Chapter 23 : Remember that?

643 103 27
                                    

As always jangan lupa vote and commentnya. Liat komen kalian bikin mood naik buat nulis wkwk.

Happy reading~
.
.
.
"Kenal ya sama salah satu dari mereka?"

Jimin tersentak saat suara Baekhyun menginterupsinya. Buru buru Jimin menaruh foto itu kembali.

"Santai aja, aku tau kau kesini karena mau menanyakan sesuatu kan? Tentang surat yang waktu itu aku kasih,"

Jimin tersenyum kikuk dan kembali duduk.

"Kau dan detektif itu ke Gwangju kan? Pasti menemui Moonbyul,"

"Iya,"

"Moonbyul bilang apa?"

"Dia tak memberitau nya secara spesifik, tapi dia memberikan sebuah amplop pada Seokjin hyung,"

"Sudah lihat isinya?"

"Aku belum, tapi mungkin Seokjin hyung sudah,"

Baekhyun menyeruput teh nya, "aku tidak akan mengatakannya secara langsung dan spontan, tapi aku akan memberikan clue lain padamu, rumahku di sadap, tidak bisa beritahu yang lebih,"

"Disadap? Juga? Siapa yang menyadap?"

"Kalau aku jawab, bisa bisa besok aku sudah terkapar, aku tau kau pintar, jadi kuberi clue sederhana juga kau akan menemukannya,"

Baekhyun meninggalkan Jimin sebentar dan kembali dengan secarik amplop putih berukuran besar.

"Buka saja, kau juga akan tau isinya,"

Buru buru Jimin membukanya. Hanya 2 carik kertas yang usang. Sepertinya kertas hasil pemeriksaan kesehatan. 

Tapi sejurus kemudian matanya membelalak melihat nama nama yang tertera di sana.

"Ini… mereka…?" Jimin menatap Baekhyun bingung. Wajahnya terkejut.

"Tidak percaya kan? Tapi itu faktanya, kalau kau mau tau jawabannya, datang ke alamat yang ada disitu,"

Jimin melipat kertas itu kembali dan bangkit.

"Aku akan kesana, terima kasih, aku yakin kau tidak bohong,"

"Hey, kau mau langsung pergi?"

"Apa ada yang lain?"

Baekhyun menunjuk secangkir teh di depan Jimin.

"Tadi minta minum,"

"Oh iya hehe," buru buru Jimin menenggak teh dan keluar dari rumah Baekhyun

"Yak! Park Jimin!"

"Ha?"

"Be careful,"

Brak!

Jimin terkejut karena Baekhyun dengan keras menutup pintu rumahnya.

"Ya ampun, dia kenapa?"

. . .

Dan disinilah Jimin berada. Di depan sebuah rumah sakit jiwa. Namanya Belift Hospital.

"Disini kan?" Berulang kali Jimin memeriksa alamatnya

"Iya bener kok,"

Dengan langkah beraninya, Jimin masuk ke dalam rumah sakit. Tidak ramai, hanya ada beberapa perawat dan dokter yang lewat kesana kemari.

"Permisi," Jimin menghampiri resepsionis

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya nya

"Eumm… apa direkturnya ada?"

RAINDROPS ||JINSOO||✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang