Chapter 10 : More Evidence

757 119 29
                                    

Boring ga guys ceritanya? 
Thor lagi usahain biar ga keberatan juga ceritanya T v T takut out of the topic

Still, before reading, click ☆ dulu ya guys hehe 

Tenkyuu ♡♡
.
.
.
Friends.

Friend?

Really? Just friends?

Jisoo menganga mendengar penuturan Seokjin. Jadi Seokjin hanya menganggapnya teman? Oh ayolah Jisoo tak suka hal ini sama sekali.

Lamunan Jisoo buyar kala Seokjin mengulurkan tangannya.

"Ayo, busnya sudah datang," ucap Seokjin. Mau tak mau Jisoo menyahut tahun Seokjin.

Mereka memasuki bus dan mencari tempat duduk yang nyaman. Jisoo dan Seokjin memilih duduk di kursi kubu kiri dengan Jisoo di sebelah jendela.

Bus segera berjalan setelah tak ada penumpang yang dirasa mau naik. 

Selama perjalanan, Jisoo hanya memandangi area luar bus. Sampai ia merasakan ada sesuatu yang memberatkan pundaknya.

Jisoo menoleh. Oh, rupanya Seokjin tertidur. Jisoo memandangi wajah Seokjin yang tenang itu. Entah mengapa, sedari dulu, wajah Seokjin itu membuat hatinya nyaman. Bukan karena perasaan sukanya atau karena wajah tampannya. Tapi lihatlah dirinya yang begitu tenang, yang bahkan bisa membuat orang lain mengantuk hanya dengan melihat wajahnya.

Terkadang Jisoo begitu merindukan saat saat ia bersama Seokjin dulu. Ia tak bisa munafik jika ia ingin memaksa untuk kembali ke era dimana Seokjin begitu memanjanya.

Ia merindukan Seokjin, ya Seokjin yang dulu. Seokjin yang memanjanya, menciumnya, memeluknya, menghiburnya, Seokjin yang bisa ia lihat pertama kali disaat bangun tidur.

Tapi apa sekarang? 

Just friends.

Jisoo tersenyum getir mengingat Seokjin yang sekarang hanya menganggapnya sebagai teman. Angan angannya, ia berharap maksud Seokjin itu teman hidup, tapi apalah Seokjin yang memang dasarnya 'ga peka' itu.

"Hnngg,"

Jisoo tersentak saat tangan Seokjin justru melingkar di tubuhnya. Memeluknya seakan ia guling atau boneka. Hati Jisoo berdebar, apalagi ini di tempat umum.

Jisoo mengatur napasnya mencoba untuk netral. Huh, bisa bahaya kalau Seokjin dengar debarannya.

"Kau berdebar?"

Deg

Jisoo menoleh ke kanan dimana Seokjin menumpu kepalanya di bahunya. Jarak mereka sangat dekat, sangat sangat dekat. Sampai Jisoo bisa merasakan deru napas hangat dari Seokjin.

"Soo,"

"H..Hah?"

"Saat itu kau memberiku waktu 3 bulan kan?" 

Jisoo mengernyitkan dahinya. Ah.. ia ingat sekarang. Maksud Seokjin perkataannya sebelum insiden Seokjin pingsan.

"I..iya,"

Mata Seokjin melihat wajah Jisoo dari atas hingga bawah dengan keadaan kepalanya yang masih bertumpu di bahu Jisoo. Kemudian tatapannya berhenti di bibir Jisoo.

Seokjin tersenyum, "kalau begitu, aku akan menggunakan waktu itu,"

"Mwo?"

"Iya, aku tak jadi menyerah, mana ada Seokjin yang menyerah,"

Jisoo menjadi gelagap mendengarnya. Oh tentu saja ia tau maksud Seokjin.

"Kau masih mau menunggu kan?"

RAINDROPS ||JINSOO||✔Where stories live. Discover now