TIGA PULUH EMPAT

Mulai dari awal
                                    

                                     ****

Di depan ruang UGD, keenam cowok itu tidak henti-hentinya berdoa agar Ilona tidak apa-apa. Mereka semua menunggu resah berharap pintu ruangan itu bisa cepat dibuka. Melihat Ilona terluka seperti itu tentu membuat mereka semua merasa gagal dalam menjaga gadis itu. Ini kali pertamanya Ilona terkena luka tusukan.

Sudah pasti Areksa yang paling merasa bersalah di sana. Cowok itu sejak tadi tidak berhenti mondar-mandir hingga membuat siapa pun yang memerhatikannya pasti merasa pusing.

"Siaga satu. Orang itu udah berani celakain Ilona. Kali ini kita harus lebih waspada. Jangan sampai kecolongan kayak tadi," ujar Samuel kepada sahabat-sahabatnya.

Marvin mengangguk setuju. "Gue nyesel nggak jagain Ilona dari belakang tadi."

"Orangnya cepet banget sampai kita-kita nggak bisa lihat dia. Lengah dikit aja Ilona bisa kenapa-kenapa lagi. Gue yakin orang ini bukan orang biasa dan pastinya dia bener-bener udah dilatih," balas Areksa yang sudah mendudukkan dirinya di samping Samuel.

"Apa kita perlu bantuan para tetua?" tanya Farzan memberikan usul.

"Gue bakal coba bilang masalah ini ke bokap," balas Samuel yang merupakan anak dari ketua Diamond terdahulu.

"Gue juga bakalan bilang ke papa. Gue yakin dia bakalan jadi orang yang paling nggak terima kalau Ilona kenapa-kenapa," timpal Areksa ikut menyetujui.

Marvel mengulas senyuman tipis. "Gue tunggu kabar baiknya."

"Tapi bokap nyokap gue lagi di luar kota. Mungkin Mereka belum bisa ikut bantu masalah ini," ujar Canva merasa tidak enak.

"Nggak apa-apa. Bokap gue punya banyak anak buah," balas Samuel.

Areksa menghela napas berat. "Siapa pun di sini bisa aja jadi musuh dalam selimut."

Mereka semua saling pandang satu sama lain. Seolah menaruh rasa curiga terhadap masing-masing di antara mereka.

"Gue harap kalian semua setia. Jangan ada yang berani kotorin nama Diamond dengan cara berkhianat di sini," ujar Samuel memberikan peringatan.

Tidak berselang lama akhirnya pintu UGD itu terbuka. Menampakkan seorang dokter laki-laki dengan dua orang perawat di sampingnya. Areksa dan Samuel langsung berdiri untuk bertanya. Sementara yang lain masih duduk untuk mendengarkan kabarnya.

"Gimana, Dok?" tanya Areksa langsung pada intinya.

"Keluarganya?" tanya dokter laki-laki yang bernama Hadi itu.

"Kami semua keluarganya," balas Samuel cepat.

Dokter Hadi tersenyum tipis. "Luka tusukannya tidak terlalu dalam. Untung saja kalian dengan cepat membawanya ke sini sehingga kami bisa cepat-cepat menangani. Pasien tidak kehilangan banyak darah. Jadi tidak terlalu parah."

Semua yang mendengar itu sedikit merasa lega. Setidaknya luka tusukan di bahu Ilona tidak terlalu parah.

"Pasien akan dirawat inap sekitar tiga hari. Luka tusukan biasanya akan sembuh dalam waktu sepuluh hari."

"Beri penanganan terbaik buat Ilona, Dok," balas Areksa.

Dokter Hadi tersenyum menenangkan. "Pasti. Kami akan segera memindahkannya ke ruang rawat inap."

                                     ****

Ilona masih belum membuka matanya. Sejak satu jam setelah dipindahkannya gadis itu ke ruang VVIP, Ilona masih tidak ingin membuka matanya. Mungkin juga karena efek obat bius yang membuat gadis itu masih betah menutup kedua mata cantiknya.

AREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang