"Kalau begitu kau juga tidak mendapatkan handphone-mu." Aku langsung berbalik meninggalkan David di luar. Belum sempat aku berjalan sampai di pintu aku mendengar suara mobil, mungkin itu suara mobil milik Papa. Aku kembali berbalik melihat David yang masih di luar.

"Kalau Papa melihatnya, bisa-bisa aku dikira pacaran lagi," celetukku pada diriku.

Aku bergegas berjalan menuju gerbang, dan menarik David dari sana. Aku membawanya masuk ke dalam mansion. Karna aku tidak ingin Papa melihatnya. Aku membawanya ke kamarku. Aku tidak tau apa yang sedang aku pikirkan, yang terpenting sekarang adalah bagaimana caranya agar Papa tidak melihat David.

"Kau tunggu di sini, jangan ke mana-mana." ucapku pada David yang terlihat kebingungan.

"Pokoknya kau tidak boleh keluar sampai semuanya aman." sambungku. Aku menutup pintu kamar dan melihat ke arah jendela, dan benar itu adalah mobil milik Papa. Aku melihat David berjalan ke arahku dan melihat ke luar jendela.

"Kau menyembunyikan aku dari dia?" kata David yang masih tetap dengan posisinya melihat Papa di halaman bawah.

"Ya, kalau dia melihatmu yang ada aku dimarahi. Jadi kau harus sembunyi di sini."

"Tapi kau terlihat seperti pencuri sekarang."

"Apa? yang benar saja. Seharusnya kau berterima kasih kepadaku karena telah menyembunyikan mu dari amukan harimau." David tertawa yang membuat aku bingung dengan pola pikirnya.

"Kau memang beban keluarga," ucap David sambil tertawa.

Aku dapat melihat senyumnya saat tertawa, tidak seperti David yang ku lihat di sekolah. David yang songong, suka memerintah, dan pastinya keras kepala.

"Aku tau aku ganteng, gak usah di liatin." sambung David yang menyadari aku melihatnya. Aku langsung mengalihkan tatapanku dari David.

"Idih kepedean banget, lagian ngapain sih bilang aku beban keluarga. Aku itu Tuan putri di sini, bukan beban keluarga." ucapku ketus.

"Orang tua mu aja kau bilang harimau, apa lagi orang lain. Hahahah ....," tawa David. Bagiku itu adalah hal sepele. Bagi setiap anak pasti punya nama panggilan khusus buat orang tuanya, true bukan?

Aku langsung berjalan kembali ke arah jendela melihat Papa di halaman mansion tapi Papa tidak ada di sana. Mungkin Papa sekarang sudah masuk ke dalam.

Aku bergegas menarik David dan menyembunyikanya di dalam kamar mandi. Lalu menyuruh dia untuk tetap diam dan jangan keluar sampai aku yang menyuruhnya. Aku mendengar suara langkah kaki, mungkin itu Papa. Dengan cepat aku meraih kursi dan duduk sambil mengikat rambutku, agar terlihat sibuk saja.

Ceklek

Aku melihat ke arah pintu dan itu Papa. Lalu aku kembali pada kegiatan ku yang berpura-pura mengikat rambut.

"Kenapa kau selalu membantah, Papa?!" ucap Papa dengan suara marah.

"Aku sudah bilang, aku tadi lagi kerja kelompok!" jawabku yang sudah mengerti yang di maksud Papa. Karna jujur saja aku tidak siap untuk melihat Mama tiriku.

"Jangan pakai alasan, pokoknya Papa gak mau tau kamu harus menerima mama baru kamu, bagaimanapun dia yang terbaik."

"Dan menurut Papa, mama tidak baik huh?!" Aku mencoba menahan air mataku. Aku tidak tahan lagi dengan ucapan Papa yang selalu membanding-bandingan Mamaku kepada wanita pilihanya.

"Jika dia baik, dia pasti tidak akan pernah selingkuh dari Papa!" bentak Papa kepadaku. Yang membuat tagisku pecah, aku tidak sanggup untuk menahan air mataku. Papa tidak pernah membentakku. Dan ini yang pertama kalinya bagiku.

What Is Love? [ On Going ]Where stories live. Discover now