06. AZKIRA & KEPEDULIANNYA

Start from the beginning
                                    

"Adi baik-baik aja. Dia pura-pura sakit biar bisa bolos." Adi cengengesan setelah Fiki menyelesaikan ucapannya.

"Beneran, Di? Tapi tadi lo kesakitan banget."

"Tadi sih iya, tapi setelah tiduran bentar udah mendingan, Ra. Makasih ya, gara-gara lo gue jadi bisa bolos pelajaran sampe pulang," ujar Adi bangkit dan memperlihatkan deretan gigi putihnya.

Azkira hanya bisa menghela napas lega mendengar jawaban Adi. Cowok itu tidak tersiksa beneran.

"Tapi sekali lagi gue minta maaf ya?"

"Iya, Ra, santai lah kayak sama siapa aja lo."

Ganang berdehem, kemudian pamit pergi. Sejak tadi ia tidak dianggap ada oleh Azkira. Mungkin benar, sahabatnya itu sudah enggan berdekatan lagi dengannya.

"Lo jago beladiri ya, Ra?" tanya Fiki kepo.

"Dulu pas SD pernah ikut kejuaraan taekwondo."

"Wooo, kelasss juga nih calon tunangannya Gentar," puji Adi takjub dan tepuk tangan kecil.

"Makasih, Adi," ucap Azkira sembari mengulum senyum hingga memperlihatkan dimples di pipi kanannya.

Pintu UKS kembali terbuka, Gentar masuk dan membawa sekantong plastik berisi minuman susu kedelai sebanyak empat kotak, susu itu kesukaan Gentar.

"Nggak kembung lo minum sebanyak itu?" tanya Fiki membuka plastik di depannya.

"Buat lo pada, tadi gue udah minum."

Adi mendengus pelan. "Gue kan nggak suka susu kedelai. Sukanya susu pisang!"

"Ya udah nanti sebelum balik mampir ke supermarket beli susu pisang," balas Gentar menuruti sahabatnya itu.

"Mana duitnya?" Tangan Adi terulur ke depan Gentar. Karena Gentar orangnya sangat royal dan melakukan apapun untuk kebahagiaan orang lain, cowok itu memberi satu lembar uang lima puluh ribu pada Adi.

"Alhamdulillah rezeki anak sholeh, makasih Gentar ganteng baik hati dan sangat dermawan," ujar Adi menyimpan uang pemberian Gentar ke dompet.

"Jangan dihabisin buat jajan, tabung juga. Lo boros banget soalnya," peringat Gentar tahu betul sifat boros Adi.

"Iya elah, nggak usah diingetin. Nyokap gue tiap hari udah ingetin kok. Tenangno pikirmu." (Tenangin pikiranmu)

Gentar mengangguk, kemudian beralih pada Azkira yang diam saja. "Mau pulang kapan? Adi baik-baik aja tuh, masih khawatir sama dia?"

"Adi nanti pulangnya hati-hati ya, gue sama Gentar pulang dulu," ujar Azkira. "Oh iya, Fiki bisa kan anter dia?"

"Ogah gue, bocahnya juga nggak pa-pa. Jangan makin peduli sama dia, Ra, bisa ngelunjak bocahnya," ujar Fiki tidak suka dengan sifat Azkira yang terlalu baik.

"Iri lo ya?"

"Kayak nggak ada orang lain aja," balas Fiki menoyor kepala Adi dan menyuruh Gentar agar segera membawa Azkira pergi sebelum Adi semakin besar kepala.

•••

"Eh, cewek-cewek di warkop sebelah banyak yang bening. Mata gue sampe mupeng lihatnya," ujar Adi duduk melingkar bersama anak-anak Perganta yang lain.

"Emang kapan lo nggak mupeng lihat cewek?"

Adi mengerutkan keningnya dan menatap ke langit-langit Tongkrongan Perganta. Ia mencoba mengingat. "Nggak pernah kayaknya," ujarnya membuat mereka semua mencibir.

"Cewek lo sebenernya ada berapa, Di?"

"Jangan lo tanyain begitu, sombong ntar bocahnya," sahut Fiki sembari menyimpan ponselnya ke saku jaket.

GENTAR [END]Where stories live. Discover now