hardik Gavin.

"Yeuuu, santai aja kali ngomongnya!" Seru Gilang tersulut emosi.

"Ishh, udah-udah! Kenapa jadi pada ribut sih?" Tifani melerai perdebatan tak berguna dari kedua sejoli itu.

"Tau nih, fokus dong!" Aley menambahkan.

"Emangnya kita mau ngapain ngadain pertemuan di sini?" Arin mulai bertanya-tanya. Karena sejak tadi yang dilakukannya hanya berdiam diri dan hal itu sangat membuang waktunya yang berharga.

"Kita harus bantu untuk mengungkap siapa pembunuh Chandra." Ucap Leo, kali ini suasana di ruang tamu menjadi hening.

"Kita kan masih SMA, untuk mengungkap siapa pembunuhnya itu hal yang mustahil buat kita, Leo." Ujar Arin. Diikuti anggukan dari Mira.

"Tapi, Chandra itu teman kita. Lo nggak kasihan sama keluarganya? Mereka terpukul banget pas Chandra meninggal dengan cara dibunuh. Kematiannya nggak wajar dan berlangsung dengan cepat tanpa aba-aba." Jelas Leo kembali.

"Namanya juga dibunuh, nggak perlu aba-aba kali." Sahut Resa.

Aley menyenggol bahu Resa karena mengatakan hal yang tidak-tidak. Resa nampak membuang muka tak peduli.

AKHIR 12 [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang